2 Bab 2

Hari senin, hari yang paling gue benci karena gue harus panas-panasan ngikut upacara bendera ditambah lagi jumlah mata pelajaran yang banyak. setelah beberapa menit upacara bendera berlangsung akhirnya selesai. para murid mulai bubar dari barisan dan meninggalkan lapangan upacara. sementara gue langsung berjalan ke kelas menuju ruangan yang bertuliskan XI IPA 4. Setibanya gue di kelas, gue pun langsung melepaskan topi putih abu dari kepala gue lalu meletakannya di atas meja. gue pun langsung mendudukan diri gue di kursi dan menelungkupkan wajah gue dia atas meja dengan mata terpejam sembari menunggu guru matematika yang akan masuk sebentar lagi.

suara ribut membuat gue tersadar. gue ngga tahu udah berapa lama gue tidur. saat gue bangun gue ngelihat ke arah meja guru dan tidak ada yang duduk di situ, gue pun mengalihkan pandangan ke arah jam tangan gue yang sudah menunjukan pukul setengah sembilan. gue pun melihat ke arah samping namun ngga ada Tristan, gue pun melihat ke belakang dan ternyata ia sedang bersama Jeje mereka sedang melakukan mabar.

"Pak Nyoman ngga masuk?" tanya Gue dengan mata yang masih setengah mengantuk

"Hmmm, katanya lagi ke luar kota," ucap Jeje dengan pandanga yang masih terfokus pada layar ponselnya. sqalah satu hal yang gue syukuri seenggaknya gue bisa menjalankan salah satu hobi gue yaitu tidur.

***

author pov

saat jam istirahat Rigel, Jeje, dan Tristan langsung menuju ke kantin. sejak tadi Jeje dan Rigel sudah menahan lapar karena mereka berdua belum sarapan. setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan mereka pun tiba. Jeje dan Rigel pun mulai menyantap makanan mereka, sedangkan Rigel belum memakannya ia hanya menatap makanannya bingung.

"Jeje, tadi gue pesan bakso, kenapa yang datang mi ayam?"

" Tadi lo bilangnya mi ayam tan,"

"ngga, gue bilang bakso ko tadi,"

"lo bilang mi ayam tadi tan, gue juga dengar kok," sahut Rigel sambil mengunyah nasi telur miliknya

"pikun mulu lo. udah makan aja. kalau lo ngga mau biar gue yang makan,"

"apa sih, makan tuh punya lo," ucap Tristan sambil menjauhkan mi ayamnya dari Jeje.

"Permisi kak," ucap seorang gadis yang menghampiri meja mereka.

"eh Rani ada apa?" ucap Rigel.

"gue udah tanya sama Rio soal wawancara lomba olimpiadenya dia, dia bialng hari ini ngga bisa soalnya sepulang sekolah masih ada les. bisanya besok,"

"Oh gitu ya. ngga masalah. yang penting besok sehabis wawancara Tristan langsung ambil fotonya dia terus langsung ketik hasi wawancaranya biar lusa langsung gue sama Jeje edit, soalnya minggu ini seenggaknya majalahnya udah harus dicetak,"

"iya kak, kalau gitu gue cabut dulu,"

"kok gue bisa lupa ya tenatng wawancara itu, untung tadi rani datang,"

"Jangan lupa lo desain cover majalahnya. gue tabok lo kalau lo lupa," ucap Tristan.

"Sorry, gue kan ada latihan basket juga, makanya kadang gue lupa. " ucap Jeje dengan cengirnya.

Tristan, Jeje dan Rigel mereka sudah berteman dari kelas X, karena masuk ke ekskul yang sama yaitu jurnalis, sedangkan Jeje ia tidak hanya masuk ekskul Jurnalis namun juga basket, hubungan mereka semakin dekat ketika di kelas XI mereka berada di kelas yang sama yaitu XI IPA 4. Tristan ia berada dibagian fotografi, awalnya Jeje dan Rigel heran kenapa Tristan tidak ingin masuk ekskul fotografi, karena ia sangat jago dalam hal fotografi bisa dilihat dari hasil hasil fotonya, namun ia lebih memilih masuk jurusan jurnalis. namun hal itu tak menjadi masalah bagi anak anak jurnaliss, karena Tristan bisa membantu pemotretan untuk dimasukan di majalah sekolah.

***

Rigel's pov

What the hell

ANJIRR kamar gue.

Kamar gue udah kaya tempat bekas terjadi gempa bumi, lebih tepatnya gempa bumi lokal karena Cuma kamar gue aja korbannya. Wah kamar gue udah nggak jelas lagi bentuknya, selimut udah ada di lantai, bantal gue Cuma satu nggak tau duanya kemana. Terus apaan ini ada tumpukan lego di lantai, sejak kapan gue punya lego. Gitar gue kenapa ada di lantai coba.

Dan satu hal lagi yang penting, robot optimus prime gue ngga ada di rak, tapi tunggu robot bumblebee kesayangan gue ngga ada juga.

GILA

Kerjaan siapa nih

Wahh ini mah gue udah tau siapa pelakunya. Gue pun langsung keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Benar kan dugaan gue, ada bocah yang duduk di meja makan, main robot bumblebee punya gue sambil makan.

"Maaa,"

"Eh Rigel kamu udah pulang,"

"Maaa, kenapa tuh bocah megang robot bumblebee aku nanti kalau rusak gimana, mana dia makan sambil megang itu lagi nanti kalau kotor gimana ma,"

"Hushh dia itu keponakan kamu,"

"Keponakan durhaka, hobinya bikin rusuh,"

"Kamar aku berantakan semua ma, mama tau kalau aku ngga suka kalau kamar aku berantakan. Bang Orion tidur aja aku ngga izinin,"

"Mama ngga tau tadi dia masuk ke kamar kamu, soalnya mama lagi masak tadi," sumpah nih ponakan rusuh banget. bisa bisanya dia makan di meja makan dengan tenangnya tanpa ada rasa bersalah

Yah satu lagi bocah yang gue kenalin dia namanya Fajar, keponakan gue. Dia anak dari kakak sepupu gue. Anaknya sumpah rusuh banget, tapi gue heran kok nyokap mau aja ya kalau dia dititipin ke sini. Gue aja ngga betah lihatanya. Masa kata nyokap dia udah biasa ngurus Fajar karena bang Orion sama gue dulu kecilnya juga kaya gitu. BIG NO, kalau bang Orion gue yakin iya. Kalau gus sih ngga mungkin ya. Soalnya gue itu kalem.

Gue pun langsung ngerebut tuh robot pas gue lihat dia udah mutar-mutar tangan bumblebee, terus kepalnya ditarik tarik. Kan bahaya kalau nih robot rusak. Bukannya pelit yee, tapi masalahnya kan gue itu suka banget sama transformers, dan robot-robotnya dia itu mahal banget, jadi nabung uang jajan gue dulu buat beli nih robot. Yah emang kadang kalau kita dapatin sesuatu penuh dengan penuh perjuangan yah hasilnya gini bakalan sayang banget. Robot aja aku sayangin apalagi kamu.

Cielahh.

Fajar pun langsung teriak nangis pas gue ambil nih robot. Tambah rusuh aja deh nih bocah.

"Rigel biairn aja dia main, nanti tambah nangis,"

"Tapi ma nanti kalau rusak gimana, kan sayang kalau rusak,"

"Udah nanti kalau rusak mama beliin baru,"

"Beneran ya ma, janji,"

"Iya,"

Udah deh gue pun ngasih ke dia, dari pada ni bocah nanti tambah rusuh. Gue pun langsung ngacak-ngacak rambut gue karena kesal lalu pergi dari dapur.

avataravatar
Next chapter