1 Bab 1

Pukul 09.00, gue baru saja membuka mata gue di pagi ini setelah mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah gue ditambah lagi dengan suara orang-orang yang berbincaang-bincang. Emang kaya gini kebiasaan gue kalau hari sabtu, karena nggak sekolah jadi salah satu hobi gue ini gue terapkan di hari sabtu. Karena kamar gue menghadap ke arah jalan makanya gue bisa mendengarnya dengan jelas. Gue pun langsung keluar dari selimut gue yang bermotifkan perisai Captain America, dan melihat ke arah keluar jendela. Sebuah mobil box terparkir di depan rumah yang berhadapan dengan rumah gue dan beberapa orang mengeluarkan beberapa barang dari dalam mobil box  dan membawanya masuk ke dalam rumah itu,  tetangga baru itulah yang ada di pikiran gue.

Rumah itu memang udah kosong sekitar setahun gitu. Tapi baguslah setidaknya udah ada yang tinggal di situ. Kadang gue suka ngeri kalau lihat rumah kosongnya lama banget.

"udah sadar lo, gue kira lo nggak bakalan sadar,"

"mati dong gue,"

"ya lo, dari tadi gue bangunin nggak sadar-sadar,"

"Ngapain lo bangunin gue?"

"gue mau pinjam flash disk lo, punya gue udah penuh," Gue pun mengambil flash disk dari laci lemari gue lalu gue lempar ke arahnya.

"flash disk gue tuh bersih nggak ada virusnya jadi awas aja kalau sampai ada virusnya, gue minta lo beliin gue yang baru,"

"siap bos, "

cowok itu namanya Orion Batara dia abang gue. Perbedaan usia gue sama dia 4 tahun. Dia sekarang kuliah di UI ngambil jurusan ilmu komputer. Pertama kali gue tahu dia lolos UI gue benar-benar nggak percaya, orang kaya dia bisa masuk UI. Dia itu malas banget belajarnya, sering bolos waktu SMA, game maniak, istilahnya itu gamer sejati bisa seharian dia cuma di dalam kamar karena main game, plus dia sering banget ngikutin kompetisi gamer gitu. Ya gue emang gamer juga sih tapi nggak semaniak abang gue, nilainya juga pas-pasan. Dan dia bilang itu namanya keberuntungan, dia sendiri aja nggak nyangka bisa masuk UI, padahal dia cuma mau nyoba aja tapi ternyata dia bisa masuk. Enak banget sih jadi abang gue.

***

sore harinya gue baru tiba di depan rumah gue, setelah gue baru selesai pulang dari pasar. Gue pun keluar dari mobil sambil membawa beberapa barang belanjaan.

Kring kring

Suara lonceng sepeda terdengar dari arah rumah yang baru ditempati oleh tetangga baru itu. terlihat seorang gadis dengan rambut panjangnya dengan kepala yang ditutupi tudung hoodie keluar dari pekarangan rumahnya. Gue nggak bisa lihat wajahnya karena tertutup tudung hoodie. Gue pun langsung masuk ke dalam rumah setelah semua barang belanjaan udah gue keluarin dari mobil.

"Kamu udah pulang?"

"Iya ma, semua yang ada di nota belanjaan udah aku beli semuanya,"

"bagus deh. Kamu udah mandi belum?"

"belum sih,"

"ya udah kamu mandi sana," itu nyokap gue. Nyokap gue paling suka masak dan emang jago banget. Juri master chef mah kalah menurut gue. Kalau akhir pekan kaya gini nyokap gue pasti akan masak banyak makanya tadi gue belanjanya banyak. Tapi selain itu nyokap gue juga jago bikin kue,. Dan gue paling suka brownis buatan nyokap gue. Beh enak banget lah. Kalau gue udah makan itu kue, gue kaya ngerasa surganya dunia. Anjir, lebay banget gue ya hehehe. Tapi emangg benar sih enak, dan gue sama abang gue pasti bakalan saling rebutan brownis kalau kuenya udah mau habis.

Oh iya. By the way gue udah ngomong banyak tapi gue belum ngenalin diri gue. Nama gue

"Rigeeel," yup itulah nama gue . Rigel Angkasa Batara. Nama gue sama abang gue emang berbau benda angkasa kaya gini karena almarhum bokap gue yang emang suka sama benda-benda angkasa makanya anak-anaknya dinamain kaya gini. Tapi nggak masalah gue suka sama nama gue. Nama abang gue juga gue suka.

"Kenapa bang?"

"Mabar kuy,"

"Mabar apa?"

"ML, udah lama nih gue nggak main ML,"

"Oke deh, tapi gue mau mandi dulu,'

"Sip,"

***

"ngapain lo pada datang ke sini?" ucap gue saat gue keluar dari kamar mandi. Karena ketika gue keluar dua orang teman gue udah pada baring-baring di atas kasur gue.

"Lo kaya nggak tau aja, biasa ini kan ini kan hari sabtu," ucap satu teman gue yang sedang guling-guling sambil meluk bantal guling. Mereka adalah Tristan dan Jeje, teman SMA gue plus teman sekelas. Mereka kayanya emang udah hafal jadwalnya nyokap gue kalau lagi masak banyak. Mereka memang sering ke sini setiap hari sabtu untuk makan malam. Karena memang udah gue bilang tadi nyokap emang suka masak banyak kalau lagi hari sabtu. Yah nyokap sih malah senang jadi setidaknya makanannya banyak yang makan, dan nggak ada yang terbuang.

"Eh gel, rumah yang di depan udah ada yang tinggal yah,"

"Iya,baru pindah tadi pagi sih,"

"Mabar ML yuk, tadi abang gue ada ngajakin,"

"Okelah,"

"Ayooo,"

Gue, abang Orion, Tristan, Jeje kita lagi asik-asiknya mabar, nyokap gue nyuruh untuk antarin brownis ke tetannga baru kita. Wihh brownis keju kesukaan gue banget nih. Mana masih panas lagi. Gue pun langsung ngantar nih brownis. Pas gue udah ketok tuh pintu berkali-berkali, seorang anak kecil laki-laki keluar, dia yang ngebukaian pintunya.

"Kakak siapa?"

"Nama kakak Rigel, rumah kakak tuh di depan. Ini brownis dari mama kakak buat kalian,"

"Oh gitu ya,"

"Orang tua kamu mana?"

"Mereka lagi keluar, Cuma aku sama kakak aja, tapi kakak aku lagi mandi,"

"ya udah, kakak kasi kue ini ke kamu aja ya,"

"Iya, makasih ya kak,"

"Iya sama-sama, kalau gitu kakak pulang dulu ya,"

Gue pun pulang saat gue berbalik dan melihat ke arah jendela kamar di lantai dua, di situ gue melihat sebuah dream catcher yang tergantung di jendela.

Setibanya di rumah gue terkejut dengan kue brownis keju kesukaan gue udah mau habis karena ketiga orang yang tidak tau diri itu udah makan duluan, gue pun langsung berlari dan mengambil piring yang berisi brownis itu dan membawa kabur menuju kamar gue. Mereka bertiga pun sontak mengejar gue, apalagi abang gue, dia yang paling semangat buat ngejar gue. Dasar abang rakus, padahal dia udah makan tadi, tapi masih mau lagi. Gue pun masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu dari dalam. Gue pun mengambil sepotong brownis lalu melahapnya.

avataravatar
Next chapter