1 satu

"Ini permintaan dari Mas Binar. Aku juga sejujurnya malu Bu kalau bawa ia buat ketemu Mas Binar." Suara wanita itu menggema keras ke seisi ruangan untuk melontarkan kekesalannya. Dia kini sedang berdebat dengan wanita tua yang tidak lain adalah ibunya atau nenek dari Nala.

Nala menunduk dan terlihat ragu untuk membawa tasnya turun ke bawah. Ini adalah pertama kalinya ibunya meminta untuk tinggal bersama, Nala tentu saja tidak mau meninggalkan kesempatan ini  begitu saja.

"Hah, semua akan baik-baik saja, lagian aku juga bakal tinggal sama ibu kan." Nala menyemangati dirinya dan segera turun menghampiri seorang wanita yang kini sedang duduk di sofa usang dengan pakaian mewahnya dan sexi, wanita itu adalah ibu Nala sekaligus seorang model, dia mempunyai paras yang cukup cantik dan muda daripada umurnya.

"Ayo. Aku enggak ada waktu buat menjemput kamu doang," ujar kirana dengan begitu ketus.

Nala mengangguk dan segera memeluk neneknya dengan erat sebagai salam perpisahan.

"Ati-ati di jalan Nak." Nenek tersenyum senang karena cucunya yang kini bisa tinggal bersama ibunya lagi.

Nala mengangguk dan segera melangkah keluar, walau begitu dia masih menyempatkan diri untuk berbalik memandang wanita tua yang telah membesarkannya selama ini.

"Nala cepat!" Teriak Kirana yang langsung membuat Nala terperanjat.

"I-iya." Nala segera melesat untuk masuk ke dalam mobil.

Kirana tidak mempedulikan putrinya dan malah menelfon seseorang untuk membatalkan jadwal pemotretannya.

Nala hanya diam saja, walaupun ibunya tidak peduli dengan dirinya sejak dulu, Nala bahkan sangat bahagia bisa bertemu ibunya.

"Apa yang kau liat?" Kirana melotot, Nala langsung menunduk dan menggeleng.

"Ibu, ibu cantik," ujar Nala dengan begitu perlahan dengan senyuman manisnya.

Kirana terdiam, walau dia cuek dan hanya memikirkan kehidupan pribadi, martabat bahkan pekerjannya, dia tetap seorang ibu, dia hanya bingung bagaimana mengekspresikan rasa kasih sayangnya saja.

"Ah ya. Itu benar. Tapi tunggu, baju kusam apa ini? Kita akan menemui keluarga konglomerat kota ini, aku akan memberikanmu pakaian yang layak dan merapihkan potongan rambutmu. Ibu tidak mau kamu mempermalukan ibu di depan Mas Binar dan keluarganya."

Nala hanya mengangguk saja mengikuti perintah ibunya.

-----

Ibu dan anak itu masuk ke dalam restoran mewah. Nala terlihat begitu gugup dan matanya sudah berkeliling kesana-kemari membuat langkahnya menjadi melambat. Kirana langsung menarik tangan Nala dan melotot ke arahnya.

"Aku sudah bilang apa yang kubilang bukan, jangan sampai mempermalukan," ujar Kirana dengan aura mengintimidasi.

Nala mengangguk.

"Dan angkat dagumu, jangan menunduk dan jangan terus-terusan diam seperti ini. Kau sungguh seperti gadis kampung. Bahkan aku tidak ingat punya anak seperti ini," Lanjut Kirana yang langsung membuat Nala mengangguk dan mulai merasa takut.

Mulut pedas ibunya memang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Kirana? Kau sudah datang? Apa yang kau lakukan dengan berdiri di sana? Aku sudah menunggumu sedari tadi," Ujar seorang pria paruh baya sembari melangkahkan kakinya mendekat.

Pria itu nampak muda dan sangat sepadan dengan wajah awet muda milik kirana, walau begitu Nala tau betul jika Ayah tirinya ini sudah memiliki putra yang umurnya lebih muda setahun daripada kirana.

"Mas Binar. Maaf ya, lama." Kirana langsung memeluk suaminya itu.

Pasangan itu mengumbar senyuman satu sama lain bahkan berciuman di depan Nala, tetapi Nala tau itu tidak sopan dan dia memilih untuk menunduk dan menatap ke arah lain.

"Apa dia yang Namanya Nala?" Binar memanggil Nala.

Nala langsung mendekat sesuai perintah ibunya melalui matanya yang melotot.

"Ahahaha. lihat, dia sangat cantik dan mirip denganmu." Binar begitu senang dan menepuk pelan kepala Nala.

Nala tersipu mendengar pujian yang dia dapatkan.

"Iya dong, siapa mamanya. ya kan sayang." Kali ini gantian Kirana yang menepuk kepala putrinya bahkan memeluknya, Nala begitu senang mendapatkan pelukan itu.

"Nala, mulai sekarang kau akan tinggal bersama kami,jarak ke kampus bakal lebih cepat juga kalau kamu tinggal di sini bukan. Dan juga, aku harap aku bisa menjadi ayah bagimu juga," ujar Binar dengan begitu lembut.

"Tentu, A-ayah," ujar Nala dengan begitu ragu dan takut.

Pasangan suami istri itu saling mengumbar senyum, terutama Binar yang kini terlihat begitu senang.

"Baiklah, sebaiknya kita mengobrol di dalam, nanti makanannya akan dingin."

Mereka bertiga langsung masuk ke dalam ruangan yang terlah dipesan secara ekslusif dan hanya mereka bertiga yang menggunakan ruangan ini tanpa ada tamu lain.

"Oh ya Mas, apa Rezvan engga datang?" Tanya Kirana yang sudah duduk di samping suaminya.

"Hah, anak itu memang bandelnya kelewatan. Lebih baik kita makan dengan tenang tanpa memikirkannya, dia memang enggak tau malu bahkan umurnya udah setua itu," Dengus Binar sambil membayangkan kenakalan putranya, tatapannya beralih ke arah Nala yang terus-terusan diam dan hanya makan. "Nala, sebenarnya ayah punya putra yang seumuran sama kamu, anaknya memang bandel sih tapi ayah harap kamu bisa akur kalau udah di rumah nanti yah."

"Hm?" Nala baru tersadar jika dirinya diajak ngomong, dia terlalu lapar dan hanya mengangguk dengan mulut yang penuh.

Binar terkekeh dengan tingkah laku anak tirinya  yang menurutnya imut tidak seperti Kirana yang malah merasa malu.

-------

"Kita sudah sampai Nona," ujar supir yang langsung membuat Nala tersadar dari lamunannya.

"Iya." Nala mengangguk dan segera keluar dari mobil.

Dirinya terkejut bahkan tidak bisa menutup mulutnya karena begitu terkagum dengan rumah baru yang akan ia tempati mulai sekarang.

Nala datang ke rumah mewah milik ayah tirinya itu sendirian karena sang ayah dan ibunya harus menghadiri pertemuan penting yang sangat mendadak.

"Nona, ayo kemari," ajak supir tadi yang kini sudah membawa koper dan barang-barang milik Nala.

Nala hanya mengikuti pria tua itu dengan badan yang bergetar dan kaki yang seperti ragu untuk melangkahkan.

Pintu rumah itu terbuka, seorang pria yang mengenakan pakaian jas hitam putih khas pelayan keluar dan langsung menunduk dengan sangat hormat, di belakangnya juga ada beberapa wanita dengan seragam hitam putih khas pelayan.

"Selamat datang Nona Nala, kami menyambut Anda yang telah bergabung menjadi anggita keluarga Terasari," ujarnya dengan penuh kesopanan.

Nala menjadi gugup dan hanya bisa mengangguk karena tak tau harus menjawab apa.

"Nama saya Dirga, sebelumnya saya hanya mengurus kebutuhan Tuan Rezvan, tetapi untuk beberapa hari kedepannya saya juga akan membimbing Anda." Pria itu terus menunduk sambil berbicara.

"I-ya. Aku juga baru di sini, jadi aku berharap kamu bisa membimbingku," jawab Nala dengan bersungguh sungguh.

Dirga tersenyum senang dan memerintahkan pelayan wanita untuk membantu Nala membawakan barang-barangnya.

"Nona, mari ikuti kami. Kamar Anda telah di siapkan," ujar pelayan yang memiliki potongan rambut sebahu.

"A, iya." Nala mengangguk dan mengikuti pelayan itu naik menuju tangga.

Terdengar sedikit keributan dan perdebatan di luar rumah membuat Nala berhenti karena penasaran. Dia menoleh kebelakang dan melihat seorang pria yang baru saja datang dan masuk ke rumah ini.

Pria itu nampak kesal dan terus mengajak Dirga berdebat.

"Nona sebaiknya kita segera ke kamar. Itu tuan Rezvan, dan sebaiknya Anda jangan mengganggunya." Tiba-tiba saja pelayan wanita lainnya berbicara dengan berisik, pelayan itu juga nampak takut dengan kehadiran orang yang bernama Rezvan itu.

"Iya ...." Nala setuju akan hal itu tetapi matanya tidak mau berhenti memandang pria yang sudah menjadi saudara tirinya itu.

"Aku seperti pernah melihat anak itu sebelumnya," gumam Nala sambil terus memandangi Rezvan.

_____________

bersambung....

avataravatar
Next chapter