webnovel

Prolog

"Ki, ke kelas yuk?"

Aku yang sedang tertidur di perpustakaan membuka mata dan menoleh ke Deris yang baru saja datang.

"Ada guru?" Tanyaku sambil merapikan buku-buku yang berantakan di atas meja.

"Yap."

Aku berdiri sambil membawa buku-buku yang sudah rapi dan ditumpuk. Aku mengikuti Deris ke kelas dari belakang. Sesampainya di kelas, tidak ada guru yang yang sedang menjelaskan atau duduk. Aku duduk di kursi yang berada di bagian depan barisan kedua.

Aku menoleh ke belakang dan bertanya kepada Dina.

"Gak ada guru?"

"Tadi wakil kepala sekolah masuk tapi cuman ngasih tau kalo bakal ada penyampaian apa gitu... Aku lupa."

"Oh, oke."

Aku kembali ke depan dan entah hanya firasatku saja atau memang ada sesuatu yang tidak menyenangkan sedang mendekat.

Aku tidak tahu kalau aku punya kemampuan mendeteksi keberadaan orang tapi aku merasa tidak nyaman. Seorang pria paruh baya masuk ke dalam kelas.

Dia memiliki badan yang agak berisi memakai kaus putih dan celana jeans. Rambutnya pendek dan memakai matanya terlihat agak sipit.

Hal pertama yang aku rasakan saat melihat dia adalah 'Tidak senang', Aku tidak pernah merasakan hal-hal seperti ini sebelumnya dan ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini.

"Halo teman-teman semua! Saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, sebelumnya ada yang kenal sama saya enggak?"

Satu kelas mengatakan "Tidak kenal." dengan serempak. Pria itu menyeringai dan mulai memperkenalkan diri.

"Nama saya Nousel. Dan aku adalah dewa."

Semuanya tertawa kecuali diriku. Mungkin ucapannya itu terdengar seperti sedang bercanda namun aku tidak merasa dia sedang melakukan itu.

"Aku yakin kalian mungkin berpikir aku sudah gila tapi tidak apa-apa. Aku akan memberi kalian semua sebuah kekuatan dan mengirim kalian ke dunia lain."

Seisi kelas tertawa dengan keras. Tapi pria ini sama sekali tidak merasa dirinya terlihat bodoh justru seringainya semakin lebar. Aku bukannya ingin percaya dengan apa yang diucapkannya tapi aku tidak merasa ia sedang berbohong.

"Pak!" Seseorang mengangkat tangannya dan pria itu menyaut.

Semua pandangan tertuju kepada Dino yang duduk di bangku paling belakang.

"Ya, nak?"

"Kan kata bapak tadi bilang kalau kita bakalan ke dunia lain. Nah, kita ke sananya naik apa pak?"

Semua sekali lagi tertawa karena mereka tahu kalau pertanyaannya hanyalah lelucon.

"Aku akan mengirim kalian semua dengan kekuatanku. Tapi perlu diingat bahwa jika kalian mati disana maka kalian tidak bisa kembali lagi ke sini. "

"Lalu? Tujuanmu melakukan hal itu apa?"

Aku mengeluarkan pertanyaanku yang sejak tadi ingin kukatakan. Aku yakin sekali kalau dia menyembunyikan sesuatu.

"Tujuan? Tidak ada, aku hanya ingin kalian menjalani hidup seperti biasanya."

"Kalau begitu, kau tidak perlu repot-repot mengirim kami ke dunia itu bukan?"

Pria itu berdiri di depanku dengan tatapan mata yang tajam. Semua perhatian tertuju kepada kami yang saling menatap dengan tajam.

"Sebutkan namamu?"

"Ditolak. Aku tidak mau menyebutkan namaku kepada orang yang tidak jelas."

"Baiklah nak, jangan menyesal karena sudah melawanku."

"Tentu."

Pria itu menjentikkan jarinya dan seketika sebuah cahaya menyilaukan membutakan mata kami.

Aku membuka mata secara perlahan dan aku hanya melihat pepohonan kemanapun aku melihat. Cahaya matahari bersinar begitu terang namun aku merasa ini bukan di bumi. Seperti yang aku duga kalau orang tua itu punya maksud terselubung.