16 Gadis Populer

Karin yang telah berdiri dengan cepat beranjak keluar meninggalkan Leny dan Clara, namun mereka mengikuti Karin, "Tunggu! kami akan ikut dengan mu ke kantin" Seru Leny yang tergesa-gesa  berlari bersama Clara mengikuti Karin.

Dalam perjalanan menuju kantin mereka berkenalan satu sama lain, dan mulai akrab, saat mereka segera sampai kantin, terlihat di depan pintu kantin banyak siswa berkumpul seperti semut menemukan makanan.

"Wah dia benar-benar cantik, bahkan lebih cantik dari yang di foto" ... "Dia adalah Dewi yang jatuh dari langit" ... "Dia harusnya jadi bidadari bukan manusia" Suara pujian yang terus terdengar dari kerumunan para siswa.

"Itu pasti dia!" Ucap Leny yang terlihat cemberut, "Dia siapa, apa kamu mengenalnya" Tanya Clara penasaran, "Siapa lagi kalau bukan Niza si gadis centil sok pamer kecantikan itu" Jawab Leny dengan muka masam.

Leny sudah mengenal Niza dari bangku SMP, ia sekolah di tempat yang sama dengannya, semenjak SMP Niza sudah sangat populer dan itu membuat Leny cemburu, selain cantik Niza juga kaya raya dari keluarga pengusaha  terpandang, jadi sudah pasti dia berada di kelas elite.

Dengan ekspresi kesal dan cemberut Leny meraih tangan Karin dan Clara menyeretnya masuk ke dalam kantin melalui belakang kerumunan tanpa mengucapkan kata sedikit pun.

Setelah masuk di kantin yang luasnya sekitar 30×30 meter itu Karin mulai memperhatikan sekeliling ruangan, ia melihat Leo yang duduk di pojok kantin dekat dengan dinding sebelah kanan.

Kemudian melihat hampir semua siswi di ruangan itu memperhatikan Leo, Namun Leo tetap terlihat acuh, "Dasar es batu, pasti dia dibesarkan oleh beruang kutub" Ungkapnya dalam hati sambil sedikit mencibir.

Kemudian dengan sigap ia menarik tangan Leny dan Clara untuk pergi mengambil makanan dan bergegas menuju meja kosong di sebelah kiri ruangan kantin itu, agar bisa menjauh dari Leo.

Di waktu yang sama Niza yang di dampingi oleh 3 gadis yang lumayan cantik itu mulai memasuki ruangan, semua siswa terpukau, mereka  memberikan jalan untuk Niza, seperti seorang putri yang berjalan di atas karpet merah, namun Niza tidak menghiraukannya, hal seperti itu menurutnya sudah biasa.

Disisi lain sandi yang tengah asyik menikmati makanannya dengan Leo, tiba-tiba berdiri, "Leo, tunggu sebentar di sini, aku ingin melihat malaikatku" Ucap Sandi dengan ringan dan raut wajah gembira.

"Aku tidak menyangka benar-benar bisa melihatnya di sekolah ini" Sambung sandi dengan ringan lalu mengambil tisu di meja makan dan mengusap bibirnya, ia langsung berlari ke depan pintu untuk melihat Niza.

Niza yang baru saja melewati pintu masuk mulai memperhatikan setiap sudut ruangan kantin, dan siswa-siswi yang sedang makan di sana, walaupun baginya tidak sempurna ia mengangguk puas dengan suasana kantin tersebut yang baginya tidak buruk.

Saat ingin melangkahkan kakinya ia teringat akan kejadian saat dalam perjalanan sekolah lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah Leo yang sedang duduk makan dengan santai sendirian.

"Bukannya dia pria yang di dalam bus, yang bersikap acuh padaku? Selama ini cuman dia satu-satunya pria yang mengabaikan ku, sekarang aku harus memberinya pelajaran, dia akan segera mengetahui posisinya!" Ucapnya dalam hati sedikit kesal sambil tersenyum licik.

Dengan wajah menggoda dia berjalan ke arah Leo, kaki yang ramping dan body seksi membuat setiap mata yang melihatnya tidak bisa berkedip, ia kemudian memberi kode dengan sedikit  menggoyangkan jari telunjuk kepada para siswa, seakan memberi perintah untuk mengikutinya.

Ia sebenarnya tidak peduli dengan siswa-siswa yang terus memuji bahkan menganggapnya seperti Dewi, karena dia sudah terbiasa dengan hal itu, Namun kini ia bisa memanfaatkan mereka untuk memberi pelajaran kepada pria yang mengacuhkannya itu.

Sementara Karin baru saja duduk di meja makan bersama Leny dan Clara, ia diam-diam memperhatikan Leo, tanpa sengaja melihat Niza yang berjalan ke arah Leo dengan 3 teman di sampingnya dan di ikuti oleh banyak siswa, "Apakah mereka saling mengenal?" Gumamnya lepas tanpa sadar.

Leny dan Clara mendengar suara Karin secara tiba-tiba namun tidak begitu jelas, dan melihat Karin yang sedang melamun, "Rin, Karin" panggil Leny menyadarkan Karin.

"Eh maaf, aku hanya sedikit ke pikiran masalah keluarga di rumah" Ucap Karin memberi alasan lalu tersenyum tipis dengan ekspresi menyedihkan kepada Leny dan Clara, berharap merekam percaya dengan alasan yang di buatnya itu.

"Sepertinya masalah di rumahmu cukup rumit Rin, sampai membuat mu melamun saat ramai kayak gini" Ungkap Clara khawatir, "Rin, sekarang kan kita udah jadi teman, kalau Karin butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan" Sambung Clara sambil meraih tangan Karin.

Mendengar hal tersebut membuat Karin tersentuh, ia tidak menyangka Leny dan Clara akan menghawatirkan dirinya seperti itu, di satu sisi ia merasa bersalah karena masalah keluarga hanya alasan yang di buat-buat olehnya, Namun ia hanya tersenyum dan merasa bahagia bisa berteman dengan Leny dan Clara.

avataravatar
Next chapter