10 Bayangan Keraguan

Satu Minggu telah berlalu, di pagi yang begitu cerah, dengan pemandangan desa yang begitu segar, segala persiapan telah lengkap, Aziz, Laela dan Leo akan berangkat ke kota dengan menaiki bus angkutan umum.

Pada awalnya Leo tidak mau melakukan pengobatan di kota, ya lebih tepatnya dia tidak ingin menginjakkan kakinya di kota, baginya kota adalah tempat yang menyedihkan karena kenangan masa lalunya yang begitu sadis.

Namun karena dipaksa oleh paman dan bibinya ia tidak berdaya untuk menolak lagi, terlebih lagi pamannya sudah bersusah payah untuk memberikan pengobatan terbaik untuknya, dalam hati kecilnya pun ia berharap bisa segera sembuh dan bisa kembali ke sedia kala hingga bisa membalas jasa paman dan bibinya.

Saat dalam bus untuk perjalanan ke kota, Aziz melihat Leo terlihat murung dan terlihat begitu khawatir, "Leo kamu tidak kenapa-kenapa? Apakah kepalamu terasa pusing? Tanya Aziz kepada Leo dengan khawatir.

"Tidak paman aku tidak apa-apa" jawab Leo dengan sedikit lemas, "Apa kamu lapar"? Sambut Laela karena melihat Leo yang sedikit lemas.

"Tidak bik aku masih kenyang" Jawab Leo yang masih saja terlihat murung, "Tapi kamu terlihat tidak baik-baik saja, apakah ada yang kamu khawatirkan?, Tanya Aziz sambil menyentuh pundak Leo.

"Aku baik-baik saja paman jangan khawatir" Jawab Leo dengan sedikit senyum di bibirnya agar paman dan bibinya tidak terlalu khawatir, Aziz dan Laela hanya bisa saling menatap satu sama lain berharap Leo baik-baik saja.

Sesampainya di terminal bus di pinggir kota, mereka akhirnya menaiki taxi untuk menuju rumah sakit di pusat kota sesuai yang diajukan oleh dokter rumah sakit di desa tempat pengobatan Leo sebelumnya, Namun di perjalanan Leo masih saja terlihat murung dan sesekali terlihat gemetaran karena gugup.

Sesampainya di rumah sakit Leo yang baru saja turun dari mobil taxi terlihat begitu tertekan dan tidak mau bergerak, "Paman apakah kita akan lama di sini" Tanya Leo kepada Aziz dengan sedikit gugup.

"Kita datang kesini hanya untuk berobat Leo, jadi setelah selesai kita akan langsung pulang" Jawab Aziz mencoba meyakinkan Leo yang jelas terlihat begitu gugup, "Ayo sayang sini sama bibi" Sambut Laela yang langsung memegang tangan Leo.

Mereka pun langsung masuk menuju resepsionis untuk mendaftar, kemudian menyerahkan surat rujukan yang diberikan oleh dokter di desa, "Ini buk" Kata Aziz menyerahkan surat rujukan ditangannya kepada petugas di sana.

"Baik pak saya cek dulu sebentar" Jawab petugas resepsionis tersebut dengan lembut, setelah petugas mengecek surat tersebut, akhirnya mereka diarahkan langsung menuju dokter spesialis yang sudah disiapkan sebelumnya.

Saat naik ke lantai 2 Leo mendengar suara samar namun begitu familier baginya, sontak membuatnya langsung terkejut, melepas tangan bibinya dan berlari menghampiri suara tersebut.

"Leo ... Leo mau ke mana?" Panggil Laela dan Aziz yang terkejut saat Leo tiba-tiba melepaskan tangan bibinya dan berlari, mereka segera mengejar Leo.

Namun karena begitu ramai dan banyak lorong, seketika mereka kehilangan Leo, dan memutuskan untuk berpencar mencarinya. "Ma kita harus cepat menemukan Leo jangan sampai dia tersesat di rumah sakit yang luas ini" Pinta Aziz pada istrinya.

" Ya Pa, aku juga takut Leo kenapa-kenapa" Jawab Laela dengan khawatir, "Baiklah kamu kearah sana dan aku sebelah sini, nanti kita bertemu lagi di tempat ini". Jawab Aziz dengan buru-buru sambil menunjukkan arah, "Ya Pa". Jawab Laela singkat dan langsung berjalan dengan cepat sesuai arahan suaminya.

Disisi lain Leo yang begitu antusias tanpa henti berlari mencari suara yang sangat tidak asing baginya, dan mata Leo tertuju pada seseorang yang sepertinya sangat ia kenal turun dari tangga menuju ke lantai 1 dengan menggendong seorang anak dan pasangannya yang berada di sampingnya.

Di sisi lain Aziz dan Laila masih mencari Leo di setiap sudut ruangan dengan panik penuh kekhawatiran, mereka bertanya kepada beberapa perawat dan orang yang di temuinya, namun selalu menggelengkan kepala, tidak ada yang memperhatikan anak kecil.

Sedangkan Leo kini berlari mendekati orang tersebut dengan penuh air mata, tanpa sadar menabrak beberapa orang dewasa hingga jatuh, begitu tergesa-gesa, namun tidak memperdulikan apa pun, Leo terus bangkit, menangis tak tertahan.

Mata Leo hanya tertuju pada wanita paruh baya yang bersama pasangan di sampingnya, Leo sudah tepat berada di belakangnya, Leo memanggil tapi suaranya tak bisa keluar, ia pun coba meraih dengan tangan kecilnya, tiba-tiba suara keras terdengar saat Leo menjulurkan tangan untuk meraih wanita paruh baya tersebut.

avataravatar
Next chapter