webnovel

SHUT UP!

Argalino Xavero, kerap biasa dipanggil Arga. Dia merupakan sosok laki-laki yang dingin dan cuek terhadap sekitar. Gara-gara masa lalu nya. Ia menjadi pribadi yg sangat misterius, ia anti dengan yg namanya perempuan selain dia yg sudah tiada. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan sosok perempuan yg sangat mirip dengan dia. Tetapi banyak sekali masalah yg menghadang hubungan mereka. Lika liku kehidupan mereka jalani bersama. Namun prinsip mereka adalah 'setia' 'kesetiaan akan ada jika mereka saling menjaga' Banyak sekali kisah-kisah yg mereka jalani, kenangan indah mereka ukir dalam keseharian. Hingga pada akhirnya takdir lah sendiri yg memisahkan mereka. lalu, bagaimana kisah antara mereka berdua??

Zesikaa_rl · Urban
Not enough ratings
10 Chs

ARGA & LEVA

Levanya melangkahkan kakinya menuju kelas XII IPA 2 yg sudah ditentukan oleh pak KepSek. Sepanjang jalan ia selalu saja menjadi pusat perhatian oleh seluruh murid di SMAN PERJUANGAN. Ia tetap dengan santainya berjalan mencari ruangan yg bertuliskan XII IPA 2.

"XII IPA 2" Gumam Levanya yg sudah berdiri tepat didepan pintu yg diatasnya terdapat tulisan XII IPA 2.

"Masuk nak" Ucap Bu Guru berkacamata yg sedang mengajar di kelas.

"I-iya Bu" Ucap Levanya dengan gugup.

"Perkenalkan namamu" titah dari Bu guru tersebut.

"Nama saya Levanya Anghisna, dari Jawa timur" Ucap Levanya dengan senyuman ramahnya.

"Baiklah ada yg ditanyakan dari Levanya?" Tanya Bu Guru tersebut yg diketahui namanya adalah Bu Nina.

"Saya Bu" Ucap seorang laki-laki yg sudah berdiri mengangkat tangan kanannya.

"Iya, apa Mahen?" Tanya Bu Nina.

"Dia kan dari Jatim, daerah mana ya?" Tanya Mahen yg sudah duduk kembali.

"Saya dari daerah Blitar" Ucap Levanya.

"Saya tanya Bu" Ucap Seorang perempuan yg juga mengacungkan jari telunjuknya.

"Iya Melda?" Tanya Bu Nina.

"Dia alumni SMP Blitar kan?" Tanya dari gadis berwajah baby face yg sangat lucu menurut Levanya.

"Iya, kok tau?" Tanya Levanya dengan keheranan.

"Nebak aja hehehe" Cengiran dari Melda.

"Baiklah, Levanya kamu duduk di sebelah Milka, Milka angkat tangan kamu" Ucap Bu Nina.

"Saya Bu" Ucap sekaligus angkatan tangan dari gadis yg duduk di pojok kiri bagian belakang.

"Nah itu Milka" Tunjuk Bu Nina ke arah Milka.

"Hai salam kenal, gue Milka Lunaila, panggil Milka, Ika, Luna, Nana, Naila juga boleh, Up to you" Ucap Milka yg mengajak berjabat tangan dengan Levanya.

"Salam kenal juga, gue Levanya" Ucap Levanya yg juga menerima jabatan tangan Milka.

"Gue dulu asli Malang" Ucap Milka.

"Kenapa pindah ke sini?" Tanya Levanya.

"Jadi gini-"

"MILKA JANGAN MULAI KAMU! SEKARANG WAKTUNYA PELAJARAN SEJARAH! BUKAN CERITA!" Teriakan menggelegar dari Bu Nina yg sudah mengetahui bagaimana sikap dan sifat Milka.

"Iya Bu" Ucap Milka yg sudah insyaf.

_&_

"Leva, ke kantin yok" Ajak Milka dengan antusias.

"Leva?" Beo dari Levanya.

"Gue panggil Leva aja ya, biar gak terlalu panjang" Ucap Milka.

"Serah lo deh" Ucap Leva dengan satu tangan yg mengandeng tangan Milka.

_&_

"Ga, ke kantin yok" Ajak Axel yg sudah merengek sedari tadi, karena perutnya sudah demo.

"Sama gue aja Xel, gue lapar" Ucap Rendi yg juga merasa lapar karena pelajaran hari ini sangat menguras tenaga.

"Gue gamau sama lo" Ucap Axel dengan ketus.

"Lo masih marah gara-gara tadi?" Tanya Rendi.

Memang tadi adalah Ulangan Harian pelajaran Biologi, Axel dan Rendi sudah berencana untuk contekan, namun Bu Siska tadi menyuruh Rendi untuk pindah bangku, hingga akhirnya Rendi duduk dengan Noval si ketua kelas yg terkenal dengan kepintarannya. Dan Axel?? Dia duduk sendiri di bangku yg paling belakang. Sehingga Rendi bisa santainya menyontek Noval. Sedangkan Axel?? Ia hanya mampu pasrah dengan apa yg ia jalani.

"Udah tau masih aja nanya!" Ketus Axel.

"Gue ke perpus" Ucap Arga yg sedari tadi lelah sendiri melihat kedua sahabatnya bertengkar dingin seperti itu.

"Xel, jangan sampai persahabatan kita hancur gegara hal sepele seperti itu. Gue tau lo kesel, tapi coba lo berpikir dewasa, lo turunin ego lo" Ucap Rendi dengan berlagak dewasa.

"Ya elah Ren, gue cuman pura-pura, jangan kek gitu lah, serem tau" Ucap Axel

"Candaan lo gak lucu bocah kadal!" Desis Rendi dengan kesal melihat tingkah Axel yg sangat absurd.

"Ya elah, kok jadi sensi gini sih lo?" Tanya Axel dengan wajah cemberut, sepertinya dia menyesali perbuatannya itu.

"Serah lo, gue ke kantin" Ucap Rendi yg juga langsung melenggang pergi meninggalkan Axel yg sedang diterpa rasa penyesalan.

_&_

Arga terus berjalan dengan tatapan elangnya, ia terus berjalan menuju perpustakaan, walaupun Arga merupakan kriteria badboy, namun ia masih mempunyai hobi untuk sekedar membaca ataupun mencari referensi di perpustakaan. Baginya perpustakaan merupakan tempat kedua setelah rumah megahnya.

"Ada yg bisa dibantu kak?" Tanya adik kelas selaku penjaga Perpustakaan.

"Gak" Ucapan Arga mampu membuat adik kelas itu menjadi gemetaran panas dingin ditempat.

"Y-ya u-dah kak" Ucap adik kelas itu yg meninggalkan Arga sendiri di tempat.

Arga melangkah menyusuri rak-rak buku yg menjulang tinggi dan kokoh, ia terus memandangi setiap sudut-sudut judul buku, hingga pandangan terpaku dengan salah satu buku yg mampu menarik perhatiannya, buku tersebut berjudul "THE PAST" Yg berarti 'Masa Lalu'.

Ia membawa buku itu ke sudut ruangan, yg bersebelahan dengan jendela pembatas, ia mulai membuka lembaran-lembaran buku itu, bagian pertama saja sudah mampu membuat Arga menarik senyumannya.

"Berbeda alam tak akan membuat semuanya menjadi hancur" gumam Arga ketika melihat kata-kata itu di dalam buku bagian pojok kiri.

Arga terus menerus membolak balikkan buku itu, yg tandanya bahwa ia sedang asyik membaca, sedari tadi ia menemukan beberapa quotes yg bagus.

"Nggak semua masa lalu yg indah harus dikenang, dan nggak semua masa lalu yg kelam harus dilupakan" Gumaman dari Arga terdengar kembali.

Kini Arga sudah belajar dari buku ini, sepertinya ia harus segera menepis bagian-bagian masa lalu yg membuatnya rapuh dan semakin terpuruk, ia harus bangkit, ia harus berjuang kembali agar ia mendapat kebahagiaan dengan caranya sendiri.

Hidup bergelimang harta tak mampu menjamin kebahagiannya. Yg terpenting adalah ia harus membuat masa mudanya menjadi lebih produktif, bukan malah meratapi nasib.

Tak masalah jika ia harus diterpa kenyataan bahwa kedua orangtuanya tak pernah ada untuknya. Ia masih mempunyai kedua sahabat yg selalu mendukungnya.

"Nyerah bukanlah jalan, melainkan lari dari kenyataan" Ucap Arga yg masih termenung melihat buku yg berjudul THE PAST.

"Jangan pernah berpikir untuk menyerah, karena berhenti di tengah jalan merupakan prinsip orang lemah" Ucap seorang gadis yg tiba-tiba muncul, sepertinya gadis itu mendengar ucapan Arga.

Seketika Arga mendongak melihat siapa yg berbicara.

"Gue boleh duduk?" Tanya gadis itu sambil menunjuk ke arah kursi kosong di samping Arga.

"Hm" deheman dari Arga yg terkesan dingin.

"Kenalin gue Levanya anak XII IPA 2" Ucap Leva dengan mengulurkan tangannya.

"Gue Arga" Ucap Arga tanpa melihat Leva sedikit pun, dan tanpa berminat untuk menerima uluran tangan dari Leva.

Respon dari Arga membuat Leva semakin gencar untuk segera pergi dari sini, karena Leva benci diabaikan. Namun kedua kakinya mendadak kaku seolah tak berdaya untuk segera pergi dari ruangan bersumber ilmu ini.

"Tujuan lo kemari?" Tanya Arga dengan kedua mata yg masih sibuk berkutat dengan buku.

"Dari kecil gue selalu ke perpus di jam istirahat" Ucap Leva dengan mata yg menelanjangi seluruh sudut ruangan.

"Tidur?" Tanya Arga yg terlarut dalam topik yg dibicarakan Leva, entah mengapa ketika di dekat Leva, Arga selalu ingin bertanya lebih jauh tentang kehidupannya.

"Ya gak lah, gue biasanya kalo ke perpus itu, kalo gak baca buku ya cuma duduk doang" Ucap Leva dengan mata yg memicing ke kanan ke kiri. Sungguh ia merasa gugup ketika berada di dekat Arga.