3 2. again?

Pagi yang cerah, secerah semangatku hari ini. Tapi tidak dengan hatiku. Hatiku telah lama suram setelah hari itu, setelah dia memilih meninggalkanku. Hidupku berubah, aku lebih pendiam, murung dan parahnya aku menutup akses diriku kepada orang lain. Aku tau ini salah, harusnya aku tidak begini.

Sampai ketika aku tak sengaja bertemu orang baru. Kedatangannya seolah merubah hidupku, mendekor ulang hatiku. Memberi warna hatiku yang semula kelabu menjadi berwarna layaknya pelangi.

Dia, Georgino Alanta Haris. Orang orang memanggilnya Alanta, tapi aku lebih suka memanggilnya 'Ge'. Entahlah aku tak mengerti bagaimana awal mula kedekatan kami. Yang pasti semua berjalan begitu saja. Ge, dia asik. Selalu saja ada hal yang menjadi topik pembicaraan kami, jangan lupakan sifat humorisnya yang membuatku kerap tertawa saat didekatnya. Ge membuatku lupa akan rasa sakitku. Sepertinya aku mulai membuka diriku untuk Ge.

Tapi, aku lupa sesuatu.

Aku lupa menilai orang sampai kedalam. Aku hanya menilai yang terlihat saja. Tanpa tau isi hati dan pikirannya.

Hal yang tak pernah ku inginkan terjadi lagi. Dan aku kembali terluka.

"Kita udahan aja ya, kayaknya kita udah ga cocok lagi."

Kalimat singkat yang mampu membuat sekujur tubuhku kaku seketika.

"Kenapa? Ada yang salah sama aku?." Ucapku dengan nada bergetar.

"Gak ada, tapi aku yang salah. Aku selalu buat kamu sedih. Jadi kita sampe sini aja." Katanya memutuskan sepihak.

"Hari ini annive kita, kamu tega putusin aku disaat hari jadian kita? Kamu gabisa putusin sesuatu sepihak. Kita menjalin hubungan berdua bukan sendiri. Aku gamau kita putus." Kataku sambil menahan tangis.

"Maaf, laura. Aku sayang kamu. Tapi aku gamau bikin kamu sedih terus." Katanya sambil memegang pundakku.

"Tapi ga gini caranya ge. Kita bisa lewatin ini sama sama. Aku gamau putus dari kamu." Ucapku.

"Yaudah kita gajadi putus, aku masih sayang kamu. love u. Udah jangan nangis lagi, aku masih disini. Aku janji bakal bikin kamu bahagia." Ucapnya menenangkan seraya menarikku kedalam pelukannya.

"Tapi janji jangan gini lagi. Aku sayang banget sama kamu." Kataku sambil membalas pelukannya dan menyandarkan kepalaku di dada bidangnya.

"Pinky promise chubby." Katanya seraya melepas pelukan kami. Dan tangannya mencubit pipi gempalku.

Setelah hari itu, yang kufikir semua akan kembali seperti semula. Tapi semua berubah 180 derajat dari sebelumnya. Ge yang biasanya selalu memberi kabar sesibuk apapun pasti menyempatkan waktunya. Dia lebih memilih basket kesayangannya dari pada aku.

Menyedihkan, tapi aku terus menguatkan hatiku untuk tetap bersamanya. Aku sayang dia melebihi rasa sayangnya kepadaku. Aku selalu memaklumi kesibukannya. Tapi, apa balasannya untukku? Nol besar.

Ingin rasanya aku berteriak di telinganya. Tapi apalah daya. Tugasku hanya memaklumi kesibukannya.

Malam-malamku dipenuhi rasa resah. Resah menunggu kabar darinya. Menunggu menunggu dan menunggu.

Chat kita semakin singkat, singkat dibagian dia bukan aku. Sekarang topik dariku yang mendominasi chat kami. Tapi respon dia? Sungguh menggelakan hati.

"Ge, kamu sibuk ya? Maaf kalo ganggu."

Kalimat itu yang selalu menjadi pemula chat kami saat ini. Dan itu berasal dari diriku. Bodoh sekali bukan. Tapi inilah yang terjadi.

Aku yang memegang prinsip tak mau memulai chat. Tapi aku juga yang menelan prinsipku sendiri. Mengabaikan semua itu.

Sedih memang, tapi aku harus berjuang.

Balasan pesanku tak secepat dulu. Berjam jam menunggu balasan darinya. Hingga aku ketiduran. Miris bukan. Dengan harapan, besok pagiku disambut chat manisnya. Tapi harapanku kembali sirna. Aku kembali dijatuhkan.

"Maaf, ketiduran."

Itu balasan yang sering ku terima. Klise, tapi untuk mempertahankan hubungan ini aku harus mengalah.

Sampai aku merasakan, sesuatu hal aneh.

Kau tau bukan, wanita itu makhluk perasa. Alasannya simple, karena dia memakai hati.

"Kenapa sih kok kamu pengen tau?"

Isi pesan dari Ge yang baru saja kudapat.

Tidak ada angin tidak ada hujan tidak ada apa apa. Tiba tiba dia chat gitu.

"Pengen tau apa?" Balasku

"Nggak kok gapapa."

"Loh, emang kamu pengen tau apa? Siapa yang pengen tau?" Tanyaku ke Ge.

"Enggak kok bukan apa apa. Bukan siapa siapa."

Dari sana aku merasakan ada keanehan di Ge. Bukan bermaksud mencurigai. Tapi kita wanita boy. Jiwa ingin tau kita terhadap pasangan kita itu besar.

Aku tau itu pesan yang akan dikirim kepada seseorang tapi malah terkirim ke aku.

Aku hanya ingin tau dia siapa. Apa aku salah?

Wanita mana yang tak curiga kalau prianya tiba tiba berkelakuan aneh. Tunjukkan padaku jika ada wanita yang tak curiga.

Aku rindu dia, rindu kata kata manisnya. Aku rindu semuanya. Sekarang semua berbeda. Dia yang berubah bukan aku.

Tapi mengapa rasaku tetap sama, tak pernah berkurang sedikitpun.

Aku selalu meminta tuhan untuk selalu bersamamu. Tapi aku melupakan sesuatu lagi. Aku lupa meminta tuhan agar kamu tidak pergi.

Hingga hari itu tiba.

"Kita udahan aja. Maaf aku ga nepatin janji aku." Ucapnya.

*Duar

Seketika hatiku tersambar petir yang dasyat. Tanpa mengeluarkan suara, air mataku jatuh begitu saja.

Aku tidak menangis, hanya saja aku mengeluarkan air mata.

"Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari mulutku.

"Maaf buat semuanya ra, dan makasih." Ucapnya lagi.

"Kenapa ge kenapa? Aku sayang sama kamu. Aku gamau kita putus." Kataku, seraya mengusap air mataku.

"Hubungan ini udah gabisa dilanjutin lagi ra, aku minta maaf." Katanya.

"Yaudah, oke. Kalo memang itu keputusan kamu. I'm fine:)." Putusku.

Kali ini aku tak bisa mencegah keputusannya lagi. Aku menundukkan kepala ku, menangis dalam diam. Karena aku tak mau disebut wanita aneh jika aku menangis meraung raung karena seorang cowok. Apalagi didalam cafe seperti ini.

Sebelum beranjak pergi ge mengucakan sesuatu.

"Jika dunia ini lautan pasir. Ambilah segenggam, hitung dan rasakan setiap butir pasirnya. Sebanyak itulah aku mengenalmu. Terimakasih telah hadir. Jika suatu saat nanti kita tak bertemu lagi. Aku mohon maafkan semua kesalanku." Ucapnya tegas seraya bangkit dari tempat duduknya.

Lalu dia menarikku bangkit.

"Ayo kuantar pulang." Ajaknya dengan menarik tanganku keluar dari cafe ini.

Aku menundukkan kepalaku. Untuk menutupi wajah sembab ku. Berjalan gontai, dengan pikiran bercampur aduk. Hatiku ngilu.

Tak lama aku sampai didepan rumahku. Setelah mengucapkan terima kasih kepada ge karena telah mengantarkan ku pulang. Aku segera berlari kedalam rumah dan masuk ke kamarku.

Menangis sejadi jadinya. Menenggelamkan wajahku dibawah bantal.

Kebiasaan burukku, setelah menangis lama aku akan ketiduran. Dan ketika bangun wajahku akan seperti monster. Dengan mata sembab, rambut acak-acakan, bibir bengkak ditambah lagi dengan bercak bercak bekas air mata di wajahku. Lengkap sudah.

satu bulan berlalu.

Setelah insiden kandasnya hubunganku dengan ge. Tak lama kemudian aku menemukan fakta yang membuat hatiku seperti tertusuk belati. Ge berpacaran dengan Cham.

Cham, dia sahabatku. Orang pertama yang mengetahui kedekatanku dengan ge. Ada sedikit rasa kecewa dengan cham. Tapi aku tau, ini bukan kesalahan cham. Aku dan cham sama sama korban.

Sialnya,

Aku mengetahui fakta data pemetaan kelas kalau aku seatap dengan ge dan cham. Kami bertiga ditempatkan dikelas yang sama.

Jadi bagaimana menurut kalian?

Tapi sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadaku. Ge pindah kelas ke IPA 4. Beruntung bukan aku. Meskipun dikelas aku harus bertemu cham yang sat ini notabenya menjadi pacar ge.

Tahun ajaran baru tiba

Aku memasuki kawasan sekolah. Menginjakkan kakiku di lorong lorong kelas. Sebelum memasuki ruang kelas. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Selangkah lebih maju, aku menguatkan hatiku agar bisa melewati semua ini.

Move on!!!

Hari-hariku berjalan seperti biasanya. Meskipun aku merasa sedikit sakit saat melihat mereka berdua sedang asyik bercengkrama.

Siang itu, aku duduk dibangku depan kelas dengan temanku Kalia. Sedikit curcol, saat kami asyik bercurcol kalia memergoki ge sedang menatap lekat kearahku. Sebenarnya aku merasakan jika ada sepasang mata yang menatapku. Sayangnya aku memilih untuk tak perduli itu.

"Ra, lihat de si alanta liatin lo mulu masa." Kata kalia sambil menepuk nepuk bahuku.

"Yauda si Li biarin aja, gabisa move on dari aku mungkin." Ucapku sambil terkekeh.

Memang benar, tak jarang aku memergoki dia menatapku. Tapi saat aku menatapnya dia membuang muka.

Dari sorot matanya aku tau, semacam dia tak ingin melepasku tapi dia menyukai cham. Bukannya aku terlalu pede. Tapi itulah kenyataanya. Dia masih menyayangiku tapi dia suka cham.

Memang setiap kali kita berpapasan, kami tak pernah saling bertegur sapa lagi. Seperti orang tidak kenal, kalimat itu yang bisa kudeskripsikan untuk keadaan kami saat ini.

Untuk mengalihkan pikiranku dari dia. Aku memilih menyibukkan diriku bersama teman temanku. Mencari kesenangan sendiri untuk melupakan kenanganku bersama ge.

Jika kalian ingin tau, ge adalah orang pertama yang mampu membuat jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Dia pacar pertamaku, meskipun bukan orang pertama yang ku suka. Tapi dia membuatku seakan tak bisa hidup tanpanya.

Tapi ketahuilah, logika ku bermain saat ini. 15 tahun aku hidup tanpa adanya dia, tapi aku bisa hidup bukan? Jadi untuk apa aku harus larut dalam kesedihan ketika ditinggalkan seseorang yang tidak begitu berpengaruh besar dalam hidupku. Setahun bersamanya, bukan berarti apa apa.

Kehadirannya hanya memporak porandakan hatiku.

Aku memang masih menyayanginya, tapi aku bisa apa? Merebutnya kembali? Maaf itu bukan keahlianku. Jadi lebih baik aku menyembuhkan lukaku sendiri. Meskipun akan memakan waktu yang cukup lama.

Melihatnya tersenyum meskipun bukan aku yang menyebabkan saja sudah membuat hatiku lega. Karena nyatanya sekarang aku hanyalah penikmat senyumnya bukan pemilik apalagi penyebab.

To:  Georgino Alanta Haris

Ge, makasih banget karena kamu aku merasakan cinta yang luar biasa. Meskipun awalnya kita musuh bebuyutan. Memang aku tak pernah menyangka kalau pacar pertamaku adalah kamu. Padahal dulu kita sering bertengkar ya ge, hal yang tidak penting saja kita pertengkarkan. Membuat seisi kelas kacau karena ulah kita.

Aku cuma mau ngucapin makasih. Meskipun hatiku sakit. Tapi rasa sakitku tak sebesar rasa sayangku.

Sebut saja ini alay lebay atau semacamnya. Tapi inilah kenyataannya, aku tak mampu memungkiri ini.

Aku ingin meminta maaf untuk semua yang pernah kita lewati bersama. Maaf mungkin saat kebersamaan kita aku memiliki banyak kekurangan. Yang membuatmu pergi dariku.

Kuharap kau tau, sampai saat ini rasaku terhadapmu masih sedikit sama.

Harapanku, semoga dimanapun kamu berada kamu tetap dilindungan-nya. Bersama siapapun kamu saat ini, semoga bahagia turut menyertaimu.

Love you♡

To : Cham sahabatku

Hai cham,

Sebenarnya aku tak menyangka kalau kamu seperti ini. Tapi aku tau kesalahan ini sepenuhnya bukan milikmu.

Ketahuilah, hatiku pecah saat tau kalau orang itu kamu. Kamu yang terlampau dekat denganku. Tapi ah entahlah.

Beruntung, aku bukan tipe orang seperti mereka yang akan memusuhi pacar baru dari mantanku. Kebanyakan orang berpikir bahwa adanya orang baru itu yang membuat kandasnya suatu hubungan. Tapi tidak dengan aku.

Meskipun awalnya aku berpikir, kenapa kamu tega melakukan ini kepadaku. Tapi lama lama pikiranku berubah. Karena semua harus diputuskan saat pikiran kita jernih bukan?

Memang ada sedikit kecewa. Tapi aku tau kita sama sama wanita. Hati kita sama rapuhnya. Jadi tidak baik untukku kalau menaruh kecewa besar pada dirimu.

Semoga kalian bahagia. Terutama kamu cham.

Semoga kamu bahagia cham♡

Yang bisa kulakukan sekarang hanya memantau mereka dari jauh. Meskipun sakit, tapi aku pasti bisa melewati semua ini. Masih banyak orang yang menyayangiku. Jadi untuk apa aku khawatir.

Aku memang sempat benci kepada mereka berdua. Tapi lama kelamaan aku berfikir untuk apa aku membenci mereka. Aku hanya kecewa saat itu.

Kalian tentu tau bukan? Kecewa sangat sulit diobati. Tapi kecewa bisa hilang saat kalian mulai merelakan semuanya.

Aku sudah merelakan semuanya. Aku mengikhlaskannya.

Cukup aku yang merasa kecil

Cukup aku yang merasa tak dianggap

Jangan ada yang lain lagi.

Rasanya sungguh sakit.

Setelah insiden itu aku menutup sedikit celah hatiku. Karena aku tak ingin menerima sembarang orang yang memasuki area hatiku. Aku butuh memfilter semuanya.

Aku mempersilahkan mereka yang ingin memasuki area hatiku. Tapi permintaanku hanya satu. Jika tak bisa memperbaiki tolong biarkan apa yang rusak tetap disana jangan menambah kerusakannya.

Karena,

U can't break what's already broken.

Semoga kita bertemu lagi. Te eco mucho de menos, mi amor:))

Thx.

==============================

Ok girls. Time to open mind, jangan larut dalam kesedihan karena putus cinta. Anggap saja seperti digigit semut. Meskipun aku tau itu sakit. Tapi aku percaya kalian bisa. Buktinya aku bisa. Jangan mudah percaya dengan apapun dengan siapapun. Karena yang terdekat dari kalian lebih berpotensi menyakiti daripada yang jauh dari jangkauan. Jika aku bisa, aku akan mengubah kecewa yang dihasilkan menjadi benci, supaya tak lagi mencintai. Tapi aku tak bisa melakukannya.

Bangkitlah girls. Jangan mau diinjak injak. R.a kartini memperjuangkan emansipasi wanita untuk tidak ditindas. Jadilah wanita tangguh.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Salam 2000 kata untuk readers wattpat tercinta. Maaf agak gajelas ya ceritanya. Tapi aku hanya mampu membuat itu.

Jangan lupa untuk follow akun ku ua guys. Vote dan komen dari kalian berharga.

Kami penulis amatir membutuhkan masukan dari kalian yang udah senior dalam menyusun kata menjadi kalimat yang menyentuh hati.

Makasih, buat yang udah baca cerita absurd ini.

Love u,

Mry♡

avataravatar