1 Shopping

Menjadi suami yang baik adalah pekerjaanku pada saat aku memiliki waktu untuk anak dan juga istriku tapi, kelihatannya aku harus mempelajari semuanya lebih banyak dari istriku "Papa, lihat-lihat... Ini lucu ya" ucapnya sembari menyodorkan beberapa potong pakaian bayi berwarna kuning dan juga biru. Kami saat ini berada disebuah tempat taman bermain istriku yaitu toko pakaian dan sudah beberapa kali juga istriku memuji semua pakaian yang di temuinya dengan kata "Lucu?" terkadang aku sempat berpikir. Apakah arti dari lucu itu adalah pakaian bayi? "Iya, bagaimana papa?" tanyanya kembali sembari menunjukkan pakaian-pakaian tersebut kepada putra kecil kami yang berada di gendongannya yang masih berusia 1 tahun. Apa yang harus aku jawab? Karena sudah kesepuluh kalinya istriku menanyakan hal yang sama dan selalu memuji setiap pakaian yang di temuinya, di tempat ini hampir di setiap pandangan mataku hanya ada pakaian dan juga peralatan rumah tangga dengan warna yang sangat terang dan juga harga yang berbeda-beda. Terlihat istriku meletakkan kembali kedua pakaian itu dan berjalan dengan anggun pergi ke toko lain, terkadang wanita sangat sulit untuk di pahami "Papa? Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa..."

"Papapa da acik!" lihat siapa yang berbicara. Walaupun usianya masih 1 tahun, putraku sudah bisa berbicara karena ibunya yang selalu mengatakan hal yang sama pada saat aku selalu bekerja dan tidak bisa diganggu jika sedang serius "Mamama!" rengeknya meminta sesuatu pada mamanya "Hm? Oh! Sudah haus ya" seakan tahu apa yang diinginkan putra kami. Dengan cekatan tangan kirinya mengambil sesuatu di dalam tas bayi miliknya dan mengeluarkan sebotol susu berukuran kecil "Ini sayang..." sembari memberikan botol tersebut kepada putra kecil kami.

Istriku sangatlah hebat. Bagaimana tidak jika dia bisa melakukan aktivitas berbelanja dengan menggendong bayi, tas besar yang menggantung dibahu kanannya dan mengambil barang-barang di dalam hanya dengan menggunakan satu tangan. Di dalam tas itu mungkin tidak hanya keperluan bayi saja, melainkan juga pasti ada beberapa alat kosmetik dan juga dompet milik istriku yang berukuran tidak kalah besar, sementara aku tidak melakukan apa-apa "Hm? Papa? Ada apa?" tanyanya menghamburkan imajinasiku "Tidak apa-apa..."

"Hm? Papa aneh" ejek istriku.

"Papapa neh!" lagi-lagi putraku sudah merekam apa yang dikatakan mamanya. Mereka seperti kembar, rambut pirang dan mata safir yang sama "Iya, papa memang aneh" dan selalu memonopoli diriku. Istriku pun kembali ke kebiasaannya. Tunggu dulu! Ini pakaian untuk orang dewasa? "Hm, cocok tidak ya?" ucapnya sembari mengambil sebuah kemeja berwarna hitam polos dan menempelkannya di depan tubuhku "Baju ini apakah untukku?" tanyaku.

"Iya, lagi pula baju di rumah sedikit dan papa selalu memakai pakaian yang sama untuk bekerja" ucapnya. Ya Tuhan, terima kasih kau sudah memberikan aku istri yang sangat pengertian kepadaku "Mamama!" lagi-lagi putra kami merengek sembari menunjuk pakaian yang digenggam istriku "Ada apa sayang? Apa kau juga mau?" tanya istriku seakan mengerti apa yang dikatakan anak kami.

"Tamtam!" apa yang dia katakan? "Hm? Oh! Jadi mau yang warna hitam sama seperti papa?"

"Tamtam! Papapa!" ternyata dibalik kesamaan anakku dan juga istriku. Masih ada sedikit kesamaan diriku di dalam anakku, kami sama-sama menyukai warna hitam. Walaupun terkadang anakku selalu memonopoli diriku bersama istriku, mereka tetaplah keluargaku yang akan selalu mewarnai hidupku. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan sisa hidupku untuk mereka dan aku harus selalu ada untuk mereka.

Tidak terasa sudah 6 jam kami berbelanja di mana istriku membeli 1 kemeja berwarna hitam, 3 pakaian bayi dengan tiga warna yang berbeda, 12 baju milik istriku dengan berbagai motif dan harga yang berbeda pula. Dan juga, 3 buah mangkuk dengan ukuran serta warna yang berbeda untuk menggantikan mangkuk yang lama di rumah "Papa, ayo kita pulang" entah kenapa kata-kata itulah yang aku tunggu selama ini "Kenapa?"

"Dia sudah kelelahan" ucapnya sembari melirik sesosok malaikat kecil yang tengah tertidur pulas dengan ibu jarinya yang dimasukkan ke dalam mulutnya dan berada di dalam dekapan hangat mamanya. Mungkin ini juga termasuk satu alasan kenapa istriku selalu menyayangi bayi kami, dia bisa dan rela mengorbankan hobi kecilnya hanya untuk bayinya tercinta.

"Baiklah kita pulang" ucapku sembari membawa dua kantung plastik berukuran besar di kedua tanganku "Tunggu papa!" ucapnya menghentikan langkahku. Terlihat sepertinya dia tengah mencari sesuatu di dalam tas miliknya, apa yang dia cari? Apakah ada sesuatu yang belum dibelinya "Foto kami!" ucapnya sembari memberikan ponsel pintar miliknya. Ini juga termasuk kebiasaan lain dari istriku yang belum bisa hilang, mungkin ini juga adalah salah satu bentuk rasa kasih sayangnya kepada putra kecilnya.

Sudah beberapa gambar aku ambil untuknya, setelah puas kami pun berjalan keluar untuk menuju tempat parkir di mana mobil kami berada. Sesampainya di dalam mobil dan setelah selesai aku meletakkan semua barang-barang yang dibeli istriku, aku pun duduk di kursi kemudi dan menghidupkan mobilku "Sayang..." lirihnya. Aku hanya menoleh dan menatap kedua mata safir miliknya "Ada apa?" tanyaku.

"Terima kasih sudah mau bermain bersama kami, aku tahu mungkin kau kesal pada saat di dalam dan kau pasti sedang memikirkan laptop dan juga lembaran-lembaran kertas kerjamu tapi, untuk satu hari ini terima kasih... Aku mencintaimu" ucapnya. Sial! Kanapa di saat seperti ini, Tuhan apakah kau tidak bisa mengubah semua hari menjadi hari libur untukku?

"Aku juga berterima kasih, berkat dirimu aku merasakan sebuah keluarga yang sebenarnya dan terima kasih karena kau sudah menjaga, merawat, mencintai, menyayangi dan mendidik anak kita dengan sepenuh hati hingga menjadi anak yang pintar sama sepertimu" ucapku sembari membelai dengan lembut kedua orang yang aku cintai di depan mataku.

"Kau adalah papa yang sangat luar biasa untuk anak kita, kau melakukan ini semua hanya untuk kami tanpa mementingkan dirimu sendiri, kau selalu berusaha untuk membuat kami tersenyum dan selalu tertawa... Kau selalu memberikan kehangatan di dalam keluarga dan kau akan selalu ada jika ataupun tidak dibutuhkan" ucapnya lagi. Aku menghapus air matanya yang sempat mengalir membasahi pipi putihnya, pandangan kami semakin mendekat bahkan deru napas dapatku rasakan darinya. Tidak ada jarak di antara kami dan tidak akan ada yang bisa menghalangi kami karena cinta.

"Ugh!" tiba-tiba saja leherku seperti ada yang mencengkram dengan sangat kuat "Papapa!!" ucap bayi kami yang ternyata terbangun dari tidurnya "Wah! Anak mama sudah bangun ya!" sambut istriku sembari menciumi pipi gembulnya. Kecuali seorang balita yang berusia 1 tahun.

"Hihihi, maaf ya papa"

avataravatar