webnovel

Chapter One

//Novi//

Mereka adalah pasangan yang sempurna, Zico terlihat begitu bahagia saat bersama dengan Bianca. Dan aku hanya diam di kursi untuk para tamu lalu melihat mereka mengikat janji suci di pelaminan.

Padahal bulan Oktober kemarin Zico adalah tunanganku lalu dia memutuskanku secara sepihak. Dia juga mengabaikan semua yang sudah kami persiapkan untuk pernikahan kami yang seharusnya akan digelar bulan Maret besok.

Aku menghela napas lalu mengusap sebulir air mata yang mengalir di pipiku, jujur saja ini tidak adil. Tunanganku direbut oleh selingkuhannya hingga menikah sedangkan aku diputuskan sepihak. Bukan masalah sih, tapi tetap saja hatiku terluka.

Saat semua tamu undangan bertepuk tangan untuk mereka, aku juga ikut. Hingga di mana saat mereka menyantap hidangan, aku hanya meminum segelas wine tanpa menyentuh makanan. Rasanya ingin mabuk, tapi harus tahu, tidak akan ada yang menolongku. Ukh.

Greb

"Nopnop, aku ingin bicara sesuatu padamu" Zico menggenggam tanganku lalu menatapku dengan begitu hangat. Tatapan yang juga ditunjukkannya padaku dulu dan pada Bianca tadi.

Aku menarik tanganku, tapi genggaman Zico semakin kuat "Kak Zico-"

"Aku minta maaf sudah mengecewakanmu, kita akan kembali bersama lagi-"

"Kak! Sakit!" aku terus meronta saat genggamnya semakin menguat, dia memintaku menatapnya tapi aku terus menghindarinya. Kalau begini terus, tanganku bisa putus.

"Dengarkan aku, lihat aku Sayang!"

"Kak.." aku menangis ketakutan karna semua orang melihat itu, aku tidak mau terlibat terlalu dalam seseorang-

"Woah! Drama apa lagi ini Zic? Dia adalah wanita loh!" seseorang memelukku dan menyembunyikan wajahku agar tidak terlalu dilihat banyak orang. Karna sedekat ini-sial Kak Zico memperkuat genggamannya lagi.

"Marcel-"

"Yo! Selamat atas pernikahanmu, lepaskan tangan wanitaku. Itu membuatku sakit loh melihatnya"

Apa?!

Aku menatapnya dan dia juga menatapku sambil senyum. Setelah itu dia menatap Zico, secara tiba tiba Zico menonjok muka pria yang menolongku hingga tersungkur. Tentu aku juga ikut jatuh dengannya.

Pria itu berdiri dan membalas pukulan Zico itu yang membuat kepalanya terbentur meja "Aku menegurmu baik baik, Zic"

Aku juga berdiri dan melihat pria di depanku itu, dia terlihat sedikit terluka karna pukulan Zico. Tak berselang beberapa lama, seorang wanita paruhbaya datang, aku yakin itu adalah Tante Clara, ibunya Zico.

"Marcel! Apa yang kamu lakukan ke Zico?!"

"Jaga sikap anakmu itu, Bibi. Dia berani sekali menyakiti wanitaku hingga menangis, dan memukulku"

Plak!

"Kamu bukanlah anak kecil lagi, dan tahu diri siapa kamu bagi keluarga Chandra! Hanya anak haram sepertimu tapi bisa berkuasa karna ayahmu!"

"Anak haram-"

"Pergi dari pesta ini, dasar aib keluarga!"

Pria itu terdiam dan langsung berbalik sambil menggenggam tanganku. Langkah kami terhenti saat Tante Clara menyinggungku.

"Ternyata anak yang terlahir dari jalang juga tetap kembali menyukai jalang. Tidak salah lagi, kamu memang darah rendahan"

Setelah mendengar itu, tatapan pria itu memakin kelam dan menatap Tante Clara dengan sangat marah "Aku tidak akan mengeluarkan dana sepeserpun untuk keluargamu!"

Kami pergi menuju sebuah mobil hitam. Dia menyuruhku masuk dan dia masuk dari sisi lain, setelah itu kami pergi dari hotel tempat Zico menikah dengan istrinya. Aku hanya diam sepanjang jalan, pipinya pasti sakit. Apa aki harus berterima kasih?

"Terima kasih"

"Hng? Oh, ternyata punya mulut toh"

Aku kembali diam dan melirik ke arahnya "Novi, namaku Novi"

"Aku tidak peduli dengan namamu"

"Ok.. siapa-"

"Kupingmu tidak bisa mendengar dengan baik? Tadi orang orang sialan itu memanggilku apa?!"

"Biasa saja dong! Aku tidak minta bantuanmu! Turunkan aku!"

Dia meminggirkan mobilnya dan menyuruhku turun "Turun"

Tentu saja aku turun, kusumpahi dia terkena stroke! Marah marah terus dari tadi! Tapi ini adalah jalanan yang gelap dan sepi. Dia sangat kurang ajar, niat membantu tidak sih?!

Aku menghela napas lalu berjalan menyusuri jalanan sepi itu. Langkahku terhenti saat melihat segerombolan motor yang mendekat ke arahku, dengan cepat aku berlari saat seseorang turun dari motor itu membawa balok kayu.

Klak

Sialan, heelsku patah! Aku menoleh ke pria itu lalu melepas sepatuku dan terus berlari. Seseorang tolong aku! Aku terus berlari hingga tidak melihat jalanan yang menurun, dan alhasil aku terjatuh. Menggelinding ke aspal yang mulai datar dari tanjakan itu, tubuhku pun lecet di mana mana. Kepalaku terasa perih, siapa mereka?

"Benar ini wanita yang dimaksud Nyonya?"

Seseorang menarik rambutku dan menyorot mukaku dengan senter "Benar"

"Bawa dia ke semak di sana, aku sudah tidak tahan!"

"Sayang ya, wanita semolek ini langsung dibunuh"

"Makanya kita nikmati dulu!"

Aku sudah sangat lemas karna luka luka, dan mereka mau memperkosaku? Seseorang, tolong aku. Kumohon.

*To Be Continue*

Next chapter