1 Hari Yang Membosankan

Namaku Eikki Valkoinen. Statusku adalah seorang siswa kelas sepuluh dari akademi sihir milik kerajaan Severi. Kerajaan Severi adalah sebuah kerajaan sihir yang memiliki tujuh buah kristal pelindung yang membentuk kubah persegi enam dengan satu kristal utama berada di tengah untuk melindungi kerajaan dari semua ancaman pihak negara lain. Enam kristal letaknya terpencar mengelilingi wilayah kerajaan dan kristal utama berada di tengah kerajaan dengan tempat yang dirahasiakan sebagai pusatnya.

Jika satu dari enam kristal rusak, tidak akan begitu berdampak terhadap kerajaan. Namun jika kristal utama yang membagi enam konsentrasi kekuatannya melemah, maka pelindung kerajaan yang berupa perisai tak kasatmata akan melemah pula. Keamanan kerajaan akan terancam oleh negara lain yang ingin menginvasi Kerajaan Severi. Karena kerajaan Severi adalah sebuah negara kerajaan naturalis yang selalu menerima dan memberi perlindungan pada warga negara lain yang terdampak konflik.

Sebagai warga dari kerjaan Severi, aku dan anak mudanya yang memiliki sihir harus belajar di akademi sihir milik kerajaan. Biasanya anak-anak lulusan akademi sihir masa depannya sudah terjamin dengan bekerja pada pihak militer kerajaan untuk menjaga kristal-kristal pelindung.

Itulah kenapa aku yang tidak begitu berbakat dalam sihir mau atau tidak mau harus masuk ke akademi sihir milik kerajaan. Bakat sihirku akan diasah agar bisa digunakan maksimal. Beberapa bulan setelah memasuki akademi, aku mulai bisa menggunakan sihir berjenis pelindung yang aku punya.

Memiliki sihir pelindung sebenarnya sangat bermanfaat walaupun aku sering lelah menggunakannya. Dan efeknya aku sering tertidur di kelas. Guru memang tidak menegur atau memberi hukuman fisik berupa menyapu atau membersihkan toilet karena status orang tuaku, tapi sebagai ganti itu semua guru akan mengirimkan banyak tugas tambahan untuk aku selesaikan di rumah.

Seperti sore itu contohnya. Aku terbangun di kelas yang sudah sepi, tidak ada yang mau membangunkanku setelah jam pulang. Entah karena teman sekelas segan padaku karena status keluarga atau tidak menyukaiku. Makanya teman sekelas membiarkan aku tertinggal sendirian di kelas yang sudah hampir gelap. Jam di depan kelas hampir menunjuk ke angka enam.

"Ha... sangat menyebalkan! Kenapa sering ketiduran di kelas?" Keluhku sambil merapikan buku yang masih ada di atas meja. Dan tebak, aku menemukan sebuah buku yang bukan milikku. Sudah pasti buku tugas tambahan untuk di rumah dari guru karena aku tertidur dan ketinggalan pelajaran.

Aku keluar dari kelas setelah membereskan semua milikku. Ketika berjalan di lorong sekolah sendirian, suara anak-anak lain yang memiliki kegiatan klub sekolah terdengar sangat jelas. Mereka berteriak dan juga tertawa menikmati masa sekolahnya. Aku sebenarnya ingin sekali mengikuti kegiatan itu untuk menambah teman, tapi yah... apa boleh buat. Untuk belajar seharian saja aku sering ketiduran.

Seorang lelaki berpostur tubuh tinggi, tegap dengan setelan jas serba hitam terlihat berdiri seorang diri di pintu bagian luar bangunan sekolah. Lelaki itu membuat sebuah gerakan tangan ketika melihat kehadiranku. Sebuah mobil serba hitam mendekat lalu berhenti di depan pintu keluar gedung sekolah.

Begitu melewati pintu, lelaki itu berjalan mengikutiku dari belakang dengan jarak satu meter.

"Apa banyak kegiatan?" tanya lelaki bersetelan jas serba hitam yang tak lain adalah kakak sepupuku yang bekerja untuk militer kerajaan, namun ditugaskan menjagaku.

Aku menoleh sekilas ke belakang. "Tidak. Aku hanya ketiduran di kelas dan baru terbangun."

"Lagi?"

"Mau bagaimana lagi? Hidup yang membosankan." Sahutku sambil terus berjalan ke arah mobil yang sudah menunggu. Pintu belakangnya dibukakan oleh kakak sepupuku yang bernama Josh itu.

Mobil segera melaju pelan selama di dalam lingkungan sekolah. Setelah keluar dari pintu gerbang sekolah, barulah mobil mulai dipacu dengan kecepatan stabil. Tidak bisa dibawa ngebut karena lalulintas yang padat pada jam ramai sepulang kerja yang bersamaan dengan jam pulang anak sekolah.

Beberapa puluh meter di sebuah pertigaan jalan terlihat kemacetan. Josh memerintahkan mobil berhenti sebelum mendekati kemacetan. "Pakai maskermu dan jangan keluar apa pun yang terjadi!" perintah Josh padaku.

Aku segera mengambil masker yang selalu disiapkan di dalam tas untuk situasi darurat. Setelah aku memakai masker barulah Josh keluar untuk melihat situasi. Apa yang terjadi sampai ada kemacetan?

Josh baru berjalan keluar dari mobil sekitar delapan meter ketika radio komunikasi yang ada di dashboard memanggil Josh. Aku mendengarkan sambil melihat pada Josh yang berhenti untuk mendengar berita panggilan melalui radio komunikasi yang selalu tersambung pada alat yang menempel pada telinganya.

'Josh, ada kebocoran gas yang diperkirakan ulah teroris! Hindari macet dari jalan yang biasa dilalui! Segera putar arah!' pemberitahuan dari radio.

Aku melihat pada Josh yang segera berlari kembali ke mobil. "Sial! Kenapa kalian terlambat memberitahukannya? Kami ada tepat di pusat kemacetan!" pintu mobil dibuka dan kembali tertutup dengan kasar. "Cepat putar mobilnya!"

Mobil bergerak mundur dengan cepat, namun baru bergerak sedikit, mobil lain datang menutup jalan. Membuat Josh mengupat. Josh memeriksa pistolnya yang tersembunyi di balik jasnya. Aku memperhatikan dalam diam, tidak berani menegur apa yang akan dilakukannya.

"Tenang..." ucapnya memahami perasaanku lalu katanya pada pengemudi mobil kami, "saya akan membuka jalan, kamu tetap bawa mobil mundur." Josh kembali keluar dari mobil dan meminta pengendara lain membuka jalan untuk kami, namun pengendara itu justru marah-marah. Josh menjadi kesal dengan orang yang diminta baik-baik justru mengomelinya, Josh menodongkan senjatanya pada pengendara itu sambil menunjukkan identitas dirinya yang seorang anggota pengawal kerajaan.

Beberapa pengendara lain yang terdekat segera membuka jalan, tidak mau menghalangi jalannya tugas seorang pengawal kerajaan. Mobil berjalan mundur setelah Josh berhasil melakukan usahanya. Tapi... kesabaran Josh benar-benar diuji.

Jam sibuk warga kota pulang kerja dan anak-anak pulang sekolah telah membuat kendaraan menumpuk dengan cepat. Josh tidak bisa melakukan hal yang sama dengan jumlah kendaran yang begitu banyak.

Josh membuka pintu mobil, menjangkau tasku sambil berkata. "Kita terpaksa keluar dari tempat ini dengan berjalan kaki. Ada sebuah titik penjemputan yang terdekat dari sini sekitar seratus meter. Kita ke sana. Ayo!"

Aku bergerak cepat keluar dari mobil. Josh memakaikan tas padaku sebelum kami mulai berjalan. "Bagaimana dengan mobil?"

"Akan ada yang mengurusnya nanti." Sahut pengemudi mobil kami yang berjalan di belakangku dan Josh.

Josh menarik tanganku agar berjalan cepat mengikuti langkah kakinya yang panjang. Sepertinya hariku yang biasa saja dan membosankan mulai mengalami pergeseran. Aku melihat banyak kendaraan terjebak macet yang semakin panjang pada jam sibuk.

Kami terus berjalan lurus ke belakang, menjauhi pusat kemacetan. Di sebuah jalan kecil, khusus pejalan kaki di antara gedung yang tinggi menjulang setelah menjauh sekitar lima puluh meter dari pusat kemacetan aku merasakan suatu getaran dari bawah tanah.

Aku berhenti berjalan, menoleh ke belakang, tepatnya ke arah jalan utama tampak sebuah tutup besi gorong-gorong terbuka tiba-tiba dan melayang sangat tinggi kemudian kembali terjatuh di antara keramaian. Membuat orang-orang panik seketika untuk menghindari lempengan besi penutup gorong-gorong.

Namun sebelum itu terjadi, aku mengulurkan tangan kanan ke depan. Dengan kemampuan sihir yang aku miliki, tutup gorong-gorong mendarat dengan aman tanpa mencederai orang di sekitar.

"Sudah. Ayo..." Josh menarik tangan kiriku untuk berjalan.

Aku kembali menarik tanganku. "Di sana banyak orang. Aku tidak bisa membiarkan mereka terluka!"

"Tapi ini berbahaya untuk keberadaanmu! Bisa saja aksi teror ini untuk mencelakakan dirimu! Kamu sadarkan lokasi teror adalah rute yang biasa kita lewati?!"

"Aku memiliki sihir pelindung dan tugas kalian adalah untuk melindungiku! Ayo kita bekerja sama melewati hari biasa yang membosankan." Aku tersenyum tipis.

Josh menghela nafas pelan lalu berkata. "Baiklah!"

Pengemudi mobilku tadi mengangguk setuju dengan pilihanku.

avataravatar
Next chapter