1 Him

Dia adalah tawa dari sebuah kisah sedih, pelangi setelah hujan, permen kapas yang ayah beli di taman bermain, semangka di musim panas, dan semua hal baik dalam kehidupanku. Dia adalah gabungan dari kata berkilau dan indah. Bagiku, dia seolah pusat tata surya.

Jika seseorang bertanya tentang saat pertama pertemuan kami, mungkin aku yang dulu akan berkata aku mengingatnya seolah itu baru terjadi kemarin. Dan bercerita dengan rinci tantang bagaimana aku berakhir memanggil dan mengejeknya bocah cola selama satu semester penuh. Tapi tentu, akan berbeda jika pertanyaan itu di lontarkan sekarang.

Aku jelas tak akan menjawab hal yang sama lagi.

Tapi bukan berarti aku akan menjawab bahwa aku tak lagi mengingat bagaimana pertama kali tawa dan senyumnya masuk ke kehidupanku. Tidak mungkin aku bisa melupakan bagaimana dia membuatku tak lagi takut akan hujan dan terus menunggu pelangi. Bagaimana bisa aku lupa tentang aku yang mulai menolak permen kapas pemberian ayah yang terasa tak begitu spesial lagi. Karena bahkan aku masih terus memikirkannya di musim panas yang terik seolah semangka di depanku tak begitu membantu dibanding dia.

"Bagaimana pertemuan pertama kalian?" Aku tersenyum, menatap si penanya yang terlihat antusias.

"Aku melakukan beberapa hal bodoh yang aku sesali di masa lalu, tapi pertemuan kami terasa terlalu spesial untuk disesali" Hanya itu, mencoba puitis untuk menutupi banyak cerita yang tak ingin aku bagi.

Dia mungkin hidup dengan bahagia sekarang. Jadi seorang seniman terkenal dengan pameran - pameran menakjubkan seperti apa yang selalu dia ocehkan dulu. Aku tak tau pasti.

Sedangkan aku, berhasil hidup kembali setelah mati 5 tahun lalu.

avataravatar