22 22 | BITE THE BULLET X

Lucas kehilangan selera bermainnya, jika dipikir-pikir, ini bukanlah kali pertamanya ia menghadiri pesta milik Umut. Biasanya ia akan mengambil satu wanita untuk diajak pulang, namun, malam ini rasanya semua wanita di sini tidak ada semenarik Angela. Lucas melirik arlojinya, sudah lewat lima menit dari waktu yang diberikannya kepada Marcus, sekretaris setianya itu tidak memberikan laporan apapun untuknya.

"Tuan Scorgia, tidak seperti biasanya kau cemberut seperti ini. Apa yang kau risaukan?" tanya salah seorang wanita yang diakhiri dengan ciuman lembutnya di bibir Lucas.

"Aku hanya penasaran, apakah aku bisa membawa salah satu dari kalian malam ini." Goda Lucas yang langsung membalas ciuman wanita-wanita itu.

Aktifitasnya terhenti saat ia melihat Marcus masuk ke dalam ruangan, pria itu memberikan salam kepada para tamu undangan yang lain. Sudah saatnya Lucas mendapatkan kabar baik dari sekretarisnya, saat ini Angela sudah pasti akan kalah. Mata rubynya memberikan kode kepada Marcus mengenai perintahnya tadi, mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh atasannya, Marcus mendekati Lucas.

"Nona Vernon ingin bertemu dengan anda di lantai tiga, Tuan." Bisik Marcus sangat pelan di telinga Lucas.

"Siapa dia yang memintaku ke sana?" tanya Lucas sedikit kebingungan.

"Nona Vernon membawa pecahan vas dan mengancam untuk bunuh diri, Tuan." Sambung Marcus.

"Apa?!"

Lucas segera berdiri dari duduknya, menurunkan para wanita cantik dari pangkuannya. Ia lalu mengancingkan kembali jasnya dan berpamitan kepada para tamu undangan. Keduanya beranjak dari ruangan itu dan berjalan menuju ke lantai tiga.

Marcus menunjukan jalannya di depan, langkah kaki mereka terasa cepat. Marcus dan Lucas menaiki tangga setengah berlari, kemudian melewati koridor kamar utama, setelah itu menaiki tangga lagi. Keduanya tiba di sebuah kamar yang berada di ujung koridor.

Lucas mencegah sekretarisnya, saat pria itu hendak mengetuk pintu kamar itu. Ia mengibaskan tangannya agar Marcus mundur beberapa langkah di belakangnya.

Tok tok tok.

Lucas mengetuk pintu kamar itu.

"Angela." Panggil Lucas.

"Masuk." Jawab Angela dari dalam ruangan.

Lucas membuka pintu itu, di dalam sana terlihat Angela yang sedang berdiri menatap keluar jendela. Pernik mata merah Lucas terus memperhatikan sekitar tubuh bagian belakang Angela, nampaknya, wanita itu tidak membawa apapun, tubuhnya juga terlihat baik-baik saja tidak ada luka, hanya saja rambutnya kini telah terurai namun masih terlihat rapi.

Semuanya terlihat baik-baik saja, tidak melihat tanda-tanda pecahan vas seperti yang diucapkan Marcus sebelumnya.

"Angela." Panggil Lucas.

Angela membalikan badannya, wanita itu tersenyum.

"Kau sudah datang, Lucas?" tanya Angela.

"Aku sudah ada di sini, ada apa, Angela?" tanya Lucas dengan perlahan-lahan mendekati Angela.

Angela memegangi tangannya, "aku tidak apa-apa." Jawabnya lembut.

Sebenarnya, dalam pandangan Angela saat ini sudah sedikit buram, keringatnya masih bermunculan, dan nafasnya masih terasa berat. Tubuhnya makin memanas saat melihat Lucas, ia tidak bisa menahan efek dari obat yang diberikan Umut kepadanya. Untuk menyiasatinya, Angela berlari kecil ke arah Lucas dan memeluknya.

Lucas terkejut saat Angela memeluknya, tubuh kecil itu terasa panas dan terlihat memerah. Apakah Umut telah berperilaku kasar lebih dari yang dibayangkan? Ia mengibaskan jemarinya saat melihat Marcus berjalan masuk ke dalam ruangan untuk antisipasi.

"Ada apa, Angela?" tanya Lucas dengan mengusap rambut Angela perlahan.

Angela terus menahan tubuhnya, ia bersembunyi di dada Lucas. "Mengapa kau memberikanku kepada tuan Umut padahal aku adalah milikmu?" suaranya terdengar manja.

"Apa kau sudah ingat sekarang?" tanya Lucas pelan.

Angela mengangguk pelan, "aku ingat sekarang." Jawabnya.

"Kau dulu milikku, sekarang pun masih tetap milikku, Angela. Apakah aku harus bersyukur kepada Tuhan atas kembalinya ingatanmu?" Lucas memeluk Angela erat.

"Mungkin.." ujar Angela mengambang.

"Kau adalah wanita pertama yang bisa lolos dari Umut, Angela. Aku bangga padamu." Bisik Lucas lembut. Tangan besarnya mengusap rambut Angela.

Angela membuka matanya saat Lucas telah hanyut dengan aktingnya, ia sengaja berpura-pura bertindak mengikuti alur. Dalam hatinya ia masih marah dengan tindakan Lucas. Awalnya Angela mengira hanya akan menemani pria berambut perak itu ke pesta untuk bisa mendapatkan kembali cincinnya, tapi mengapa pria itu malah menyuruhnya menemani Umut? Apakah itu salah satu syarat untuk bisa mendapatkan kembali dana Silver Oak yang dia tarik sebelumnya?

Angela tidak bisa memaafkannya, ia harus membuat Lucas tidak berkutik lagi. Saat mereka tiba di tempat ini, dirinya teringat dengan Lucas yang menyimpan pistol di balik jasnya. Dia harus mengambil kesempatan itu.

"Cium aku." Ujar Angela memotong ucapan Lucas.

Tangannya mengusap lembut kedua pipi Lucas, pria itu tersenyum mendengarnya. Tanpa menunggu lama, mereka berciuman. Lucas menciumnya dengan ganas, Angela mengerang saat pria itu mendorongnya ke arah meja di ujung ruangan. Pria itu benar-benar tidak membiarkan Angela menarik oksigen.

Sial, panas sekali. – pikir Angela.

Kali ini, Angela harus bertahan dengan ciuman Lucas dan efek dari obatnya. Merasa Lucas sudah terlalu fokus dengan ciuman mereka, tangan lentik Angela pura-pura mengusap punggung lebar itu perlahan. Ia kemudian menyelipkan tangannya ke dalam jas, meraba pistol itu dan memegangnya erat.

Marcus yang melihat hal itu, refleks masuk ke dalam ruangan.

"Tuan Scorgia!" panggilnya.

Lucas terkejut, seketika matanya terbuka saat Angela menarik pistol itu dari dalam jas Lucas. Ia mendorong Lucas dengan menodongkan pistol ke arah kedua pria yang ada dihadapannya. Marcus berjalan maju dengan mengeluarkan pistolnya, namun Lucas menghadangnya.

"Angela, apa kau tahu benda itu?" tanya Lucas tenang, ia mengangkat kedua tangannya.

Angela tersenyum, ia memiringkan kepalanya, "aku tahu dengan jelas benda apa ini, Lucas." Jawabnya.

"Kau tidak tahu seberapa bahayanya benda ini, Angela. Turunkan pistol itu, kita bisa membicarakan ini pelan-pelan." Kata Lucas.

"Membicarakan apa? Tentang usahamu memaksaku mendampingimu di pesta amoral ini, agar aku bisa mendapatkan kembali cincinku? Atau tentang keputusanmu menyuruhku melayani si babi itu agar dana Silver Oak kembali?" tanya Angela. "Yang mana?"

"Dengar, Angela, aku akan mengembalikan cincinmu, tapi turunkan pistol itu dulu." Kata Lucas mencoba mendekati Angela. "Benda itu tidak cocok di tanganmu, Angela. Berikan itu padaku, tidak apa-apa."

"Tidak cocok?" tanya Angela setengah tertawa, ia kemudian membuka kunci pistol itu dengan mudahnya dan kembali menodongkan pistol itu ke arah Marcus dan Lucas. "Aku pernah memakainya sekali, Lucas, jangan coba-coba merendahkanku."

"Angela, tenangkan dirimu dulu-"

"Dia memperkosaku, Lucas!" teriak Angela memotong ucapan Lucas. "Kau juga memperkosaku, dua kali. Mengapa kau membuatku tidak berdaya seperti ini? Dasar bajingan!"

"Tuan Scorgia!" Marcus mencoba untuk berjalan melindungi Lucas.

"Marcus, jangan!" larang Lucas. "Angela sedang terkena panik, ini adalah penyakitnya sejak dulu, turunlah dan siapkan mobilnya. Aku bisa mengatasinya sendiri."

Tangan Angela mulai gemetaran, ia masih dalam pengaruh obat namun otaknya memerintah untuk bertindak rasional, kondisinya sekarang menyerupai orang gila. Keringatnya mulai berjatuhan.

"Aku bukan pelacur, Lucas!" teriak Angela.

"Ya, Angela, kau bukanlah pelacur. Sekarang tenangkan dirimu, berikan pistol itu kepadaku." Kata Lucas lagi.

"Tidak tidak tidak," Angela menggelengkan kepalanya, "kau harus memberikan alasan mengapa aku harus melayani si babi tua itu."

"Baiklah, Angela. Aku akan menjawabnya-"

"Jawab sekarang!"

"Perusahanku sedang dalam kondisi krisis, Angela. Umut adalah pejabat yang bertanggungjawab atas ekspor impor negara, berbagai bahan baku produk kami harus diambilkan dari luar negeri, beberapa bulan yang lalu Umut dan para anak buahnya menutup jalur impor kami, ia melakukannya dengan alasan yang tidak jelas." Terang Lucas dengan mendekatkan diri ke arah Angela.

Angela terus mundur perlahan, nafasnya terengah-engah, tubuhnya masih saja memanas.

"Sebagai seorang presdir, aku harus turun tangan, Angela. Aku tidak bisa memberhentikan seluruh karyawanku yang telah bekerja puluhan tahun di 'S Group. Oleh karena itu aku harus melakukan sesuatu-"

"Dengan memberikanku kepada Umut maksudmu?" potong Angela.

"Aku berniat menjelaskan kepadamu setelah kita keluar dari tempat ini, Angela. Sekarang berikan padaku pistol itu padaku."

"Jangan mendekat!"

"Angela, aku bukanlah pria yang akan mengikari janjiku. Kau sudah menemaniku kemari dan bersedia melayani Umut, aku akan memberikan imbalannya kepadamu, tapi kau harus tenang dulu-" ucapan Lucas terpotong saat melihat kaki Angela yang terus gemetaran.

Secara tidak sengaja, mata merahnya melihat kaki jenjang Angela yang terlihat basah, rambut yang berantakan, nafasnya yang berat dan wajahnya yang memerah. Lucas mengerti sekarang, wanita itu masih belum mengingatnya, ia seperti ini karena Umut memberikan dosis obat terlalu tinggi. Wanita itu bingung harus menuruti efek obat ataukan akal sehatnya.

"Aku bilang jangan mendekat!" perintah Angela. Ia kemudian balik menodongkan pistolnya ke kepalanya.

Hal itu membuat Lucas dan Marcus semakin terkejut melihatnya.

"Jangan!" teriak Lucas dan Marcus bersamaan.

"Angela, Angela, lihat aku," kata Lucas dengan mendekati Angela perlahan. Mata hijau itu melirik ke arah Lucas. "Mari kita pulang, kita selesaikan ini di rumahku. Kau harus beristirahat, kondisimu sedang tidak baik, Angela."

Angela kembali menodongkan pistolnya ke arah Lucas, "itu karenamu, Lucas."

"Demi Tuhan, Angela, turunkan pistol itu."

"Haha, kau mengucapkannya seolah-olah kau percaya kepada Tuhan."

"Angela, apa yang akan kau lakukan dengan pistol itu?" tanya Lucas pelan.

"Membunuhmu," kata Angela, ia kemudian balik menodongkan pistolnya ke arah Marcus. "dia," ia tersenyum. "dan kemudian aku akan ikut bunuh diri. Aku terlalu malu berhadapan dengan Noel." Angela mulai meneteskan air matanya, ia teringat dengan calon suaminya.

Angela terlihat lengah, dengan cepat Lucas menyahut pistol digenggaman Angela. Ia kemudian menarik tangan Angela dan membekapnya ke dalam pelukannya, Lucas melempar pistol itu ke arah Marcus.

"Bawa pergi dan siapkan mobilnya!" perintah Lucas dengan terus memegangi Angela yang meronta di pelukannya. Rencananya akan gagal jika Angela mengamuk di tempat ini.

"Lepaskan aku! Aku benci padamu!" teriak Angela.

"Kau bisa membenciku nanti, Angela." Kata Lucas dengan menggendong Angela di pundaknya.

"Kyaa! Turunkan aku! Dasar bajingan! Dasar iblis! Setan! Brengsek!" Angela mengeluarkan seluruh kata-kata umpatannya.

Lucas membawanya keluar dari rumah itu, ia tidak peduli jika seluruh tamu undangan melihatnya menggendong Angela yang terus meronta dan mengumpat. Ia tersenyum saat Harun melihatnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Untungnya Marcus tidak terlalu lama mengambil mobilnya. Marcus membukakan pintu bagian belakang, Lucas memaksa Angela masuk ke dalam mobil, mendorongnya ke kursi sebelahnya. Ia kemudian masuk dan memegangi Angela yang masih meronta seperti orang gila.

Lucas kemudian mengunci kaki Angela, terakhir ia menarik kedua tangan Angela hingga menatap jendela di belakang wanita itu. Lucas menarik tangan Angela ke atas.

"Tenangkan dirimu! Aku paham situasimu!" kata Lucas setengah gemas.

"Tidak! Lepaskan aku! Dasar bajingan! Lepaskan aku!" teriak Angela.

Mereka kemudian meninggalkan tempat itu.

Mobil Maserati kelabu itu berjalan melewati jalan raya yang super lenggang, Marcus menekan gasnya dan mempercepat mobil saat ia mendengar teriakan Angela yang tidak terkontrol. Mereka harus segera sampai di rumah sebelum Angela bertindak hal gila seperti keluar dari mobil dan berlari ke jalanan, mungkin.

"Ssstt tenangkan dirimu, Angela.." Lucas masih berusaha menahan amukan Angela. "Aku akan mengembalikan cincin dan danamu, sekarang tenanglah dulu.."

"Bagaimana aku bisa tenang jika kau mengunci kaki dan tanganku?! Dasar bodoh!" teriak Angela lagi.

Lucas melepaskan tangan dan kaki Angela perlahan. "Oke baiklah, aku harap kau bisa tenang dan tidak melakukan tindakan berbahaya, Angela."

Angela meringkuk di pojokan, mencoba menutupi seluruh tubuhnya dan wajahnya. Diliriknya Lucas yang mengusap wajah, tangan besarnya kemudian lari menyisir rambutnya, sesekali mengacak-acaknya, kemudian ia melepas dasi dan kancing kemeja bagian atas. Astaga, melihat Lucas yang seperti itu membuat Angela semakin memanas. Ia mengutuk dirinya sendiri yang terkena frustasi secara seksual.

Oh tenangkan pikiranmu, Angela. Hentikan! Kumohon berhentilah mengalir! – tangis Angela dalam hatinya.

"Ah!" Angela memekik pelan saat ia merasakan tangan besar menyentuh kulit sensitif pahanya. Angela membuka matanya, ia melihat tangan Lucas yang mengusap pahanya.

"Kau sangat basah." Gumam Lucas dengan memainan jarinya diantara paha Angela.

Angela tidak menjawabnya, ia benar-benar frustasi.

"Apa yang telah Umut lakukan padamu, Angela?" tanya Lucas, suaranya terdengar pelan dan berat.

Angela mendorong tubuh Lucas lebih jauh. "Hentikan, jangan membuatku gila." Ia mencoba mengatur nafas dan nada bicaranya.

Lucas mengangkat kedua tangannya, "tentu."

Menit berikutnya Angela duduk sembari menahan hasratnya sendiri, diliriknya Lucas yang terus menatap ke luar jendela, mata hijaunya melihat Marcus yang masih sibuk menyetir. Mobil berhenti tepat saat lampu merah menyala. Angela menyisir poninya ke belakang, sesekali ia meniup poninya.

Angela tidak tahan, ia harus segera pergi dari sini, jika mereka tiba di rumah Lucas, bisa saja mereka berdua akan lepas kendali, mereka akan melakukan seks lagi. Oh, Angela tidak bisa melakukan hal itu.

Tangan kirinya meraba bagian kiri pintu mobil perlahan, ia harus memastikan keadaan di luar, ia harap tidak banyak mobil yang lewat di samping mobil ini. Saat ia rasa aman, Angela kemudian membuka pintu mobil.

Ceklek!

Angela turun dari mobil dengan cepat.

"Nona Vernon!" teriak Marcus saat mengetahuinya.

Lucas menoleh, ia melihat Angela yang sudah tidak ada di sebelahnya, Angela kini berlari keluar dari mobil.

"Angela!" panggil Lucas. Ia keluar dari mobil.

Angela berlari perlahan, melewati mobil-mobil yang terparkir menunggu lampu berwarna hijau. Detik berikutnya, lampu telah berganti berwarna hijau, mobil-mobil itu membunyikan klakson mengangetkan Angela. Ia yang masih panik langsung berlari menghindari mobil-mobil yang mulai berjalan.

"Angela!" teriak Lucas di belakangnya.

Angela kini tiba di bagian pembatas tengah jalan, ia menaiki pembatas itu, di lihatnya Lucas yang masih mencoba untuk menyusulnya. Angela kembali berlari, namun, malam itu mobil-mobil di kota ini semakin menggila, ia hampir saja tertabrak jika Lucas tidak segera menarik lengannya.

"Apa kau sudah gila?!" teriak Lucas.

"Aku lebih gila lagi jika berada di sekitarmu!" bantah Angela, ia meronta berusaha melepaskan cengkraman tangan Lucas.

"Berhenti bersikap gila, ayo pulang!" Lucas mengerang sebal, ia kemudian menggendong Angela kembali ke bahunya.

"Kya! Turunkan aku!" teriak Angela.

Dan tentunya pertengkaran mereka di lihat oleh para pengendara yang lain, keduanya sudah tidak memedulikan apa kata dan pandangan orang lain. Angela masih saja meronta dan berteriak sekaligus mengeluarkan kata-kata kotor.

Lucas yang kesal dengan tingkah Angela kemudian memukul pantat Angela dan berkata, "berhenti meronta, kau itu berat."

Angela terdiam, seluruh kata-katanya tertelan kembali. ia tidak menyangka Lucas akan melakukan hal itu, tindakan Lucas bukannya membuat Angela kesal ataupun marah, tindakan itu malah membuatnya merinding tepat di bagian perutnya.

"Heh, kau pasti sedang merasakan kupu-kupu beterbangan di perutmu," kata Lucas santai berjalan ke pinggir jalan. "Bersabarlah, kita akan segera pulang."

"Persetan denganmu!" teriak Angela lagi.

-Bersambung ke Chapter 23-

avataravatar
Next chapter