webnovel

#12 | DEVIL IN WHITE (end)

Kini Angela duduk di sebelah Lucas di dalam mobil. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sesekali ia bergumam mengucapkan kata-kata kotor dan juga menyemangati dirinya, menenangkan dirinya sendiri.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Lucas yang masih khawatir terhadap Angela.

Angela terdiam sesaat, ia lalu membuka sebelah jarinya untuk melirik tangan Lucas yang tetiba sudah berada di atas pahanya. Tangan besar nan kasar itu menekan permukaan kulitnya.

Ia kemudian mencincing lengan jas Lucas dengan jari telunjuk dan jempolnya, menjauhkan tangan Lucas dari pahanya, seolah-olah ia jijik dengan tangan Lucas. "Hei, perhatikan tingkah tanganmu, Tuan."

Lucas menghela nafas lega. "Akhirnya kau kembali seperti semula."

Angela menoleh ke belakang kursi penumpang, ia lalu membuka jendela mobil dan mencari-cari sosok Stefani.

"Di mana Stefani?" tanya Angela.

"Marcus mengurusnya, dia saat ini telah berada di rumah sakit untuk pengobatannya." Ujar Lucas dengan memainkan ponselnya. "Aku mengirimimu sesuatu."

Ting!

Angela membuka ponselnya. Lucas mengirimkan foto Stefani yang sedang dirawat oleh dokter dan juga perawat. Di sebelah Stefani terdapat Marcus yang sedang berbicara dengan dokter yang lain. Angela meremas dadanya saat ia melihat lebam-lebam pada punggung dan kening Stefani.

"Tidak usah khawatir, itu bukanlah luka yang serius, dokter pilihan keluarga Scorgia adalah dokter terbaik. Seminggu lagi lebam-lebamnya akan hilang." Kata Lucas dengan memasukan ponselnya ke saku jasnya.

Angela memeluk ponselnya. "Terima kasih." Gumamnya.

Lucas menyeringai. "Kau kira aku butuh ucapan terima kasih saja?"

Angela langsung menghapus senyuman leganya. "Aku lupa kalau kau itu Lucas Scorgia, bukan orang lain yang berhati bak malaikat." Ia memasukan ponselnya dan membuang mukanya ke arah jendela. "Dasar iblis." Gumam Angela lagi.

"Ya, aku ini iblis, Angela." Kata Lucas dengan menyalakan mobilnya. "Aku iblis berwarna putih."

Angela memutar matanya.

Mobil Lucas melaju meninggalkan halaman sekolah Stefani. Selama di perjalanan, keheningan menyelimuti keduanya, Angela tidak sekalipun melihat ke arah Lucas, ia lebih memilih membuang mukanya menatap jendela. Lebih tepat melamun.

Angela tidak habis pikir dengan maksud Lucas, setelah pria itu memperkosanya, lalu menjebaknya empat bulan yang lalu, kini ia kembali menjadi orang baik yang menyelamatkan Stefani dari orang-orang kejam di sekolah.

Padahal Angela sudah berniat untuk tidak berhubungan dengan Lucas, empat bulan lamanya mereka tidak saling berkabar, tahu-tahu Lucas berada di luar negeri sedang dinas dan mereka bertemu kembali di tempat yang tidak terduga.

Apakah ini namanya takdir?

Jangan mimpi, Angela! – kata Angela dengan membelalakan matanya.

Hampir saja dia baper dengan lamunannya sendiri. Bisa-bisanya ia berpikiran positif seperti itu. Kalaupun memang takdir, berarti Lucas adalah masalah besar ataupun cobaan dari Tuhan.

"Mengapa kau tiba-tiba kembali?" tanya Angel memecah keheningan.

Lucas memegang gear dengan melirik Angela yang tidak menoleh ke arahnya sekalipun.

"Sudah kubilang, aku merindukanmu." Jawab Lucas santai. "Merindukan tubuhmu lebih tepatnya."

Seketika Angela menoleh ke arah Lucas, ia memincingkan matanya menatap Lucas.

"Heh, kau merindukan tubuhku tapi kau menyewa pelacur di sana." Ejek Angela dengan menyilangkan kaki dan tangannya di dada.

"Kau tahu?"

"Kau pikir aku tidak dengar desahannya." kata Angela. "Aku tidak tuli, Tuan Scorgia."

Lucas tersenyum dengan terus menatap ke depan. "Menarik, tidak salah aku merindukanmu."

"Jawablah dengan serius, Lucas." Kata Angela mempertegas.

"Angela, HO perusahaanku ada di kota ini, harusnya kau tidak heran aku kembali lagi kemari." Kata Lucas dengan memegang lutut Angela. Angela memukul tangan itu dengan keras.

"Sepertinya tanganmu tidak pernah belajar sopan santun." Sindir Angela kesal.

"Kau tidak perlu khawatir dengan Stefani." Kata Lucas yang tiba-tiba saja menggunakan nada lembut. Suaranya membuat telinga Angela bergerak pelan. "Aku telah mengurus beasiswa Stefani agar bisa pindah ke AHS, lagi pula Stefani juga memiliki nilai yang bagus."

"Thank's but no thank's. Aku sudah mencium rencana busukmu dari jenis cologne yang kau pakai." Sela Angela dengan cepat.

"Kau yakin tidak ingin memindahkan Stefani dari sekolah itu?" tanya Lucas sekali lagi.

Angela menghela nafasnya, kali ini Lucas benar, ia tidak bisa membiarkan Stefani terlalu lama di sekolah itu. Apalagi setelah kejadian hari ini, ia bisa membayangkan bagaimana malu dan takutnya Stefani saat kembali lagi ke sekolah itu. Ia pasti akan menjadi bulan-bulanan anak bernama Irena.

Ia menurunkan tangannya. Sepertinya ia harus mengikuti saran dari Lucas, tapi pasti nanti Lucas akan meminta bayaran yang lebih atas apa yang telah dilakukannya. Angela mengigit bibirnya, sebentar lagi Stefani akan menghadapi ujian kenaikan kelas, apakah masuk akal jika Stefani pindah sekarang? Tapi Lucas akan mengurusnya, bukan?

"Baiklah." Jawab Angela pelan. "Aku mohon bantuanmu."

Lucas menyeringai. "Kau tahu aku tidak butuh rasa terima kasihmu, bukan?" tanya Lucas kembali menatap Angela.

Angela mengangguk pelan, ia tahu apa yang diminta oleh Lucas.

Mobil Maserati Lucas berhenti saat lampu merah menyala, sebuah mobil tua berwarna merah berhenti tepat di sebelah mobil Lucas. Seorang pria setengah baya yang duduk di kursi pengemudi menoleh ke arah Lucas, awalnya ia tidak begitu tertarik dengan gaya mewah Lucas.

Tapi pria itu seperti mengetahui ada yang aneh dengan Lucas, ia lalu menoleh ke arah Lucas dengan melepas kacamata hitamnya. Ia melihat kepala seorang wanita muncul dari bawah, kepala itu bergerak naik turun, bahkan ia melihat Lucas dengan wajah datar mengelus kepala itu.

Lucas tersenyum menyapa pria itu. Keduanya hanya saling mengangguk, pria setengah baya itu mengenakan kacamatanya kembali dan menutup kaca jendelanya, lalu melaju meninggalkan Lucas ketika lampu hijau telah menyala.

Lucas mengerang kecil saat ia merasakan lidah panas Angela mulai melingkari kejantannnya. Tangan kiri Lucas memegang pengemudi dengan sedikit gemetaran, lalu tangan kanannya sesekali menjambak rambut Angela.

"Suck it, baby." Ujar Lucas dengan mengusap kepala Angela.

Angela menurutinya.

Lucas memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang sepi, dilihatnya jam tangannya yang telah menunjukan jam makan siang. Ia kemudian mengambil ponselnya, dengan masih menikmati servisan Angela, ia menelepon Marcus.

"Marcus, batalkan pertemuanku siang ini." Perintahnya singkat yang langsung ditutup olehnya. Lucas melempar ponselnya ke kursi belakang penumpang, ia kemudian mengangkat kepala Angela dan mencium bibir pink itu dengan buas.

"Lu-lucas." Angela mencoba untuk menarik oksigen sebelum akhirnya Lucas mengangkat tubuhnya ke pangkuan.

Lucas dengan cepat menurunkan celana dalam Angela dan mulai memasukan tangannya ke dalam rok Angela.

"Apa yang kau lakukan?" ujar Angela dengan berusaha mendorong tangan Lucas.

"Mengambil bayaran atas usahaku?" jawab Lucas dengan menyeringai. "Buka kakimu lebih lebar." Perintahnya santai.

Angela meronta, lagi-lagi Lucas akan menyatukan tubuh mereka tanpa menggunakan pelindung. Ia memukuli Lucas dengan kedua tangannya.

"Menurutlah kalau kau ingin mengurangi rasa sakitnya." Kata Lucas sembari menyatukan tubuh mereka.

Lucas menyingkap kaos Angela dan membuka bra hitam itu dengan paksa, ia menciumi tubuh Angela dengan memaksa tubuh kecil itu bergerak naik turun di atas tubuhnya.

"Aku masih belum basah, Lucas." Rintih Angela dengan mengigit bibirnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Sial sekali, Angela malah menikmatinya. Lucas menuntun tangan kiri Angela untuk ikut bermain di balik roknya.

Desahan Angela semakin keras tak tahu malu, ia mengerang dan mencakar jendela mobil. Ia melirik ke luar jendela, ia bisa melihat segerombolan orang yang heran dengan mobil Lucas. Sudah dipastikan mobil Lucas akan bergerak sendiri karena ulah keduanya.

"Lucas, ada orang di luar." Angela terengah-engah ketakutan, takut akan ketahuan. Namun Lucas malah mengigit putingnya dengan keras, ia menarik wajah Angela dan menciumnya.

"Jangan pedulikan mereka." Ujarnya dengan mengigit bibir Angela. "Fokuslah kepadaku."

Sebenarnya memalukan, namun entah mengapa Angela malah semakin menikmatinya. Sensasi bercinta di tempat yang sempit dengan ketakutan akan ketahuan orang, itu membuat Angela semakin menggila, ia memeluk kepala Lucas dan mempercepat gerakannya.

*

Satu jam kemudian, Angela duduk dengan memeluk kakinya di kursi penumpang di sebelah Lucas. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang malah ikut menikmati, ia juga kesal dengan keadaan yang mengharuskan dirinya bergantung kepada Lucas, ia jauh lebih kesal dengan sikap Lucas yang tidak menolongnya secara cuma-cuma.

Angela melirik ke arah Lucas sedang merapikan celana dan juga kemejanya. Ia menghela nafasnya, mengapa juga Lucas memiliki tubuh yang jauh lebih indah dari Noel? Lalu mengapa juga Noel tidak sehebat Lucas?

Kuatkan dirimu, Angela. Lucas bukanlah orang yang baik, hanya Noel yang mencintaimu dengan tulus. Hanya Noel yang masih memperlakukannmu seperti manusia! – pikir Angela untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Apa.." kata Angela mengambang. Lucas menoleh ke arah Angela dengan membetulkan dasinya "Apakah Ryan masih ada kesempatan untuk menjadi karyawanmu?"

Lucas tersenyum. Dalam hatinya ia tidak menyangka Angela akan berubah pikiran lebih cepat dari yang ia rencanakan.

Awalnya Lucas berpikir akan menghabiskan banyak waktu untuk meyakinkan Angela agar mau menurutinya. Namun, ternyata dewi keberuntungan telah berpihak kepadanya. Rencananya berhasil. Dengan Ryan dan Stefani yang masuk ke 'kandangnya', Lucas yakin, Angela pasti akan menurut dengannya.

"Ya." Jawab Lucas.

Angela masih menatap ke luar jendela, menatap langit di luar sana. "Berikan aku lagi dokumen itu, aku akan menyampaikannya kepada Ryan sendiri." Ujarnya.

"Tentu saja." Kata Lucas lagi, ia kini sedang memakai jasnya.

"Apakah itu gratis?" tanya Angela lagi.

"Kau sudah membayarnya empat bulan yang lalu."

"Baiklah."

Lucas menyeringai melihat tingkah Angela yang pasrah dengan keadaan. Di zaman sekarang, orang dengan kekuatan penuh sepertinyalah yang bisa menyelamatkan Angela dari keterpurukan.

Angela akan mengikuti rencananya, begitu Ryan masuk ke perusahaannya dan Stefani nyaman dengan sekolah yang baru. Tidak ada pintu keluar untuk Angela.

Angela akan kembali kepadanya, kembali menjadi miliknya seperti delapan tahun yang lalu. Ia mengusap kepala Angela dengan lembut, wanita itu menoleh ke arahnya, Lucas tersenyum lembut.

Namun, dibalik senyuman lembutnya, Lucas tertawa atas kemenangannya.

Tinggal satu masalahnya, yaitu Noel Smith. – pikir Lucas.

-Bersambung ke Chapter #13-

Next chapter