"Apakah orang-orang yang ada di dalam daftar ini sudah dipastikan akan datang?" tanyanya Lucas.
"Nona Angela Vernon menggantikan ketua Silver Oak, sebelumnya kesehatan Elena Taylor sedang memburuk, tuan." Jawab Marcus.
"Bagus." Jawab Lucas.
*
Dalam mimpinya Angela kembali merasakan ketakutan, ia menangis, meronta, dan bahkan mencakar wajah pria itu.
"Kumohon jangan perkosa aku!"
Pria itu memegangi kedua tangan Angela, bahkan menariknya ke atas kepalanya, cengkraman pria itu terlalu erat. Angela tidak bisa meronta, tangannya seolah-olah telah terpaku ke tanah.
Angel bisa melihat pria itu merobek celana dalamnya. Tangan kasar itu mulai menarik dasi dan membuka paksa kemejanya hingga merontokan kancing-kancing kemeja Angela. Angela hanya bisa menangis, kini mulutnya telah disumpal dengan buntalan kain yang entah dari mana asalnya.
"Ingatlah selalu selagi momen ini masih ada di dalam ingatanmu." bisik pria itu ke telinga kanan Angela. Bisikannya terdengar berat, serak, dan nafasnya yang memburu terasa panas.
Pria itu menyatukan tubuh mereka.
*
"Waaa!!"
Bruk!
Angela terjatuh dari ranjangnya. Ia terbangun dengan keadaan tertelungkup di lantai. Angela mencoba menggerakan tubuhnya untuk duduk bersandar ranjang. Tubuhnya gemetaran, keringat mulai membasahi tubuhnya, dadanya berdebar-debar hebat, Angela kemudian memukul-mukul kaki dan tangannya.
"Tenang, Angela, tenang." Gumamnya. "Itu cuman mimpi, itu cuman mimpi." Lanjutnya.
Ia memeluk kakinya dan mulai menangis. Mimpi masa lalunya terasa sangat nyata. Angela mulai bertanya-tanya, mengapa ia bermimpi itu lagi? Mengapa ia harus teringat akan masa lalunya? Bukankah sekarang Angela sudah sembuh?
Yang jelas sekarang, Angela harus menenangkan dirinya dulu. Ia menghabiskan banyak air untuk membasahi kerongkongannya yang kering.
*
"Wah, Kak Angela cantik sekali!" ucap salah seorang gadis kecil berambut pirang dengan kuncir dua. Gadis itu berdiri diantara gadis-gadis kecil yang lain. Mereka menganggumi kecantikan Angela.
"Kalau aku besar nanti, aku mau secantik kak Angela." Ujar yang lainnya.
"Aku juga kalau begitu." Tambah yang lainnya.
"Gaunnya bagus, kak. Aku jadi iri." Ujar Cassie menambahkan.
Angela berjongkok dan mengusap kepala gadis-gadis kecil itu. "Kalian sekarang juga cantik, gaun kalian jauh lebih bagus dari milikku. Nanti kalau sudah besar, kalian pasti bakalan lebih cantik dari pada aku."
Sore itu Angela bersama dengan dua pengasuh Silver Oak yang lain telah tiba di halaman depan gedung pesta milik 'S Group. Angela memutuskan untuk membawa sepuluh anak-anak saja termasuk Ryan dan Stefanie.
Pesta itu berjalan seperti pesta pada umumnya. Sesuai informasi dari nenek Elena, ketua pengurus Golden Oak – panti asuhan milik 'S Group yang lain – juga menghadiri pesta tahunan ini. Namanya Damien Harrice. Angela memberikan salam dan mereka berbincang-bincang.
"Aku tidak melihat nyonya Elena di sini." Kata Tuan Harrice.
Sesuai dengan informasi dari nenek Elena, Tuan Harrice selalu terlihat seperti seorang pria eksekutif dan memiliki selera yang tinggi.
"Nenek Elena sedang sakit sekarang, jadi saya yang menggantikannya, Tuan Harrice." Jawab Angela sopan, ia menggoyangkan gelasnya.
"Elena sakit? Hah, aku tidak percaya, kukira dia adalah wanita keras kepala yang selalu sehat." Sarkas Tuan Harrice. "Jadi, kau yang menggantikannya di sini?" tanyanya.
"Betul." Angela tersenyum menanggapinya.
Tuan Harrice mencicipi minumannya dan kembali berbicara, "lalu bagaimana kabarmu? Aku tidak pernah tahu kau move out dari Silver Oak sekarang. Kau berencana menggantikan kedudukan Elena di Silver Oak?"
Benar sekali kata nenek Elena, pria ini suka sekali membahas hal-hal yang tidak penting. Setelah ia mendapatkan informasi dari Angela, ia akan membuat gosip kepada seluruh pengasuh panti Golden Oak. Lihat saja lirikan matanya, ia ingin jawaban yang diutarakan oleh Angela sesuai dengan dugaannya. Tapi, Angela terlalu pintar untuk menyadarinya.
"Tentu saja tidak." Jawab Angela tegas. "Posisi ketua Silver Oak akan tetap turun kepada Ryan Taylor, cucunya. Aku hanya bertanggungjawab untuk menuntun Ryan agar bisa menjadi penerus. Itu saja."
Angela melihat kerlingan mata Tuan Harrice yang kesal terhadapnya, ekspektasinya terlalu tinggi dan Angela sukses menjatuhkannya.
"Yah tentu saja kau harus begitu." Jawab Tuan Harrice. "Kau 'kan sudah bertunangan, tidak mungkin kau harus terus menerus tinggal di tempat suram itu." Ujarnya sedikit menyindir.
Dia mau apa sih sebenarnya? – pikir Angela.
"Tidak ada tempat yang bebas dan semenyenangkan Silver Oak, Tuan Harrice." Jawab Angela. "Jika dibandingkan dengan tempat yang penuh dengan kedisiplinan penuh, saya rasa Silver Oak adalah tempat yang baik untuk tumbuh dan kembang anak-anak." Senyumnya.
Tuan Harrice tersenyum, dirinya tahu tempat disiplin apa yang dimaksudkan oleh Angela. Sejak dulu Silver Oak dan Golden Oak adalah dua tempat yang berbeda. Jika Silver Oak memberikan pendidikan belajar sambil bermain agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, maka Golden Oak mengedepankan pendidikan karakter yang disiplin dan berkelas.
Bisa dilihat bagaimana perbedaan dua panti asuhan itu. Anak-anak Silver Oak terlihat polos, sopan, ceria dan selalu tertawa. Sementara anak-anak Golden Oak diam dengan anggun dan bahkan sudah bisa makan steak dengan baik. Benar-benar berbeda.
Angela membalas senyuman Tuan Harrice. Angela kemudian mengangkat gelasnya mengajak Tuan Harrice bersulang, ia tidak ingin malam ini menjadi berantakan hanya karena si tua bangka di hadapannya ini. Tuan Harrice mengangkat gelasnya menerima ajakan Angela.
"Syukurlah pesta ini diakan setiap tahunnya, jika tidak aku pasti tidak akan pernah bertemu dengan orang tenang dan secerdas dirimu." Kata Tuan Harrice setengah memuji.
"Hahaha, anda juga banyak menghibur saya malam ini." Angela tertawa membalas ucapan Tuan Harrice.
"Apakah kalian menikmati pestanya?" tanya Lucas yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang Tuan Harrice dan Angela.
Keduanya membalikan badan mereka, malam itu Lucas terlihat sangat berbeda dengan yang terakhir yang dilihat oleh Angela. Pria berambut perak itu sedikit merapikan rambutnya, ia mengenakan setelan abu-abu tua dengan dasi hitam. Satu lagi yang membuat Angela pangling dengan Lucas, apakah kemarin Lucas mengeluarkan senyuman menawan seperti saat ini?
Ketiganya berbincang-bincang mengenai perkembangan anak-anak dan juga kondisi panti asuhan. Sementara Ryan dan Stefanie diam-diam memperhatikan Angela dari jauh.
*
"Mengapa aku merasa pria berambut putih itu sangat menakutkan?" tanya Stefanie dengan menyilangkan kedua tangannya ke dada.
"Siapa? Tuan Harrice ataukah Tuan Scorgia?" tanya Ryan mengingat kedua pria itu memiliki rambut yang sama-sama putih. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yang paling muda." Jawab Stefanie ketus.
"Kok bisa menakutkan sih? Dia itu donatur terbesar Silver Oak, Stef." Kata Ryan.
Stefanie langsung menoleh ke arah Ryan. "Hah? Seriusan?" Ryan mengangguk. "Apa dia Kakek George Scorgia si cinta pertama nenek Elena? Kok masih muda sih?"
Ryan bersiap untuk menjawab pertanyaan Stefanie saat seorang cowok seumuran Stefanie tiba-tiba saja berdiri di belakang keduanya menyahut topik pembicaraan mereka.
"Kalau Kakek Scorgia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, digantikan oleh Michele Scorgia, sekarang 'S Group dipimpin oleh Lucas Scorgia, putra pertama Michele Scorgia."
Ryan dan Stefanie saling berpandangan, keduanya tidak mengerti mengapa cowok itu tetiba nimbrung.
*
Tuan Harrice pamit undur diri karena harus mengurus anak-anak Golden Oak yang akan mementaskan hiburan musik klasik kepada para tamu undangan. Kini tinggal Angela dan Lucas yang berbincang-bincang. Tanpa Angela sadari perbincangan mereka terlalu seru dan asyik sehingga mereka tiba-tiba saja telah berada di beranda.
"Begitu, kalau begitu saya akan lebih memperhatikannya demi kelangsungan Golden Oak dan Silver Oak, Nona." Jawab Lucas, ia mencicipi minumannya. "Oh iya, mengenai tawaran untuk Ryan, apakah kira-kira saya bisa mendapatkan jawabannya?"
Angela mengangguk. "Keluarga Ryan sangat menantikannya." Jawab Angela. "Saya tidak pernah menyangka mereka akan seantusias ini." Lanjutnya.
Angela terpaksa berbohong, jelas-jelas nenek Elena tidak menyetujuinya, tapi yang namanya kesempatan tentu saja Angela tidak ingin Ryan melewatkannya, ia akan membantu Ryan mendapatkan posisi yang baik di tempat ini untuk bisa menjadi seorang penerus Silver Oak.
"Saya turut bahagia mendengarnya." Jawab Lucas terdengar puas. "Saya akan menghubungi anda untuk tempat dan waktunya. Terima kasih, anda sangat bijak, Nona Angela."
Tiba-tiba saja hari menjadi gelap dan Angela merasakan setetes air jatuh membasahi pipinya. Lalu air hujan itu mulai turun deras membasahi keduanya. Lucas dan Angela memutuskan untuk masuk ke dalam. Angela bingung harusnya hari ini cuaca cerah meskipun malam hari.
"Anda baik-baik saja, nona Vernon?" tanya Lucas.
"Ya." Jawab Angela menoleh ke arah Lucas.
Mendadak hujan menjadi sangat deras disertai petir, anginnya berhembus kencang hingga menggerakan pintu kaca balkon. Lucas membantu Angela untuk mengeringkan tubuhnya, ia memberikan Angela handuk untuk menutupi pundak Angela yang terlihat kedinginan.
"Terima-" ucapan Angela terputus.
Listrik menjadi padam, pandangan Angela menjadi gelap.
Blar!
"Gyaa!!"
"Hwee!!"
Blar! Blar!
Telinga Angela menangkap pekikan anak-anak di ruangan sebelah yang ketakutan. Tidak hanya anak-anak saja yang kaget, Angela jauh lebih kaget.
"Gyaa!!" teriak Angela.
Ia refleks berjingkat memeluk Lucas karena ketakutan. Apalagi ditambah dengan suara petir yang cukup keras membuat Angela semakin ketakutan.
"Marcus segera cari bantuan-" perintah Lucas yang terpotong karena Angela yang memeluknya dengan erat.
"To-tolong jangan kemana-mana.." ujar Angela dengan memeluk erat Lucas.
Cukup lama ia memeluknya, saat ia sadar ia sedang memeluk pria lain, Angela segera menjauhkan tubuhnya. "Ma-maaf." Ujarnya.
Angela mundur beberapa langkah, sayangnya karpet tebal yang ada di belakangnya menatap heelsnya sehingga membuat Angela kehilangan keseimbangannya. Angela panik mencari pegangan yang malah tidak sengaja ia ikut menarik dasi Lucas.
"Kya!"
"Wa!"
Keduanya terjatuh di lantai, Lucas dengan sigap memegangi kepala Angela agar tidak terbentur lantai.
Hening.
Angela mencoba untuk membuka matanya. Masih gelap.
Blar!
Petir kembali menyambar, memberikan percikan cahaya putih dari luar. Saat itulah Angela melihat Lucas yang ada di atasnya. Lucas menatapnya dengan tajam dan dingin. Jantung Angela kembali berdebar-debar, ia pernah melihat pemandangan itu sebelumnya. Pemandangan mata merah dengan wajah dingin delapan tahun yang lalu. Lucas mirip dengan pria yang telah memerkosanya.
"Kau tidak apa-apa, nona Vernon?" tanya Lucas yang langsung mengubah raut mukanya. Angela menyadari perubahan itu. Lucas membantu Angela untuk berdiri.
Tidak mungkin, 'kan? Ini hanya kebetulan, 'kan? – pikir Angela.
Sedetik kemudian listrik berjalan normal dan lampu kembali menyala. Angela yang memegang tangan Lucas segera menarik tangannya. Ia kemudian melepaskan handuk yang ada di tubuhnya.
Rasanya menjadi canggung.
"Terima kasih sudah melindungi kepalaku." Kata Angela dengan memegangi kepalanya.
"Tidak masalah, nona Vernon. Ada baiknya anda tidak panik saat lampu padam." Kata Lucas datar dengan membetulkan jasnya.
Angela masih terasa ketakutan dengan pemandangan beberapa detik yang lalu. Rasanya benar-benar mirip, tapi Angela mencoba untuk menepisnya. Ia meremas lengan kanannya yang terus gemetaran.
Tiba-tiba saja Marcus masuk dan membisikan sesuatu kepada Lucas. "Tuan Scorgia, sudah saatnya menutup acara." Bisiknya yang tentunya di dengar oleh Angela.
Lucas mengangguk. "Baiklah, Nona Vernon. Saya pamit untuk undur diri." Katanya dengan memberikan salam kepada Angela. Angela membalas salamnya.
Lucas berjalan meninggalkan Angela, saat ia tiba di ambang pintu, Lucas mengehentikan langkahnya. Ia membalikan badannya menghadap Angela yang masih duduk di sofa dengan memegang tangannya yang gemetaran. Lucas kembali berjalan mendekati Angela.
"Nona Vernon." Panggil Lucas.
Angela mengangkat wajahnya, menatap Lucas yang telah berada di hadapannya. "Ya?"
"Apakah saya mirip seseorang?" tanya Lucas.
Angela terdiam. Ia menelan ludahnya.
Apakah dia tahu apa yang kupikirkan? Apakah dia cenayang yang bisa membaca pikiranku? – pikir Angela setengah panik.
Angela berdiri dan tersenyum. "Apa maksud anda? Saya tidak mengerti."
Lucas mendekatkan tubuhnya dan berbisik ke telinga Angela. "Aku bertanya, apakah aku mirip dengan seseorang yang kau kenal sebelumnya sehingga membuatmu ketakutan seperti ini, Nona Vernon?"
Angela terkejut, ia terjatuh di sofa, ia benar-benar terlihat ketakutan, matanya membulat saat ia mendengar suara berat Lucas, suara itu benar-benar sangat mirip. Dengan cepat Angela merubah raut mukanya.
"Anda bilang apa?" tanya Angela sok polos. Angela menyembunyikan tangannya yang terus berkeringat karena takut.
Lucas tersenyum dan membalikan badannya. "Saya bilang, sampai jumpa di acara makan malam, Nona Vernon."
-Bersambung ke Chapter #06-