4 #04 | THE END? IV

Nenek Elena menghentikan kegiatannya menyesapi teh saat Angela selesai berbicara. Sore itu Angela sedang sibuk membantu nenek mengerjakan administrasi di kantornya, lalu kebetulan nenek Elena ingin mengunjungi Angela sambil menikmati teh hangat.

Awalnya mereka berbincang mengenai anak-anak Silver Oak yang mulai tumbuh dewasa, suasana masih terasa nyaman, namun secara tidak sengaja Angela menyinggung masalah tawaran keja untuk Ryan.

"Apa kau bilang?" tanya nenek Elena sekali lagi, ia menoleh menatap Angela.

Angela melepaskan kacamatanya. "Kemarin aku bertemu dengan Lucas Scorgia dari 'S Grup." Ulangnya, "dia bilang, dia ingin membuat janji makan malam untuk membahas masalah merekrut Ryan."

Nenek Elena memandangi Angela dengan tatapan terkejut, "lalu?"

"Yaah aku bilang kalau itu berita yang sangat bagus, jarang-jarang ada seorang mahasiswa yang begitu lulus langsung di rekrut perusahaan sebesar itu." Jawab Angela santai. "Jadi, aku bilang aku akan memberitahumu."

"Kau memberinya nomormu?" tanya nenek Elena.

Angela mengangguk. "Ya, tentu saja. Apa kau akan menerimanya? Aku akan mengaturkan jadwal untukmu, nek."

Nenek Elena terlihat tidak senang dengan cerita Angela, ia kemudian membuang mukanya dan mulai membisu. Suasana di kantor Angela terasa hening, hanya ada suara ketikan Angela dan juga ramainya anak-anak panti yang bermain di luar.

"Nek." Panggil Angela yang tidak mendapatkan respon apapun dari si nenek.

Cukup lama nenek Elena membisu sebelum akhirnya ia menoleh ke arah Angela, menatapnya dengan serius. "Kalau aku bilang untuk tidak menerima tawarannya, kau akan menjawab apa?"

Angela menghela nafasnya. Ia kemudian beranjak dari kursi lalu mendekati nenek Elena. Ia berjongkok dengan memegang tangan nenek Elena.

"Nek, aku tahu nenek sangat sayang kepada Ryan." Ujarnya dengan lembut. "Tapi, nenek harus mencoba untuk mengikhlaskannya. Ryan sudah dewasa sekarang, dia juga bercita-cita bisa menghasilkan banyak uang untuk membantu Silver Oak. Lagipula kesempatan bagus ini tidak datang untuk kedua kalinya, nek. Ryan sangat mengharapkannya." Lanjut Angela dengan menatap lembut mata wanita tua itu. "Jadi, kumohon, hormatilah keputusannya."

Nenek terlihat seperti tidak menyetujuinya, ia kemudian melepas tangan Angela dan berdiri beranjak dari tempatnya. "Kau atur saja sendiri." Ujarnya.

Nenek Elena menutup pintu kantor Angela dan berjalan perlahan meninggalkan tempat itu. Hatinya sangat kesal mengetahui tindakan sembrono Angela. Ia meremas tongkatnya. "Lucas si iblis putih Scorgia sudah mulai menunjukan sosoknya. Untuk apa dia mendekati cucuku?" geramnya.

*

"La.. Angela.. Angela!" panggil Noel dengan menepuk pundak Angela.

Angela tersentak kaget. Ia menoleh dan mendapati dirinya sedang berdiri di depan tempat pemesanan kopi di cafe. Seorang cewek cantik yang bekerja menjadi kasir disitu menatap Angela dengan tatapan heran.

Ia baru ingat, hari ini adalah akhir pekan, dia dan Noel sedang berkencan. Angela menatap si cewek kasir, keduanya saling memegang kartu yang hendak diberikan oleh Angela untuk membayar kopi yang mereka pesan.

"Ah maaf." Angela melepaskan tangannya.

Benar juga, ia dan Noel sedang memesan minuman. Noel memesan americano dengan gula merah sementara dirinya memesan kopi susu. Bisa-bisanya ia melamun memikirkan ekspresi nenek Elena yang tidak suka dengan keputusannya kemarin.

"Apa yang kau risaukan?" tanya Noel dengan memegang tangan Angela. Kini mereka sudah berada di kursi dan duduk berhadapan. Noel mengusap-usap tangan Angela yang dingin.

"Bagaimana kau tahu aku sedang risau?" tanya Angela.

"Seharian ini kau melamun, apa kau sakit?" tanya Noel.

Astaga, suaranya bahkan sangat lembut dan hangat di telingaku. – pikir Angela.

"Aku baik-baik saja, Noel. Aku hanya khawatir dengan nenek Elena." Jawab Angela. Ia meletakan tangan Noe ke pipi kanannya, kemudian mengecupnya. "Aku mencintaimu. Akhirnya kita bisa berkencan lagi setelah sekian lama kau sibuk mempersiapkan wisuda mahasiswamu."

Noel tersenyum, ia mencubit pipi Angela dengan gemas. "Aku juga mencintamu." Jawabnya. "Aku hanya meninggalkanmu selama dua hari tapi mengapa kau terlihat sekurus ini? Di mana pipi chubby kesayanganku?"

Angela tertawa. "Hahaha, aku sengaja diet, aku tidak ingin gaun pernikahan kita sesak saat hari H nanti."

Setelah banyak berbincang, mereka kemudian memutuskan untuk berjalan meninggalkan cafe. Mereka kemudian berjalan melewati taman kota sembari terus berbincang, Angela tak henti-hentinya memeluk tangan Noel.

"Aku mencintaimu." Kata Angela.

"Aku lebih mencintaimu." Kata Noel dengan mengusap kepala Angela.

Angela menoleh menatap wajah Noel. Ia menggembungkan kedua pipinya. "Mengapa kadar cintaku kalah darimu? Aku yang jauh lebih mencintaimu." Angela mulai berargumen.

"Aku yang jauh jauh jauh lebih mencintaimu." Jawab Noel lagi sembari mengoda Angela. Begitulah Angela, ia terlalu mencintai Noel hingga membuatnya tidak ingin kalah dari Noel. Disisi lain Angela terlihat imut saat berdebat tentang seberapa besar cinta mereka seperti ini.

"Cintaku sebesar sungai itu." Tunjuk Angela ke sebuah sungai yang ada di hadapan mereka.

"Kecil sekali." Ejek Noel. "Cintaku sebesar lautan."

"Tidak tidak tidak." Angela menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu cintaku seluas langit dan sedalam samudra."

Noel menoleh. "Kecilnya. Cintaku malah seluas jagad raya ini dan sedalam inti bumi."

"Tidaaak.. aku tidak mau kalah." Omel Angela, ia meremas lengan Noel.

Noel melirik Angela yang sedang asyik berpikir dan bergumam-gumam untuk membuat perbandingan yang lebih besar dan kuat dari miliknya. Noel kemudian mengecup pipi Angela, pipinya terlihat sangat menggemaskan.

"Eh! Apa-apaan. Jangan tiba-tiba mencium pipiku dong, kau membuat argumenku rontok." Angela memukul-mukul lengan Noel.

Noel tertawa. "Habis kau lucu sekali hahaha." Ia kemudian memeluk Angela dan menenggelamkan tunangannya ke dalam jaket besarnya.

Sepuluh menit kemudian mereka tiba di depan toko yang menjual baju-baju pernikahan. Memang tujuan utama mereka berkencan hari ini adalah mencoba gaun pernikahan. Angela memilih gaun pernikahan dengan model boho. Gaun itu dihiasi dengan bruklat berwarna putih tulang yang menutupi seluruh bagian lengan Angela.

Noel yang begitu melihatnya langsung terpana. Apalagi saat melihat rambut Angela yang sengaja di gulung ke atas agar bisa memperlihatkan leher jenjangnya. Warna putih tulang memang cocok untuk kulitnya yang bening.

"Kau lebih cantik dari gaun itu sendiri, Angela." Puji Noel dengan mengecup pipi Angela.

Sementara Noel memilih setelan berwarna cokelat susu dengan dasi kupu-kupu berwarna polos. Keduanya kemudian mengambil beberapa foto di depan cermin.

Setelah mereka memesan pakaian itu, mereka kemudian memutuskan untuk pulang ke apartemen Noel. Tidak lupa mereka membeli beberapa bahan untuk makan malam nanti.

*

Malam itu Noel sedang berada di kamar mandi untuk membasuh diri dan Angela sedang sibuk memotong daging di kejutkan dengan suara reff lagu I Will Always Love You-nya Withney Houston dari terdengar dari dalam tas Angela. Angela langsung menghentikan kegiatannya, mencuci tangannya dan berjalan mengangkat telepon.

"Yup." Jawab Angela. Ia kembali memasak.

"Angela." Panggil nenek Elena yang ada diseberang sana.

"Iya, ada apa, nenek?" tanya Angela.

"Hari ini ada undangan masuk ke Silver Oak, sepertinya donatur terbesar kita akan mengadakan pesta untuk anak-anak panti."

Angela mencicipi bumbu yang ia buat. "Lalu?"

"Acaranya masih dua hari lagi. Aku ingin kau yang mempersiapkan, mulai dari akomodasi dan juga pakaian anak-anak."

Noel yang baru saja selesai mandi langsung memeluk Angela dari belakang. Tubuhnya masih belum kering sempurna dan rambutnya juga masih basah. Ia mengecup leher Angela perlahan, membuat Angela merasakan geli.

"Baiklah." Jawab Angela mencoba untuk terdengar normal. Angela mendorong kepala Noel untuk menjauh dari lehernya, namun tangan Noel malah meremas perut dan pahanya.

"Jangan sampai memalukan kita ya, karena sepertinya bapak donatur kita tidak hanya mengundang kita saja. Dia juga mengundang anak-anak dari Golden Oak."

Angela mengangguk-ngangguk. "Oke."

"Aku akan meminta bantuan para pengasuh lain untuk membantumu. Aku sudah mengajak Ryan dan Stefanie juga." Lanjut nenek Elena.

"Baiklah. Astaga!" teriak Angela saat ia merasakan sakit pada pundaknya akibat gigitan Noel.

"Apa kau baik-baik saja, Angela?" tanya nenek Elena.

Angela mengangguk-ngangguk, ia mendorong tangan Noel yang sedang berjalan dari paha naik ke dalam roknya. "Aku baik-baik saja. Besok aku akan kembali dan segera mengurus semuanya." Kata Angela.

"Oke baiklah. Semoga hari liburmu menyenangkan, titip salam dengan Noel ya." Kata nenek Elena. "Dan jangan lupa memakai kondom."

"Tunggu, apa?"

Tuut tuut tuut.

Sambungan telepon telah terputus. Apakah nenek Elena mengdengarkan nafas si Noel? Tumben sekali nenek Elena buru-buru seperti itu. Angela meletakan ponsel dan pisaunya.

"Noel, jangan dulu." Kata Angela dengan mendorong Noel.

"Ada apa denganmu, sayang? Tidak biasanya kau menolak." Tanya Noel bingung, ia hendak mencium Angela namun Angela menutup wajah Noel dengan kedua tangannya dan mendorong pria itu menjauh dari tubuhnya.

"Aku sedang memasak, apa kau tidak lapar?" tanya Angela.

Noel mengejap-ngejapkan matanya. "Aku selalu lapar." Jawabnya polos dengan meneliti tubuh Angela dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kegiatan menelitinya berhenti ke payudara Angela yang terlihat bulat dibungkus dengan tangtop berwarna merah muda. "Sangat lapar." Ulangnya.

Angela menjentikan jarinya, mencoba untuk menyadarkan lamunan Noel. "Makan makanan maksudnya." Ralat Angela. "Aku lapar, aku butuh asupan makanan."

Noel tersenyum, ia kemudian menggosok rambutnya yang masih basah. "Baiklah." Ujarnya kemudian berlalu dari dapur.

Angela menghela nafasnya. Bisa-bisanya dia memiliki calon suami yang ganas seperti itu. Sudah terbayang bagaimana jika mereka sudah menikah nanti.

*

Lucas sedang asyik membaca majalah tentang hubungan seni dengan bisnis di teras rumahnya, ia juga menyiapkan sebotol anggur dengan gelas tinggi dan beberapa camilan buah di meja sebelahnya. Ia terlihat sangat serius membacanya namun memiliki pendengaran yang sangat tajam, ia bisa mengetahui Marcus datang dari belakangnya.

Lucas membalik halaman majalah sembari berkata, "ada yang ingin kau laporkan kepadaku, Marcus?"

Marcus memberikan salam kepada Lucas. "Saya telah mencari informasi Noel Smith, tuan. Semua dokumen dan fotonya telah dikirim ke email anda."

Lucas menutup majalahnya. Ia kemudian meletakan majalah itu dan menggantinya dengan tablet. Ia membuka kotak masuk emailnya.

"Kemudian saya juga ingin melapor, bahwa untuk acara besok bagian event organizer sudah menyusunnya dengan rapi, tuan. Kami sudah mengirimkan laporannya ke email anda." Lanjut Marcus.

Lucas mengangguk-ngangguk. "Bagus. Apakah daftar nama tamunya ada?"

"Kami juga telah mengirimkannya." Jawab Marcus.

Lucas memutuskan untuk mengecek laporan-laporan acara ramah tamah dengan anak-anak yatim piatu yang merupakan agenda tahunan yang sengaja dibuat oleh ayahnya. Saat ia mengecek daftar tamunya, ia menyeringai begitu ia melihat sebuah nama yang terdaftar.

"Angela Vernon." Gumamnya yang membuat Marcus bergidik ngeri.

-Bersambung ke Chapter #05-

avataravatar
Next chapter