16 Kebablasan

Namun, bukannya beranjak dari kamar Leony, Dika malah berdiam diri. Seakan kedua kakinya terasa kaku, sulit untuk digerakkan. Perasaan dalam dadanya sulit untuk dijelaskan dengan detail. Lagi pula, sekilas ia menatap wajah lawan jenisnya di samping.

"Kamu tidak jadi pulang?" Leony bertanya padanya.

Alhasil, Dika jadi gugup. Untuk mengeluarkan suara pun, ia merasa gagu.

'Iya juga, ya. Tadi aku bilang mau lekas pulang dari sini.'

"Ah, iya. Sebentar lagi."

"Oh, begitu ...," balas Leony.

"Tapi, ingat ya janjimu tadi. Jangan ganggu rumah tangga ibu dan ayahku."

"Iya, aku janji. Untuk apa aku menikah dengan ayahmu yang sudah tua bangka itu?" Leony mengedikkan kedua bahunya. Tentu saja ia tak mau kalau harus bersama dalam satu atap dengan Arif.

Dika yakin, Leony bisa dipercaya. Ucapan wanita itu akan selalu ia pegang. Namun, bukan berarti ia hanya diam saja dan tak melakukan sesuatu. Pasti sang Ayah yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Leony.

Lantas, keduanya saling terdiam lagi. Tak ada yang bersuara. Saat ini, Dika mengurungkan niatnya untuk segera pulang. Entah kenapa, berada di kamar Leony membuatnya sedikit tenang. Atau jangan-jangan karena ada wanita itu di sampingnya.

Leony yang saat ini tengah menggunakan pakaian yang terbuka, menampilkan belahan dada yang menggoda sepasang mata. Hasrat kelelakian Dika merasa terguncang. Ini normal, karena dirinya seorang pria yang merasa bernafsu melihat seorang wanita cantik. Ia menelan salivanya dengan kasar.

"Leony," panggilnya dengan lembut.

Wanita yang dipanggil itu lantas menoleh ke arah Dika. "Ada apa?" tanyanya.

Niat awal datang ke sini hanya untuk bicara serius pada Leony. Namun, tiba-tiba saja Dika ingin melakukan sesuatu yang lebih bersama wanita itu. Terlintas di dalam pikirannya bahwa saat ini ia sedang ingin bercinta.

"Ada apa, Dika?" tanya Leony.

Di luar kendali, Dika malah memajukan wajahnya menghadap ke wajah Leony. Sontak saja, wanita itu sedikit terkejut dengan tingkahnya. Berkali-kali Leony memanggil nama Dika.

"Dika? Kamu kenapa, ya?" Leony terlihat gugup.

"Aku baru sadar. Ternyata kamu itu cantik juga, ya." Dika memuji kecantikan Leony dalam jarak sedekat ini. Embusan napasnya begitu terasa di wajah cantik Leony.

"Dik, coba jangan dekat-dekat begini!"

"Loh, kenapa? Bukannya kamu udah sering ngelayanin pria-pria di sini?"

Bukan hal tabu lagi bagi Leony dalam melayani pria-pria hidung belang. Namun, kali ini berbeda dengan Dika. Ia merasa malu sekaligus gugup. Entah karena hal apa.

Dika pun terus menatap Leony tanpa henti. Seakan memberi tatapan intimidasi pada sang lawan jenis. Tangannya terjulur untuk mengusap lembut pipi wanita itu. Leony tersentak karena perlakuannya.

"Dika," ucapnya pelan.

Suara Leony yang begitu pelan terasa syahdu di gendang telinga. Wanita itu jadi berdiam dan ia terus mendekat ke wajah Leony.

"Kamu cantik ...." Dika berbisik pelan di telinga Leony. Tangannya merengkuh leher jenjang wanita itu.

Lantas, terciptalah cumbuan maut antara keduanya. Dika tak bisa menampik gelora api cinta ini. Semangatnya begitu menggebu-gebu. Pantas saja, pria-pria begitu tertarik dengan paras cantiknya. Ia pun juga tengah terpikat sekarang.

"Aku tahu, kenapa Ayah begitu mengagumimu, Leony."

"Jangan sebut Mas Arif lagi," pinta Leony.

Dika tak segan menempelkan bibirnya ke bibir mungil Leony. Ciuman mereka terasa panas dan ganas. Jilatan demi jilatan di dalam rongga mulut kian beradu. Leony baru kali ini menikmati permainannya, setelah berkali-kali bermain di atas ranjang bersama dengan pria lain.

Pria itu juga memberikan sentuhan erotisnya di kulit halus Leony. Wanita itu mengeluarkan suara lenguhan yang begitu manja di dengar di telinga. Bagaimana Dika tak tertarik kalau Leony seperti ini. Tangan Dika juga berpelesir di area dada wanita itu.

Dika berkali-kali mengecup bibir manis Leony, layaknya mengemut sebuah lolipop. Kedua tangannya juga bergerayang ke sana kemari. Lantas, Leony juga membalas perlakuannya dengan gaya erotis.

"Dika."

"Ada apa?"

"Ternyata kamu bernafsu juga, ya?"

"Ya jelaslah. Aku kan pria tulen. Melihatmu seperti ini, jelas aja aku tertarik."

Benar-benar Dika sudah kebablasan karena hal ini. Niat awal datang ke sini hanya ingin berbincang sebentar dengan Leony. Namun, sepertinya ia sudah tak tahan untuk tak bercinta dengannya. Leony merupakan mangsa yang sangat empuk dan sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Leony tersenyum tipis. Perlahan demi perlahan, ia juga membalas rengkuhan pria yang tengah bersamanya saat ini. Dika ternyata pria yang penuh akan nafsu juga.

Birahi mereka tampak bangkit menggelora. Keduanya bersenang-senang di atas ranjang yang berukuran king size tersebut. Tubuh Leony berada di atas tubuh Dika. Sebut saja, Leony saat ini yang menguasai permainan. Tangannya bergerayang ke mana-mana. Dika pun merasakan sentuhan demi sentuhan darinya.

Keduanya masih mengenakan pakaian masing-masing. Nafsu Dika semakin merajalela dan ia hendak membuka dress mini yang dikenakan oleh Leony. Tanpa pikir panjang dan dengan gerakan secepat kilat, tangannya sudah berhasil menghempaskan dress tersebut ke atas lantai.

"Di–Dika ...," desah Leony.

"Kenapa?"

Tubuh bagian atas Leony hanya tertutup bra berenda, sedangkan di bawah masih menggunakan celana segitiga. Dika mengecap dan menelan saliva-nya dengan kuat. Ia harus bisa menahan diri untuk tak melakukan lebih dari ini. Ia tak ingin luar biasa kebablasannya.

Walaupun, nafsunya saat ini sungguh terasa besar. Melihat lawan jenis secantik dan tubuh semolek Leony, apakah dirinya bisa menahan diri?

'Shit! Aku sudah tergoda dengannya. Dan, ini godaan terbesarku. Apakah aku bisa menahan diri?'

Dika menggeleng-gelengkan kepala. Leony masih berada di atas tubuhnya. Dua bukit kembar menjuntai indah, sedap dipandang oleh indra penglihatannya. Ingin sekali ia menjilat puncak bukit kembar itu.

"Apakah kamu selalu memberikan pelayanan sebaik ini pada pria lain?" tanya Dika pada Leony.

Leony sedikit membuka mulutnya. "Gak. Aku selalu menolak mereka. Mereka aja yang memaksa aku. Mau gak mau, ya aku tetap melayani mereka."

"Dasar bodoh!" umpat Dika karena merasa gemas.

"Kenapa begitu?"

"Gak apa-apa, kok."

Mata mereka beradu tatap dalam waktu lama. Leony masih merasa nyaman berada di atas tubuh pria itu. Tak jarang, tangannya berselasar ke area dada bidang miilk Dika.

"Kamu pasti sudah tergoda padaku, ya?"

"Bisa dibilang begitu," jawab Dika dengan santai.

Alhasil, Dika mempunyai sebuah rencana agar ayahnya tak jadi menikahi Leony. Pun dengan menjadikan wanita itu menjadi kekasihnya.

"Aku tahu, gimana caranya supaya ayahku gak berniat untuk menjadikanmu sebagai istrinya."

"Dengan cara apa?" Leony bertanya-tanya dengan cara apa agar Arif lekas menjauh dari sisinya.

Dika menampilkan senyum menyeringai ke arah Leony. "Kamu harus jadi pacarku sekarang juga."

avataravatar
Next chapter