12 Ingin Menikah Lagi

Leony bingung akan dibawa ke mana oleh pria tua yang duduk di sebelahnya ini. Ia menatap ke arah jendela mobil dan melihat pemandangan jalan. Sudah cukup lama, ia tak menghirup udara bebas dan berjalan-jalan ke luar menikmati pemandangan, karena harus berada di tempat terkutuk itu. Setiap hari Leony berpapasan dan juga melayani nafsu para pria hidung belang.

Sekarang ia tak ingin menatap wajah Arif. Ia mendiamkan saja pria itu hingga sampai di tujuan. Leony juga tak ingin bertanya apa pun.

Diamnya Leony membuat Arif ingin memulai pembicaraan. Ia tak mau didiamkan seperti ini selama perjalanan. Sang sopir tampak fokus menyetir di balik kemudi. Tiba-tiba saja, tangan Arif bergerayang di pergelangan lengan wanita itu.

"Jangan sentuh aku, Mas!" bentak Leony pada Arif.

"Kenapa kamu mendiamkan aku, Sayang? Kenapa tidak ada pembicaraan di antara kita?"

Untuk apa Leony berbincang-bincang akrab dengan pria ini? Usia mereka terpaut cukup jauh dan Arif pun bukan tipe pria idamannya. Pria di sampingnya lebih cocok menjadi ayahnya, bukan malah menggoda seperti ini.

Leony menyuruh Arif untuk tak menyentuhnya lagi. Ia juga memberikan peringatan, kalau sekali lagi pria itu mulai menyentuh, maka Leony tak akan mau lagi untuk bertemu.

Alhasil, Arif setuju dengan hal tersebut. Ia tak kuasa kalau harus berpisah jarak dari Leony, cintanya dan wanita idamannya.

"Baiklah, Mas gak akan menyentuhmu lagi," ujar Arif.

"Bagus. Sekarang, Mas mau ajak aku ke mana sih? Beritahu aku."

Arif ingin mengajak Leony pergi ke rumahnya. Anggap saja sebagai perkenalan kepada Rani bahwa saat ini, ia ingin menikahi wanita yang berada di sampingnya.Namun, hal itu belum diketahui oleh Leony.

"Nanti kamu bakalan tahu sendiri, kok, Ony."

"Jawab sekarang aja, Mas!"

Desakan Leony tak mempan untuk Arif. Ia berpikir, kalau mengatakan yang sebenarnya, maka Leony akan berusaha kabur. Maka dari itu, dirinya sengaja menyembunyikan hal ini.

"Sudahlah, Ony. Kamu diam saja. Nanti bakalan tahu juga, kok."

Sebentar lagi, mobil yang dikemudikan oleh sang sopir akan sampai di rumah. Hati Arif begitu senang bukan main, karena dalam waktu dekat akan memperkenalkan Leony kepada istri dan sang anak.

Jelas saja Rani tak akan mau diceraikan. Maka dari itu, ia ingin menjadikan Leony sebagai istri kedua. Terlepas dari setuju atau tidak, ia tetap akan menikahi wanita berparas cantik di sampingnya.

Kini, mobil yang ditumpangi oleh mereka kemudian berhenti. Leony menatap dari kaca mobil sebuah rumah mewah bertingkat dua, berwarna cream. Rumah ini sangat besar nan bersih. Ada penjaga dan juga tukang kebun.

"Ini di mana, Mas?" tanya Leony yang masih celingak-celinguk dari dalam kaca mobil.

"Turun saja. Ayo!"

"Gak mau! Jawab dulu. Ini ada di mana?"

Jantung Leony berdetak tak karuan. Ia gugup dan merasa takut sekarang. Tangannya sedikit gemetar saat ini. Bukan karena ia takut akan dicumbu mesra oleh pria tua bangka ini, tapi ada hal yang lain.

'Apa jangan-jangan ... ini–'

"Ini rumahnya Mas. Ayo turun, Sayang." Arif menyuruh Leony untuk ke luar bersamanya.

Benar saja, saat ini Leony sedang berada di rumah Arif. Betapa murkanya Leony karena tak diberitahu sejak awal. Kalau diberitahukan pasti dirinya akan menolak untuk datang ke sini. Ia melihat ada sebuah mobil lain yang terparkir di halaman.

'Ini pasti mobilnya Dika.'

"Ayo, Ony. Ke luar dari mobil."

"Gak mau! Aku mau pulang aja!"

Arif sudah ke luar lebih dulu dari dalam mobil. Ia terus membujuk Leony untuk turun. Namun, wanita itu rupanya telah menguras emosinya. Hingga, Arif melototkan mata dengan lebar dan berucap ketus.

"Hei, cepat ke luar dari dalam mobil! Sok-sok'an banget kamu nolaknya. Sok suci!" Arif terpaksa membuka pintu mobil hingga menarik tangan Leony dengan paksa.

Tarikan paksa itu membuat pergelangan tangan Leony tampak menimbulkan guratan merah. Ia terus membawa masuk wanita itu sampai ke dalam rumah. Tiba-tiba saja, Arif bertemu dengan Dika.

Mata Dika dan Leony pun bertemu. Pria itu menampilkan wajah yang begitu marah dan mungkin tak terima dengan hal ini. Ia langsunh memalingkan pandangan ke arah Arif.

"Ayah apa-apaan ini?" Dika melihat Leony sedang kesakitan karena pergelangannya masih dicekal dengan kuat oleh Arif.

"Bukan urusanmu! Aku ingin membawanya ke hadapan Rani."

"Ayah jangan gila! Ibu sedang sakit di dalam kamar."

Ucapan Arif membuat Leony murka. Ia berontak dan berusaha melepaskan genggaman tangan pria ini. Ia tahu maksud Arif apa.

"Lepasin aku, Mas!"

Dika langsung mendekat ke arah mereka dan berniat akan menyelamatkan Leony. Namun, ia didorong dengan kuat oleh sang Ayah, hingga mundur beberapa langkah. Leony terpekik melihatnya.

"Jangan ikut campur dalam urusanku sekarang! Atau aku akan membuat ibumu sakit dua kali lipat!" Arif memberikan ancaman kepada Dika. Ia tahu betul, kelemahan sang anak ada pada Rani.

Hingga akhirnya, Dika hanya diam saja di tempat dan menatap kepergian sang Ayah dan Leony ke atas. "Kurang ajar! Ayah macam apa dia!"

Leony tetap berontak dan ingin pulang saja. Tangannya masih dicekal dengan kuat oleh Arif. Mereka berdua berjalan di anak tangga.

"Ony, aku akan menjadikanmu istri kedua."

Tatapan Leony begitu nanar ke arah wajah pria tua ini. Bisa-bisanya Arif ingin menjadikannya sebagai istri kedua.

"Jangan gila kamu, Mas! Kamu masih ada anak dan juga istrimu yang sangat setia!"

Mereka berdua akhirnya tiba di depan pintu kamar. Leony menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak mau masuk ke dalam. Arif memegang pegangan pintu dan memutar kenop. Alhasil, ada Rani yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Seketika itu, Leony tak berdaya dan merasa kasihan melihatnya.

Melihat akan hal itu, Rani perlahan duduk di tempat tidur. Ia melihat suaminya memegang pergelangan wanita lain. Leony yang ditatap seperti itu, sangat merasa terpukul. Manik mata Rani sungguh membuatnya bersalah.

"Perkenalkan, nama dia Leony," ujar Arif.

"Siapa dia, Mas?" tanya Rani sambil terbatuk-batuk. Di lehernya ada sebuah syal tebal.

"Dia calon istriku."

Mendengar hal itu, baik Leony dan Rani langsung menatap wajah Arif dengan perasaan marah. Leony tak pernah mau untuk dijadikan istrinya Arif.

"Apa-apaan kamu, Mas?! Bisa-bisanya bicara seperti itu. Aku gak mau nikah sama kamu!"

Rani berusaha bicara, walaupun agak terbatuk-batuk. "Tega sekali kamu, Mas. Aku sedang sakit seperti ini dan kamu malah mikirin buat nikah lagi?" tanyanya pada Arif.

"Ya. Aku ingin menikah lagi dengan wanita yang lebih sempurna dan jauh lebih cantik dari kamu!" ujar pria yang sudah berusia empat puluh lima tahunan itu.

avataravatar
Next chapter