4 SW 3

Di sebuah rumah, seorang pria paruh baya tengah duduk di ranjangnya dengan selimut menutupi sampai pinggang. Terdapat syal putih yang melilit di lehernya. Matanya terbuka lebar karena di depannya tengah duduk seorang wanita berpakaian biasa sedang menyuapinya makan. Pria itu membuka pelan mulutnya ketika makanan yang dikunyahnya habis dan begitu seterusnya hingga makanan di piring sang wanita habis tak tersisa. Diambilnya air dalam gelas yang terletak di nakas dan mendekatkannya pada mulut pria itu yang meminumnya pelan, dikuti beberapa obat yang terus dikonsumsinya hampir satu tahun.

"Sudah selesai. Bapak mau nonton tv?" tanya wanita itu pelan dan dibalas kedipan mata oleh pria tersebut.

Maida, seorang wanita berusia 28 tahun dan bekerja sebagai perawat di rumah sakit swasta yang ada di kawasan Bogor. Sejak satu tahun lalu, dia mengambil pekerjaan yang ditawarkan seorang wanita bernama Tanaya dan memintanya untuk merawat seorang pria lumpuh karena stroke dengan gaji besar yang tak lain adalah suaminya sendiri. Mendapat penawaran gaji yang besar, tentu membuat Maida menerimanya dengan senang hati, meskipun baru pertama bertemu dengan Tanaya yang sedang ada di rumah sakit untuk melihat suaminya itu. Maida adalah wanita biasa yang harus bekerja keras untuk membiayai sekolah adiknya yang masih SMA dan sebentar lagi akan kuliah. Uang yang didapat dari mengurus Evran sangat cukup untuk membiayai kuliah adiknya hingga lulus. Namun, rupanya beban yang dipikul Maida juga cukup berat dan berbahaya karen amasuk dalam lingkaran kelas atas dan penjahat yang sanggup melenyapkan nyawa orang lain.

Maida mengundurkan diri dari pekerjaannya di rumah sakit itu dan fokus merawat suami Tanaya yang bernama Evren. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan dengan wajah bule, meskipun lumpuh dan tak bisa bicara karena terkena stroke iskemik. Stoke ini terjadi karena adanya penyumbatan oleh darah beku pada liran darah menuju otak karena timbunan lemak pada aliran darah tersebut. Untuk mengobati stroke tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan gumpalan yang terjadi akibat pembekuan darah tersebut dan penggunaan aspirin bisa dilakukan dalam keadaa darurat saja. Sejak mengalami sakit stoke, Tanaya tak pernah memeriksakan kondisi Evran ke rumah sakit karena sejujurnya dia ingin membunuhnya perlahan dan memutuskan cukup mengurungnya dengan identitas "Mati" yang telah disandangnya kini karena keberadaan Evran masih bisa dimanfaatkan Tanaya untuk menjalankan misi jahat selanjutnya.

Dengan sabar, Maida merawat Evren dan justru menganggapnya seperti ayah sendiri. Pada mulanya, Maida merasa tak ada yang ganjil hingga pada suata hari tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan Tanya dan anaknya, Anindhita. Maida tak tuli dan memliki indra pendengaran yang tajam dan terkejut ketika menemukan fakta jika pria yang dirawatnya adalah seorang pria konglomerat yang selama ini dianggap telah meninggal dunia karena kecelakaan. Untuk menghilangkan rasa ingin tahunya, Maida mencari berita di Google dan menemukan identitas Evran sesungguhnya beserta nama keluarganya. Maida pun menyimpulkan jika dua wanita tersebut adalah orang jahat yang merupakan istri dan anak tiri Evran. Maida pun mencoba mencari akses untuk membantu menghubungi pihak keluarga Evran, tapi keterbatasan ruang gerak dia yang tak bisa keluar sembarangan rumah karena dijaga ketat oleh beberapa bodyguard membuat Maida tak bisa berbuat banyak, dan hanya bisa tetap berada di dekat Evran.

Menuruti Evran yang ingin menonton tv, Maida meletakkan piring dan gelas kosong ke nampan yang ada di atas nakas. Dia bangun dari duduknya dan meraih remote yang tergeletak di sofa dan biasa dia gunakan untuk tidur, lalu menyalakan tv. Seperti biasa, Maida akan memilihkan saluran yang menayangkan berita karena Evran sangat suka menonton berita. Tubuhnya tak bisa bergerak, bahkan mulutnya tak bisa bicara, tapi otak jeniusnya tetap berfungsi dengan baik. Melalui berita yang dia lihat, pengetahuan tentang perekonomian negeri dan berita nasional tetap diketahuinya, serta berita yang menayangkan jika dirinya telah meninggal dalam kecelakaan juga dilihatnya. Dalam hati, Evran mengutuk keras perbuatan jahat istri dan anak tirinya yang sudah mengarang cerita dan sedang menghancurkan rumah tangga anaknya, Jeff.

Keterbatasan Evran yang tak bisa bicara dan bergerak, membuat otak jeniusnya tak bisa berbuat banyak serta merutuki sakitnya yang sudah bejalan selama setahun, dan belum ada perkembangan. Dalam ketidakberdayaannya, Evran mengutuk Tanya yang sudah mengarang cerita akan kematiannya di mana sebenarnya yang meninggal adalah orang lain, sedangkan dia masih hidup dalam keadaan lumpuh karena stroke yang dialami ketika tak sengaja mendengar jika Tanaya yang mencelakai almarhum istrinya lima tahun lalu, Alara. Terkejut mengetahui fakta tersebut, Evran tumbang dan dilarikan ke rumah skait. Hal itu dimanfaatkan kondisinya oleh Tanaya yang mengarang sebuah kecelakaan menggunakan mobil Evran di mana di dalamnya berisi pria lain yang meninggal di tempat karena masuk jurang dan meledak.

"Pak, aku ke dapur dulu, ya, cuci piring bekas makan sebentar," kata Maida yang berdiri di sebelah ranjang dan dibalas kedipan mata.

Maida bergegas meninggalkan kamar sambil membawa nampan menuju dapur. Jami dinding sudah menunjukkan jam 1 siang dan cuaca di luar nampak cerah. Maida mencuci piring tadi dan menyimpannya ke rak setelah dikeringkan. Langkahnya menuju jendela yang ada di dapur dan terlihat di pos depan, dua orang bodyguard sedang berjaga sambil berbincang.

"Kapan aku bisa keluar dari pintu itu dan membawamu pergi dari rumah ini, Pak." Maida bergumam menatap ke luar jendela di mana angin sepoi berhembus masuk ke jendela yang sengaja dibuka agar sirkulasi udara berganti.

Maida menghela nafas. Dia mearih handphone di tangannya dan tersenyum ketika mendapati sebuah pesan masuk dari adiknya, Naria. Dibacanya pesan itu dan senyum pun terukir di wajah tembem Maida.

"Kak, aku lulus dengan nilai uhuy. Aku senang dan ini persembahan buat Kakak!"

Begitulah isi pesan yang dikirim Naria. Seorang anak laki-laki dan saudara satu-satunya Maida. Dia tinggal di sebuah rumah peningglan orang tuanya yang sudah meninggal. Ya, kedua orang tua Maida tak berumur panjang karena meninggal terseret tsunami saat terjadi gempa di Banten di rumah Pamannya, dan beruntung Naria selamat kala itu.

Tersenyum cerah Maid mengetikan sebuah ucapan selamat untuknya dan bergegas ke kamar di mana Evran berada untuk sekedar berbagi berita bahagia. Maida berkata penuh bangga kepada adiknya di depan Evran yang terus bungkam dan hanya kedipan mata yang dia lakukan sebagai respon.

"Selamat untuk adikmu, Nak. Kelak dia akan tumbuh menjadi pria yang sukses dan membanggakanmu!" ucap Evran sebatas di dalam hati saja dan tak didengar Maida yang tersenyum cerah.

CUT!

Bersambung

01 Juli 2020/08.00

avataravatar
Next chapter