2 SW 1

Jeff duduk sambil memijat pelipisnya. Kesibukan di kantor sudah membuatnya pusing dan kini semakin stress menghadapi tingkah istrinya yang memamerkan kemolekan tubuh di akun instagram miliknya yang belum lama dibuat. Sebelumnya, Rena tak suka dengan hal-hal berbau media sosial. Jangankan instagram, foto saja dia tak suka. Namun kini, ada saja foto yang dia post di akun instagramnya yang sudah memiliki follower satu juta lebih dalam waktu 3 hari karena foto sexy dirinya. Perlu Jeff akui, Rena memang memiliki wajah cantik dan tubuh sexy yang selalu membuat libidonya cepat naik dan tak pernah puas bermandi keringat di ranjang bersamanya. Namun, kemolekan tubuh Rena awalnya hanya dia yang menikmati, kini juga bisa dinikmati oleh mata para hidung belang yang menatapnya penuh nafsu, dan membuatnya meradang.

"Apa yang terjadi padamu Rena?" gumam Jeff sambil memukul meja berkali-kali.

Terlihat tangannya yang terluka karena terus memukul meja. Wajahnya merah dengan sorot mata tajam karena kesal melihat foto istrinya yang terpampang dengan pakaian sexy serta ribuan komentar.

"Sial … sial …," oceh Jeff kembali memukul meja dan membanting apa pun yang ada, termasuk layar komputer yang sudah tergeletak mengenaskan di lantai.

Suara gaduh yang terdengar sampai ke luar ruangan, membuat sekretarisnya, Imel, melaporkan pada Ferry selaku wakil Jeff untuk melihat keadaannya di ruangan karena tak berani menghampiri. Ferry yang sedang mengecek laporan di ruangannya bergegas menuju ruangan Jeff dan meninggalkan Imel yang kembali duduk di kursinya sambil menunggu dengan cemas.

"Kenapa akhir-akhir ini Pak Jeff sering seperti itu?" gumam Imel yang bingung dengan mata menatap pintu yang telah tertutup kembali.

Di dalam ruangan, Ferry melotot karena sudah kacau balau. Banyak berkas berceceran. Kursi dan komputer tergeletak mengenaskan. Pecahan gelas yang ada di mini bar sudah tercecer ke mana-mana. Sedangkan Jeff tengah berdiri di sudut ruangan sambil terengah-engah.

"Jeff, ada apa? Kenapa denganmu?" ucap Ferry kaget dan melangkah hati-hati untuk menghampiri Jeff yang menatapnya dengan wajah penuh amarah.

Tak ada jawaban. Jeff memalingkan wajahnya dari Ferry dan menatap keluar jendela di mana hujan mulai turun. Setibanya Ferry di dekat dia, Jeff masih tak kunjung bicara dan membuat Ferry menghela nafas lelah.

"Bicaralah padaku. Jangan seperti ini!" kata Ferry dengan suara yang terdengar serak.

"Apa sebab perangai seseorang berubah dalam waktu semalam, Fer?" ucap Jeff dengan suara pelan tanpa menoleh pada Ferry yang berkerut kening.

"Apa maksudmu? Siapa yang berubah?" sahut Ferry meminta penjelasan yang lebih detail.

Terdengar nafas tersenggal Jeff mulai normal. Gerak punggungnya tak secepat tadi, tapi nampak kedua tangannya masih mengepal. Menunggu beberapa detik, Jeff akhirnya membalikkan tubuh dan bertemu pandang dengan Ferry yang menampilkan wajah bingungnya.

"Istriku. Dia berubah dan aku tak mengenalnya kini!" sahut Jeff dengan suara dingin dan menggeram. Rahangnya mengeras dengan gigi bergelatuk menahan emosi yang kembali memuncah.

"Berubah gimana, Jeff? Bukannya Rena baik-baik saja?" timpal Ferry yang masih tak paham apa yang sedang terjadi.

Jeff menatap tajam pada Ferry yang tentu tak takut padanya dan mengalihkan pandangan pada benda pipih miliknya yang sudah hancur berserakan di lantai karena dibanting setelah melihat foto terbaru Rena.

"Mana hanphonemu?" tanya Jeff setelah diam sejenak.

Ferry meraih handphone miliknya di balik jas hitam yang membalut tubuh besarnya dan menyerahkan cepat pada Jeff. Secepat kilat Jeff langsung membuka aplikasi instagram dan setelah mendapatkan apa yang dicari dan menyulut emosinya kembali, Jeff langsung menyerahkannya pada Ferry.

"Tuh, lihat!" ucap Jeff sambil menyodorkan handphone tersebut pada Ferry.

Diraihnya handphone itu dan menatap layar dengan raut penasaran. Perlahan tapi pasti, wajah penasaran Ferry berubah melotot ketika mengenali wajah orang yang ada di layar tersebut.

"Ini Rena?" ucap Ferry kuat.

"Menurutmu?" jawab Jeff dengan nada kesal dan geram.

"Ah, gila. Kok bisa cantik dan sexy begini? Aku baru tahu kalau dia montok banget, anjir!" oceh Ferry tersenyum dan memuji kecantikan Rena.

Mendengar pujian Ferry pada Rena seolah mendukung perbuatannya, tanpa ragu Jeff langsung memukul kepala Ferry dengan kuat. Terlebih sejak tadi dia memang butuh pelampiasan kemarahannya.

"Sialan kamu! Jangan puji Rena dengan muka sange seperti itu, kamvret!" maki Jeff yang tak suka melihat ekspresi Ferry melihat foto sexy Rena.

Ferry terbahak karena dia tahu pasti jika Jeff sangat mencintai Rena sejak usianya masih 5 tahun saat pertama kali bertemu Rena di panti asuhan untuk turut serta mengantarkan santunan yang rutin dilakukan oleh almarhum ibunya sebagai donatur tetap. Ferry juga tahu jika Jeff hanya mencintai Rena, bahkan isi semvaknya tak pernah tertarik pada wanita lain.

"Terus masalahnya apa, Jeff?" tanya Ferry yang ingin tahu sebab pastinya dan membuat dia menghancurkan seisi ruangan seperti kapal pecah.

"Rena bukan wanita seperti itu, Fer. Rena wanita baik-baik. Dia tak suka mengumbar aurat di depan orang lain kecuali di depanku, suaminya. Dia berubah 360 derajat!" terang Jeff dengan suara pelan dan sedihnya.

"Mungkin dia lagi puber, Jeff. Kita tahu sendiri, selama ini dia kuper banget. Teman pun sedikit, terlebih kaukekang dia banget!" timpal Ferry mengutarakan pendapatnya yang dia ketahui selama ini.

"Tapi gak harus bertingkah macam jalang juga, Fer!" bantah Jeff kencang membuat mata Ferry menutup karena semburan Jeff menerpa wajah tampannya.

"Jangan nyembur juga, kambing!" oceh Ferry sambil mengusap wajahnya yang diacuhkan oleh Jeff.

Kesal bicara dengan Ferry, Jeff melangkahkan kakinya menuju sofa. Saat langkahnya terhalang oleh komputer yang tergeletak di lantai, tanpa ragu kaki kanan Jeff menendang hingga terpental ke dinding dan semakin hancur. Ferry yang menyaksikan kembali menghela nafas penjang melihat sikap Jeff sudah tak wajar dan tak biasanya.

"Baru ini gue lihat suami ngamuk besar gara-gara lihat foto sexy istrinya di medsos. Apa iya begitu kalau aku jadi suami, ya? Ah, elah. Aku jadi pengin kawin kalau begini!" cerocos Ferry seperti orang gila dan mengikuti Jeff yang sudah duduk di sofa.

Melewati mini bar, Ferry membuka kulkas dan meraih seboto air mineral dan menyerahkannya pada Jeff yang kembali bungkam dan sesekali menendang meja yang tak bersalah.

"Minum, nih!" ucap Ferry menyerahkan botol air mineral dan diterima Jeff yang langsung menenggaknya hingga tandas.

"Capek, ya, habis ngamuk-ngamuk!" cicit Ferry usil sambil tersenyum mengejek.

"Berisik!" sahut Jeff melirik kesal.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan Rena? Setiap masalah pasti ada sebabnya, Jeff. Tak mungkin Rena seperti itu tanpa sebab. Aku kenal kalian sejak kecil dan aku tahu kalau Rena wanita baik-baik. Coba kaupikir, adakah pemicu tindakan Rena sekarang!" terang Ferry menatap serius.

Jeff tertegun. Pikirannya kembali terlempar ke beberapa hari yang lalu sebelum Rena berubah. Jeff terus mengingat apa yang sudah dia lakukan dan katakan pada Rena serta kemungkinan membuatnya terluka. Namun, sekeras apa pun Jeff berpikir, dia tak mendapati kalimat atau sikap kasar yang dia tujukan pada Rena dan sangat dia cintai.

"Kami tak bertengkar, Fer!" kata Jeff setelah beberapa menit bungkam.

Ferry terdiam dan mengangguk. Bersamaan itu, Jeff kembali berpikir dan mengingat semuanya serta malam terakhir yang dilewati dengan percintaan panas keduanya sebelum keesokkan pagi Rena berubah. Mengingat sesuatu yang ganjil, mata Jeff membulat dan menatap Ferry yang menunggu apa sekiranya kalimat yang akan terucap.

"Rena pernah bilang saat malam terakhir kami bercinta, "Jangan berhenti mencintaiku, Kak!"

CUT!

Bersambung

26 Juni 2020/10.25

avataravatar
Next chapter