webnovel

Chapter 9

Halo haiii..😘😘

Maaf yahh buat kalian lama menunggu, untung saja kalian bukan menunggu jodohh😆

Aku cukup lama juga yaa hiatusnya, pada kangen gk nih😚😚? #yaenggaklah

Kmaren² mood aku rusak parah, hancur lebur, ambyar kek habis ditinggal nikah pas lagi seyeng² nya😂😂

Sebelum lanjut..

Jgn lupa vote juga yahh part sbelumnyaa😘😘

Okay, selamat membaca🤗🤗

*

Sudah dua minggu lamanya setelah kejadian yang cukup mengerikan itu, dan selama dua minggu ini Bruno menginap dan tinggal dirumah Morgan sahabatnya, sahabat iblisnya.

Bukan tanpa alasan Bruno merengek untuk menginap dirumah Morgan, itu semua karena ia sangat ingin dekat pada Monalisa. Ia ingin tahu bagaimana sifat asli wanita buta itu, dan apa yang membuat Morgan sampai tertarik padanya.

Dan ternyata? Bruno menemukannya, Monalisa memanglah wanita yang anggun dan lembut. Suaranya begitu merdu bagai alunan musik eropa yang menenangkan, dan wajah cantiknya itu sanggup membuat pria manapun menjadi ingin jatuh cinta padanya.

Dua minggu sangatlah cukup membuat Bruno dan Monalisa menjadi sangat dekat dan akrab. Mereka selalu duduk bersama, dan banyak bercerita tentang kisah hidup mereka masing-masing.

15:10

Disore hari yang cerah ini, Bruno mengajak Monalisa untuk duduk bersantai dipinggiran kolam renang sambil merendamkan kaki mereka kedalam kolam.

Bruno meneguk minuman dingin digelas kaca yang ia pegang, lalu melihat kesamping, kearah wajah Monalisa yang memandang gelap lurus kedepan.

"Hei.." Jemari besarnya merapihkan anak-anak rambut Monalisa yang nakal, dan itu membuat wanita tersebut merasa canggung atas perlakuan lembut Bruno.

"Boleh aku tahu satu hal?" Dengan senyum anggunnya Monalisa berangguk, "Maaf jika aku tidak sopan. Aku hanya ingin tahu, bagaimana bisa kau menjadi tunanetra seperti ini? Dari lahir atau..."

Bruno memberhentikan ucapannya.

"Haha, tak apa, katakan saja" Monalisa benar-benar tidak merasa tersinggung, ia bahkan mengubah posisi duduknya dan berhadapan langsung dengan pria yang ada didepannya itu.

Ini yang menarik. Kini Bruno telah tahu, bahwa sebenarnya Monalisa adalah wanita yang ceria, hanya saja ia menjadi ketakutan dalam tekanan Morgan yang telah membelinya dari perdagangan manusia. "Kau tahu?" Dengan sentuhan lembut Bruno mengelusi pipi putih mulus wanita tunanetra tersebut, "Kau wanita yang cantik dan ceria. Sayang sekali keadaanmu seperti ini."

Monalisa tak henti-hentinya tersenyum dan terus membuat Bruno merasa kagum berulang-ulang kali. "Kebutaan ini aku dapatkan pada usis 5 tahun. Waktu itu aku sakit dan demam sangat tinggi, ibuku tak ada uang untuk membawaku kerumah sakit, dan akhirnya aku menjadi seperti ini." Ceritanya membuat Bruno merasakan hatinya begitu tersayat. Disaat ia suka menghambur-hamburkan uang, ternyata diluar sana ada yang sangat membutuhkan raja kejahatan dunia tersebut.

"Masih bisa, masih ada harapan untuk kau bisa melihat kembali." Monalisa melototkan matanya yang tak bisa melihat itu, lalu tertawa dengan mimik wajah yang mendung. "Bagaimana bisa? Uang saja aku tak punya. Andai saja aku memiliki pekerjaan yang layak, aku ingin menabung dan mengoperasikan mataku yang buta ini."

Tak suka melihat wajah cantik itu menjadi murung, secepat mungkin Bruno memegang tangan halus Monalisa dan menggenggamnya erat. "Hei hei heii... Kau lupa? Ada batman mu disini, aku yang akan mengatur semuanya. Ikutlah denganku besok, kita akan bertemu dengan dokter spesialis mata terbaik untuk melihat kondisi matamu, lalu kau akan dioperasi."

Monalisa bisa merasakan niat baik dan tulus yang Bruno berikan. Siapa dirinya ini? Sampai ada pria tampan kaya raya yang ingin membantunya.

"Bukankah itu terlalu merepotkan? Seumur hidup pun belum tentu aku bisa mengembalikan biaya yang kau keluarkan untuk ku."

Diam-diam Bruno tersenyum masam. Uang tak seberapa itu tak bisa Monalisa dapatkan seumur hidup? Oh Tuhan, ia harus banyak-banyak bersyukur, pikirnya.

"Jadilah wanita cantik yang ceria, balas aku dengan senyum anggunmu, jangan sampai ada yang menindasmu lagi, kau pantas bahagia."

Hening sejenak, hanya terdengar air yang jatuh dari pancuran patung ikan jaer diujung sana. :v

"Bruno.." Monalisa mengangkat tangannya dan memegang pipi pria dihadapannya itu. "Kenapa masih ada manusia sebaik dirimu? Kau satu-satunya orang yang berlaku adil dan lembut padaku." Tutur Monalisa dengan suaranya yang halus, Bruno tersenyum saat melihat lekuk bibir Monalisa yang terukir begitu indah.

"Sahabag memang begitu. Kita sahabatkan?" Baru saja Monalisa ingin membuka mulutnya,

"Ekhemm.. Dramatis sekali kalian" Morgan mengeluarkan suaranya membuat Monalisa secepat mungkin melepaskan tangannya dari pipi Bruno.

Dengan stelan rapih yang mahal dan memegang sebotol wine berkelas ditangannya, Morgan berdiri tepat dibelakang pria dan wanita itu, dan mendengar semua obrolan Monalisa bersama Bruno sedari tadi.

Berbeda dengan Monalisa yang sudah tertunduk merasa takut, Bruno menepuk-nepuki tempat disebelahnya dan menyuruh Morgan untuk bergabung dengan mereka.

"Kemarilah, bergabung dengan kami dan menikmati air kolam yang dingin ini."

Hanya sebuah tarikan bibir yang tajam dan pandangan mata biru yang Bruno dapatkan. Itu sudah biasa, begitulah Morgan.

Morgan meneguk kembali wine pada botolnya, lalu berajalan mendekati Bruno dan Monalisa. "Jadi kau buta sejak umur 5 tahun? Kasihan sekali kau." Sinis Morgan benar-benar tidak sopan pada Monalisa.

Monalisa berdiri, Bruno pun ikut berdiri.

"Aku tidak butuh rasa kasihanmu." Balas sinis Monalisa membuat Morgan tersenyum sombong penuh ejek.

"Morgan Morgan, hei.. Jangan kasar pada wanita." Cegah Bruno karena melihat sahabatnya itu ingin berlaku kasar terhadap Monalisa.

"Ssstt... Diam, okay!" Morgan menutup bibir Bruno dengan jari telunjuknya dan itu membuat Bruno merasa geli.

"Jauhkan tangan bau sperma mu."

Tak perduli dengan ucapan Bruno, Morgan kembali fokus pada Monalisa yang sudah memasang wajah menantangnya.

"Entah mengapa, tapi aku sangat jengkel dan muak melihat wajahmu yang kotor itu." Katanya sambil mendorongi kepala Monalisa dengan jari telunjuknya.

Tidak terima dengan perlakuan Morgan, Monalisa ikut mendorong dada lebar Morgan hingga sedikit termundur kebelakang. "Kau jauh lebih kotor dan menjijikan seperti anjing."

"Morgan stop, kalian seperti anak kecil saja" Baru saja Bruno lengah untuk mengambil minumannya...

Byurrr

Morgan dengan tidak segan-segannya mendorong tubuh kecil halus Monalisa kedalam kolam renang yang cukup dalam itu. "Monalisa? Ya ampun.." Saat Bruno akan melompat kedalam untuk menolong Monalisa, seketika ia tersenyum tipis dan menghentikan niatnya.

"Kau yang mendorongnya kan?" Bruno merebut botol wine dari tangan Morgan dan meminumnya didepan pria itu.

"Kau saja yang menolongnya."

Waw, Bruno pergi meninggalkan Morgan yang terdiam tak bersuara ditempatnya berdiri. Mata tajamnya kini melihat kedalam kolam renang tersebut, dimana Monalisa yang ternyata tidak bisa berenang sudah teriak-teriak memanggil nama Bruno. Bahkan.. Oh tidak, Monalisa mulai menangis. Untuk yang kesekian kalinya Morgan membuat wanita buta yang cantik itu menangis karena ulahnya.

Bingung, itulah yang Morgan rasakan. Bagaimana mungkin ia menolong Monalisa? Bahkan ia yang membuat Monalisa masuk kedalam kolam tersebut.

Glup

Morgan menelan ludahnya susah dan melotot cukup panik saat melihat pergerakan Monalisa yang meredup.

Akhirnya, dengan gerakan cepat Morgan melepaskan pakaian atasnya dan langsung melompat kedalam kolam itu.

Dan diujung sana, Bruno yang ternyata sedang bersembunyi, ia pun tersenyum lebar. "Rasakan sensasinya."

"Bruno.." Monalisa memeluki erat leher tegas Morgan saat Morgan sudah mengangkat dan menggendongnya bridal didalam air. Huh, benar-benar sore hari yang membuat jantung Morgan berdetak tak karuan. Monalisa begitu kedinginan dan terus memeluki Morgan yang ia kira adalah Bruno.

Entah ini sopan atau tidak, tetapi Monalisa begitu menikmati wangi badan Morgan dan menempelkan bibirnya pada dada lebar berbentuk itu. Morgan merasakan jantungnya yang begitu pecicilan didalam sana saat mengamati wajah dan bibir cantik Monalisa yang basah.

Saat Morgan ingin mengecupi bibir indah itu, "Morgan keparat. Kurang ajar sekali dia, harusnya dia tahu kalau aku tidak bisa berenang." Morgan melotot dan menghentikan niatnya untuk mengecup bibir menggoda itu.

"Tapi aku jugakan yang menolongmu."

"KAU?" Dengan wajah yang kembali datar Monalisa melepaskan pelukannya dan menjauhkan wajahnya dari dada Morgan yang wangi dan lebar.

"Munafik sekali anda, kau sudah menciumnya sedari tadi." Goda Morgan dengan senyum tampan khas miliknya yang dingin begitu memikat.

"Turunkan aku, siapa suruh kau menolongku? Turunkan turunkan turunkaann.." berontak Monalisa yang tidak diperdulikan Morgan, lalu berjalan ketepian dan mendudukan Monalisa pada tepian kolam tersebut.

"Karena ini sudah sore, mandilah denganku. Kita bercinta dengan romantis didalam sini" Morgan tak serius, ia hanya ingin menggodai Monalisa dan melihat bagaimana reaksi wanita itu.

"Bercinta saja dengan sandalku. Dasar mesum." Monalisa melemparkan sandalnya dan langsung pergi dari sana.

Monalisa tak tahu, kalau Morgan sedang tersenyum sambil menggigiti bibir bawahnya memperhatikan tubuh indah menggoda Monalisa yang tercetak jelas pada pakaian basah yang ia kenakan.

Baru saja ingin berimajinasi kotor, Bruno muncul dan menertawainya.

"Penolakan mentah-mentah, hahaha"

"Diam!"

"Bercinta saja dengan sandalku. Dasar mesum. Hahahah" Bruno mengulangi ucapan Monalisa dengan suara dan gerakan yang dibuat-buat seperti wanita.

Morgan terkekeh dan terus tersenyum begitu manis. Ia naik kepermukaan dan mengelapi dadanya yang penuh bulir-bulir air. "Aku tidak mau menerima penolakan."

1400 kata untuk kalian yg sudah lama menunggu😘😘

Ayo vote

dan

terus aktif di komen yahh, aku tungguin lohh🤗🤗

Next chapter