webnovel

Chapter 7

16:00

"Ma-maafkan saya Mr. Morgan. Saya tidak bermaksud lancang" Lorena si pelayan wanita yang bekerja dimansion megah milik Morgan, tidak sengaja melihat Morgan yang sedang berdiri mengibas-ngibaskan rambut basahnya setelah menikmati air kolam renang yang begitu menyegarkan.

Morgan tak marah atau pun kaget, ia hanya memberikan senyum miring karena melihat wajah pelayannya yang memerah merasa malu sendiri.

"Berikan handuk ku" dengan cepat si pelayan mengambilkan handuk kain sutra milik Morgan yang terdapat diatas meja.

Setelah memberikan handuk itu sambil terus tertunduk tak berani melihat tubuh pria gagah yang berada didepannya, Lorena pun berniat untuk segera pergi.

"Saya permisi Mr. Morgan" baru saja si pelayan ingin berbalik, Morgan kembali memanggilnya.

"Lorena?!" Sungguh, tiap kali Morgan memanggil wanita itu dengan suara khasnya yang berat dan tegas, Lorena merasa seperti namanya telah terpanggil untuk gilirannya segera melompat kedalam sebuah jurang kematian. Ia selalu menelan ludahnya susah takut jika ia telah melakukan kesalahan.

"I-iya, Mr. Morgan!" Lorena kembali memutar tubuhnya sambil terus menundukan kepalanya benar-benar memberikan rasa hormat.

"Monalisa. Sedang apa dia?" Tanya Morgan ingin tahu wanitanya sedang apa saat ini.

"Miss Monalisa sedang berada kamarnya. Dia baru saja bangun dari tidurnya." Jelas sang pelayan dengan nada suara yang pelan dan halus.

Sambil mengelapi rambutnya yang basah, Morgan berjalan menuju meja terdekat dan segera meminum segelas anggur untuk menghangatkan tubuhnya.

"Tolong kau riasi si buta itu secantik mungkin. Kenakan dia pakaian yang sesuai dengan tubuh dan warna kulitnya." Ada sedikit jeda karena Morgan kembali menyesap segelas anggur yang ia pegang.

"Kau tahu bagaimana kesukaanku kan?"

Lorena tersenyum dan mengangguk dua kali sebagai jawaban. "Baik, Mr. Morgan. Saya ijin permisi." Morgan mengibaskan dua jarinya menyuruh pelayan wanita muda itu untuk pergi.

Pukul 7 malam nanti, Morgan akan membawa Monalisa kesuatu jamuan khusus. Jamuan mewah yang hanya mengundang orang-orang terkenal dan terhormat dikota itu, orang-orang yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Dan Morgan, ia adalah tokoh utama didalam jamuan tersebut. Jamuan khusus yang mewah itu tak akan lengkap bila tak ada dirinya.

Setiap bulannya, Morgan selalu membawa wanita-wanita super cantik yang berkelas keacara jamuan tersebut. Dan kali ini, Monalisa yang akan pria itu bawa sebagai pendampingnya.

18:30

Sedikit lagi akan pukul 7, dan Morgan telah siap sedari tadi. Ia mengenakan stelan jas berwarna hitam mengkilap yang dirancang khusus untuknya, juga pernak pernik seharga jutaan dollar sebagai ciri khasnya. Pria itu telah rapih, gagah dan sangat tampan. Tetapi ia kembali harus dibuat menunggu, karena Monalisa yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.

"Lama sekali dia." Dengan sedikit gelisah Morgan menunggu disofa ruang tamu sambil menyesap rokok dijarinya.

Tak lama kemudian, mobil mahal berwarna kuning menyala dengan kap terbuka, masuk melalui gerbang mansion mewah milik Morgan dan parkir dihalaman mansion tersebut.

Dengan tak kalah gagah, Bruno turun dari mobilnya dan masuk kedalam mansion tersebut. Senyum bangga bercampur mengejek Morgan lontarkan untuk sahabatnya itu. Ia bangga karena Bruno adalah cerminan dirinya, dirinya yang begitu cinta dengan kemewahan. Ia mengejek karena lagi-lagi sahabatnya itu akan datang kejamuan tersebut seorang diri tanpa membawa seorang wanitapun.

"Tampan kan?" Bangga Bruno sambil memainkan kedua alisnya membuat Morgan berdecih dan mengulas senyum tipis ciri khasnya. Di dunia ini, mungkin hanya Bruno seorang yang bisa mendapatkan senyuman tulus dari seorang Richards Morgano. Ya, hanya Bruno.

"Hampir pukul 7, mari berangkat." Ajak Bruno sambil melihat arloji mahalnya dipergelangan kiri.

Morgan yang sedari tadi sedang duduk, segera berdiri dan memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Monalisa masih belum keluar." Katanya sambil melihat keatas anak tangga berharap wanita itu segera turun dengan penampilan yang cantik.

"Kau membawa Monalisa?" Bruno tersenyum lebar penuh semangat. Semenjak pertama kali ia melihat wanita buta itu, Bruno berharap bisa berteman baik dengan wanita tersebut.

"Hm. Dia pendampingku bulan ini." Jelas saja Bruno kaget, karena biasanya Morgan hanya akan membawa wanita-wanita super cantik yang berkelas tinggi dikota itu. Tak jarang pula ia membawa beberapa artis terkenal untuk dijadikannya pendamping.

Tap..tap..tap...

Suara high heels membuat dua pria tampan yang gagah itu seketika menengok keatas anak tangga.

Dengan tunturan Lorena, Monalisa berjalan menuruni anak tangga dengan langkah yang begitu pelan.

Betapa mencengangkannya wanita yang tak bisa melihat itu. Malam ini ia adalah wanita tercantik didunia. Batin Morgan yang sedang memperhatikannya tanpa sebuah kedipan.

Morgan dan Bruno benar-benar dibuat terpesona oleh kecantikan Monalisa. Dan nama Monalisa pun semakin melekat indah pada wanita itu dengan penampilannya malam ini.

Lorena yang melihat tuannya begitu tertikam akan kecantikan Monalisa, tak sadar ia tersenyum seorang diri.

"Mr. Morgan sedang memperhatikanmu." Bisik Lorena begitu pelan pada telinga Monalisa. Monalisa yang tak bisa melihat, hanya terdiam tidak perduli dengan pria bajingan itu, pria bangsat, keparat, iblis, setan, lusiver, dan semua yang terlaknat dimuka bumi ini. Ia sangat muak dan membenci pria itu, pria bernama Richards Morgano. Dan saat ini, ia hanya sedang mengikuti apa kemauan Morgan, karena ia tak ingin dibunuh mati olehnya.

Prok prok prok!

"Wow!" Bruno yang memang tak segan-segan untuk memuji, ia bertepuk tangan dan berkata WOW sambil berjalan mendekati Monalisa yang telah berdiri diujung sana. "Ku tinggal, oke?! Selamat bersenang-senang" bisik Lorena kembali pada telinga Monalisa dan segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Sempurna. Kau sangat cantik, Monalisa." Puji Bruno ketika jarak mereka telah semakin dekat. Monalisa menoleh, menghadapkan pandangannya kearah Bruno dan Morgan yang masih berdiri didekat sofa.

"Cantik sekali. Benarkan?" Bruno menengok kebelakang untuk meminta persetujuan Morgan, bahwa Monalisa benar-benar cantik malam ini.

"Morgan?"

"Richards Morgano?"

"Batang tua busuk, apa kau mendengarku?"

Morgan begitu terbius dengan kecantikan juga penampilan Monalisa malam ini, sampai ia terdiam, terpaku ditempatnya berdiri dengan tatapan yang begitu mendalam memperhatikan wanita itu.

"Ya-ya? Ehem!" Morgan membuang pandangannya kelantai dan berdehem merasa malu. Ia tertangkap basah telah terpesona akan kecantikan wanita itu.

"Hei ayolah, itu bukan dirimu." Ejek Bruno saat tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

*

Jika kita mengira pertemuan yang Morgan dan Bruno datangi adalah pesta yang dipenuhi dengan musik Dj seperti didalam bar, maka kita sangatlah salah.

Setelah sampai disebuah hotel ternama nomor 1 dikota itu, Bruno dengan sangat sabarnya memegangi tangan Monalisa dan menuntun wanita itu agar selalu berjalan disampingnya. Berbeda dengan Morgan, ia lebih mempertahankan gengsinya dan berpura-pura tak perduli terhadap wanita itu, wanita yang telah ia beli dan tiduri dengan cara paksa.

Sepanjang jalan masuk kedalam hotel tersebut, semua pasang mata menatapi Morgan dengan tatapan yang begitu memuja dan menyegani, serta menundukan kepala mereka memberikan rasa hormat yang amat dalam pada pria berjulukan iblis itu. Kuasanya memang tersebar dimana-mana, tak ada yang tak bisa ia dapatkan.

Morgan tersenyum miring, inilah kesukaannya. Dihormati dan disegani, serta ditakuti oleh semua orang.

"Ma-maaf!" Monalisa merasa malu karena telah meggandeng lengan besar Bruno dan berjalan disamping pria yang gagah itu. Tapi entahlah, Bruno sangat berbeda dengan Morgan. Didekat Bruno, Monalisa bisa merasakan bahwa pria itu memiliki kepribadian yang hangat dan ceria. Beda halnya dengan Morgan, pria dengan julukan iblis RM tersebut benar-benar memancarkan aura yang dingin dan mencekam.

Walau tak bisa melihat, Monalisa yakin Bruno adalah pria yang memiliki paras tampan. Melihat Monalisa yang merasa malu dan melepaskan gandengan tangannya, Bruno tersenyum lebar dan menarik kembali tangan halus wanita itu untuk digandenganya.

"Tak apa, pegang saja aku. Pria iblismu bahkan tidak perduli padamu" canda Bruno membuat Monalisa berdecih sinis dalam hatinya. Bruno benar, Morgan memang iblis. Ia yang membawa wanita itu masuk kedalam hidupnya, ia yang mengurung Monalisa dimansion megah dan mewah bak istana miliknya, ia yang merenggut kesucian Monalisa, tapi sekarang? Ia justru tak perduli padanya.

Monalisa memang tak bisa melihat, tapi ia mempunyai perasaan yang begitu peka. Saat ini, ia bisa merasakan betapa kuatnya aura-aura setiap manusia yang berada didalam ruangan besar yang mewah tersebut.

Suara-suara gelas kaca yang bersentuhan, melodi indah biola yang begitu merdu, juga aroma-aroma khas anggur mahal yang menusuk sampai kehidung Monalisa, membuat wanita itu bisa membayangkan betapa mewahnya ruangan tersebut, dan betapa kayanya setiap orang yang berada didalam sini.

"Kau mau segelas anggur?" Tawar Bruno dengan halus, "Tidak us-"

"Biarku tuangkan!" Bruno memotong ucapan Monalisa, dan menuang dua gelas kaca dengan wine terbaik dan termahal yang memang dipesan khusus untuk setiap orang yang datang kejamuan dengan julukan Jamuan Dewa Dewi tersebut.

"Minum mu, miss Monalisa" Monalisa meraba gelas kaca yang Bruno berikan dan tersenyum cantik disana.

"Mari duduk, malam ini kau ratu diantara para kunang-kunang." Monalisa kembali tersenyum begitu cantik dan tulus mendengar ucapan manis Bruno sambil menarik sebuah kursi untuknya duduk.

Bruno tahu, ia sangat sadar bahwa saat ini ia dan Monalisa sedang ditatapi oleh orang-orang berkelas atas seperti dirinya yang berada didalam ruangan itu.

Bahkan, bukan hanya mereka yang menatapi dengan tatapan aneh penuh ejek saat tahu bahwa wanita yang bersamanya itu buta. Morgan sendiripun sedang memperhatikan interaksi manis mereka dengan begitu tajam, dan mengabaikan wanita cantik yang bergelanyut centil serta manja dilengannya.

"Kau tahu?" Bruno menarik kursinya agar lebih dekat lagi dengan posisi Monalisa.

"Kau begitu mempesona. Paras ratu Cleopatra mengalir didalam mu" Bruno merangkul bahu Monalisa, dan mengelus pipi halus wanita itu dengan punggung tangannya. Tak lama kemudian, tatapan mata Morgan memicing tajam saat melihat Bruno yang mendekati wajahnya pada pipi wanitanya.

"Tetap seperti ini..ada yang akan membeludak diujung sana" bisik Bruno begitu pelan pada telinga Monalisa, lalu...

Cup!

Dikecupnya sekali pipi Monalisa dengan sangat lembut hingga membuat wanita itu tercengang dan mencubiti paha Bruno.

"Kenapa menciumku?" Tanya Monalisa dengan suara yang berbisik-bisik pula.

Bruno menahan setengah mati tawanya saat Monalisa yang tersenyum dan mencubiti pahanya.

"Sssttt... Diamlah! Malam ini kau kekasihku." Bisik Bruno kembali membuat Monalisa semakin heran dan tak mengerti.

Sedangkan Morgan? Ia hanya bisa melihat kemesraan yang sangat manis antara pria dan wanita itu. Sungguh, ia tak menyukai ini. Monalisa adalah miliknya, wanitanya. Batin Morgan memberontak.

"Lepas!" Morgan menghempaskan tangan wanita yang bergelanyut dilengan kekarnya, ia berjalan menuju meja dimana Bruno dan Monalisa duduk.

Saat langkahnya hanya tinggal beberapa kali...

Dor🔫

Sebuah peluru melayang dan memecahkan gelas minuman yang sedang Morgan pegang. Rusaklah suasana indah yang menenangkan, kini hanya ada keributan dan orang-orang yang berlarian untuk menyelamatkan diri mereka.

"MORGAN!!!" Teriak Bruno saat melihat sinar bidikan merah yang tergambar pada kepala Morgan. Morgan yang memang telah sadar, dengan gerakan kilat ia tiarap dilantai.

"Bruno?!" Panggil Morgan sambil memberikan kode dua jari pada sahabatnya itu.

Bruno mengangguk dan segera memegang tangan Monalisa.

"Ikut aku. Disini tidak aman!" Karena langkah Monalisa yang lambat, sampai Bruno harus membuang high heels yang wanita itu kenakan dan menggendong si wanita ala bridal masuk kedalam lift.

"Kenapa menggendongku? Tu-turunkan!"

"Diam! Morgan yang menyuruhku untuk melindungimu" jelas Bruno sambil menunggu pintu lift terbuka.

Ketika sampai dilantai dasar, Bruno membawa Monalisa keluar dari dalam hotel tersebut dan masuk kedalam mobilnya. "Tenanglah disini, aku akan keatas untuk melihat keadaan Morgan. Dia seorang diri diatas sana, nyawanya terancam!" Setelah itu, Bruno menutup pintu mobilnya dan kembali berlari masuk kedalam hotel mewah berbintang 5 tersebut.

"Dia seorang diri diatas sana, nyawanya terancam!" Monalisa memegangi dadanya merasakan denyut jantungnya yang bekerja dua kali lebih cepat setelah mendengar bahwa nyawa prianyaa--- ah tidak, bukan. Nyawa Morgan sedang dalam bahaya.

"Morgan.." Sebut Monalisa begitu pelan sampai hanya membuat gerakan pada bibirnya sambil terus memegangi dadanya yang seperti ingin meledak saat ini juga.

***

Tbc

Part berikutnya masih dengan suasana yg sama🔫

Jgn lupa vote, komen, juga follow!

Follow dulu baru baca😉😘💙

YG BACA DAN BELUM VOTE DARI AWAL, SILAHKAN KEMBALI KE PART 1 DAN FOLLOW DARI SANA.

HARGAI AUTHOR🌹

KEMANA NURANI KALIAN WAHAI SESAMA INSAN MANUSIA?😌

Gini² nih yg bkin aku jadi gk semangat nulis buat up😌🙃

Next chapter