5 Rasanya Benar-Benar Hampa dan Kosong

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Sebagai orang tua, harapan terbesar adalah melihat anaknya bisa meraih kesuksesan, serta melihat anak dan cucu hidup dengan bahagia. Sama seperti orang tua lainnya, Bai Qilin juga memiliki harapan yang sama. Dia merasa anak laki-laki mereka telah meraih kesuksesan, namun sepertinya bagian yang sulit adalah dalam hal memiliki cucu. Menurut rumor yang beredar di luar, mereka memperkirakan pasangan suami istri Bai tidak akan memiliki cucu seumur hidup mereka.

"Paman… Bibi, kalian jangan dengarkan omong kosong orang di internet. Aku percaya Kak Yan bukan orang yang seperti itu," ujar Ji Xiaonian membela Bai Yan. Ditambah lagi karena kejadian malam itu, dia merasa kalau pria tersebut bukanlah penyuka sesama jenis. Pastinya bukan, kalau tidak, bagaimana mungkin dia bereaksi ketika dipeluk olehku, pikirnya. 

"Xiaonian, kamu masih kecil, jadi mungkin tidak begitu paham. Bagaimanapun juga, aku dan pamanmu ini khawatir jika ada masalah dengannya. Selama beberapa generasi, keluarga kami cuma memiliki satu anak laki-laki. Kalau misalkan garis keluarga itu putus di generasi Bai Yan, saat kita meninggal nanti, bagaimana cara menjelaskannya ke nenek moyang kita?"

Tiba-tiba, Bai Yun mengulurkan tangannya dan memegang erat-erat tangan kecil milik Ji Xiaonian, sementara kedua matanya menatap gadis itu sambil membelalak. Kemudian, dia bertanya dengan serius, "Ji Xiaonian, bibi ingin bertanya, apakah kamu menyukai Xiao Bai kami? Apakah kamu bersedia jadi istrinya?

"..." Ditanya tiba-tiba oleh Bai Yun, Ji Xiaonian lalu menundukkan kepalanya karena malu, pipinya pun bersemu merah. Bagaimana mungkin aku tidak suka? Pikirnya.

Sejak duduk di bangku SMP, setiap kali melihat Bai Yan, Ji Xiaonian bisa merasakan jantungnya selalu berdegup kencang dan wajahnya bersemu merah. Bisa disimpulkan bahwa sejak saat itu dia benar-benar jatuh cinta padanya. Jadi, orang pertama yang diam-diam disukainya adalah Bai Yan.

Setelah beberapa lama, Ji Xiaonian akhirnya mendongakkan kepalanya. Pandangan matanya pun beradu dengan Bai Yun, dia lalu mengangguk dengan malu-malu, "Ngg... Iya, aku menyukainya." Dan sangat-sangat menyukainya! Sangat suka sampai-sampai setiap harinya aku sangat ingin melihatnya, dan melakukan segala hal bersamanya, sambungnya dalam hati.

"Baguslah. Karena kamu menyukainya, kalau begitu mulai hari ini kami akan memercayakanmu sebagai menantu. Bagaimana kalau sekarang kita panggil Xiao Bai turun, untuk mengatur hubungan kalian?" Saat melihat Ji Xiaonian menganggukkan kepalanya, Bai Yun merasa sangat bahagia. Saking bahagianya, dia telah menerawang ke masa depan, dan berpikir kalau tidak lama lagi mereka akan menggendong seorang cucu yang putih dan gemuk. Dia benar-benar tidak sabar saat memikirkan hal ini.

"Hah!" Ji Xiaonian tiba-tiba mematung mendengar perkataan Bai Yun. Dia pun berkata dengan khawatir, "Tidak, Bibi. Kalau Kak Yan tidak menyukaiku, bukannya nanti bakal canggung?" Sejujurnya, meskipun tidak suka, ya tidak apa-apa karena perasaan itu bisa tumbuh dengan perlahan.

Selama Bibi dan Paman Bai percaya padanya, nantinya Ji Xiaonian bisa setiap hari berkunjung ke rumah keluarga mereka. Dengan begitu, dia berpikir bisa melihat Bai Yan setiap hari seperti yang diinginkannya, bukankah itu hal yang sangat bagus?

"Aku dan bibimu sudah memutuskan hal ini. Entah dia setuju atau tidak, dia tetap harus menurutinya. Jangan khawatir, Xiaonian." Bai Qilin menatap Ji Xiaonian, lalu tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia pun berkata, "Xiaonian, karena kami sudah memercayakanmu sebagai seorang menantu, bukannya sebaiknya mulai sekarang kamu merubah panggilanmu kepada kami? Bagaimana kalau kamu memanggil kamu sebagai orang tuamu?"

Sejak Ji Xiaonian masih kecil, pasangan Bai sudah memerhatikannya tumbuh besar. Tidak hanya pandai berkata manis, namun dia juga anak yang penurut, ditambah lagi mereka benar-benar sudah memahaminya. Selain itu, keluarga Ji dan keluarga Bai memiliki status sosial yang sepadan. Menjadikan gadis itu sebagai menantu keluarga mereka, benar-benar sebuah pilihan yang terbaik.

Mendengar ucapan Bai Qilin, Ji Xiaonian tidak berkata apa-apa, namun hatinya sangat berbunga-bunga saat ini. Dia lalu bergegas ke depan dan menuangkan teh, kemudian menyerahkannya dengan kedua tangannya pada pasangan Bai itu, "Ayah, Ibu, silahkan diminum tehnya." 

Namun, saat Ji Xiaonian memanggil mereka seperti orang tuanya sendiri, tiba-tiba perasaannya terasa sedikit sakit dan tidak nyaman. Sejak ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan ketika dirinya berusia 10 tahun, dia dan kakaknya terus bergantung satu sama lain hingga sekarang. Meskipun pasangan Bai tidak pernah kurang dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, tetapi tetap saja saat itu terasa asing dan terdapat jarak di antara mereka.

Tapi sekarang semuanya berbeda, jika dia benar-benar menjadi istri seorang Bai Yan, nantinya kedua orang itu akan menjadi ayah dan ibunya. Nantinya di masa depan, dia bisa hidup dengan sebuah keluarga yang lengkap dan bahagia. 

"Ahaha…" Bai Qilin menerima cangkir teh itu. Dia tidak bisa menahan rasa bahagianya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bagus sekali, ini benar-benar hal yang bagus! Akhirnya keluarga kita mempunyai anak perempuan sesungguhnya, hahaha."

Bai Yun juga tersenyum senang, dia lalu menarik Ji Xiaonan untuk duduk di sebelahnya dan berkata dengan suara yang hangat, "Bagus lah! Xiaonian, malam ini menginap lah di sini. Setelah ini, ibu akan menyiapkan sebuah kamar untukmu."

"Betul, kamu harus menginap di sini, hahaha." Seakan telah menemukan semacam harta karun, Bai Qilin terus tertawa hingga terdengar ke telinga dua orang yang baru turun dari lantai atas. Keduanya pun menjadi sedikit kebingungan.

"Ada hal bahagia apa sampai seperti itu?" tanya Ji Chen yang datang menghampiri ketiga orang yang sedang berbincang-bincang itu, lalu duduk di atas sofa dengan gerakan yang elegan.

Bai Yan juga ikut berjalan menghampiri mereka, lalu tanpa sengaja pandangannya menangkap sosok Ji Xiaonian, pandangan keduanya pun bertemu. Gadis itu sempat berpikir kalau pria yang menatapnya ingin berbicara dengannya, namun dia malah memalingkan pandangannya dan duduk di tempat yang tidak bisa terlihat olehnya. Hatinya tiba-tiba terasa sakit dan sangat tidak nyaman.

"Bagaimana bisa kita tidak bahagia? Keluarga kita akan bertambah satu orang kesayangan," kata Bai Yun yang terus-menerus menggenggam tangan Ji Xiaonian. Dia lalu mendongak dan menatap Bai Yan, lalu berkata dengan serius, "Xiao Bai, mulai sekarang, Ji Xiaonian adalah tunanganmu. Jagalah dia dengan baik-baik dan perhatikan lah dia, paham?"

"Apa?!!"

Sesaat setelah perkataan Bai Yun, Bai Yan dan Ji Chen langsung syok. Kedua orang itu menatapnya dengan bersamaan dan beralih menatap Ji Xiaonian yang berada di sebelahnya.

"Ada apa ini?" Ji Chen berinisiatif mengeluarkan suaranya untuk bertanya. Dia tidak tahan untuk tidak mengernyitkan alisnya yang indah itu. Sebenarnya, meskipun tanpa bertanya, dia bisa menebak apa yang terjadi sehingga membuatnya tidak bisa menahan sudut mulutnya yang melengkung membentuk senyuman.

"Xiaonian menyukai Xiao Bai, dan Xiao Bai juga tidak memiliki kekasih. Ditambah lagi, aku dan bibimu menyukai Xiaonian, jadi kami memutuskan agar mereka berdua bisa bersama-sama. Ji Chen, kamu juga sudah benar-benar memahami Xiao Bai. Kalau Xiaonian dinikahkan dengannya, bukankah itu akan sangat membuatmu lega?"

Ji Chen bersandar malas pada sofa, kemudian menatap ke arah Bai Yan yang memasang wajah dingin seperti gunung berapi yang ingin meletus. Dia benar-benar tidak bisa menahan suara tawanya, lalu berkata, "Tentu saja aku enggak akan protes, Paman. Baguslah, akhirnya si anak manja hengkang dari keluarga kami dan aku bisa menghela napas lega."

Kemudian, Ji Chen menepuk-nepuk pundak Bai Yan untuk menggodanya seolah berbahagia di atas penderitaan temannya itu. "Saudaraku, kuberikan anak manja itu padamu. Gantikan aku untuk menjaganya dengan dengan baik. Dan biar kuberitahu di awal, jangan pernah kamu kembalikan dengan alasan seperti apa pun."

Kenyataannya, Ji Chen tidak begitu berbahagia dengan rencana tersebut. Sejak dulu, di rumah mereka hanya ada dirinya dan Ji Xiaonian saja, cuma mereka berdua. Kalau adiknya benar-benar ingin menikah dengan seseorang, bagaimana mungkin dia bisa bersedia begitu saja. Untungnya, adiknya itu bukan menikah dengan orang luar, melainkan dengan seorang pria yang sudah akrab dengannya sehingga dia bisa merasa lega.

Bai Yan menyapukan pandangannya yang dingin dan melempar tatapan tajam ke arah Ji Chen, lalu tatapannya berpindah pada kedua orang tuanya sendiri. Dia mengeluarkan suara dinginnya, "Siapa bilang aku mau menikah dengannya? Ini urusanku sendiri. Kalian tidak menunggu persetujuanku waktu membicarakan hal ini dan dengan seenaknya menentukan pertunangan."

Kemudian, Bai Yan menatap lagi ke arah gadis yang ada di antara orang tuanya, dan masih tidak menampakkan belas kasihan sama sekali, dia pun bicara dengan tajam, "Kamu itu umur berapa? terburu-buru sekali ingin menikah, memangnya kamu tidak tahan merasa hampa dan kesepian, ya?"

avataravatar
Next chapter