3 Oppa, Akhirnya Kamu Kembali

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Melihat isi dari video itu, Ji Xiaonian hanya menelan ludahnya dan terperangah. Bai Yan juga melirik video tersebut dan menyadari bahwa itu adalah sebuah CD berisi video yang vulgar. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk mengernyitkan alisnya, kemudian emosinya pun mendidih. Dia lalu memalingkan wajahnya ke arah gadis di sebelahnya dan berkata dengan suara yang dingin, "Kamu suka yang begini?"

Ketika memikirkan kembali kelakuan spontan Ji Xiaonian pada malam itu, bisa jadi dia mempelajarinya dari isi video. Hal itu membuat Bai Yan langsung merasa tidak nyaman. Gadis ini, apakah dia masih seorang gadis polos yang tidak tahu apa-apa? Kalau sudah jadi anak kuliahan, apakah bakal sedewasa ini? Batinnya. Memikirkan kalau dunia kampus bisa merubah besar-besaran gadis kecilnya, isi perutnya tiba-tiba langsung terasa tidak nyaman.

Sementara itu, Ji Xiaonian langsung bereaksi ketika mendengar suara-suara aneh dan dengan cepat-cepat menutup video itu. Seluruh wajahnya menjadi merah, jantungnya berdebar-debar dengan liar dan dia menjadi sangat gugup. Dia lalu menghadap Bai Yan dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha menjelaskan, "A… Aduh… Kak Yan… A… Aku benar-benar enggak tahu kalau ternyata isi CD itu seperti ini, teman sekelasku bilang kalau isinya bagus untuk ditonton, tapi dia enggak bilang padaku apa isinya, jadi aku…"

Siapa yang menyangka, kalau ternyata isinya adalah video seperti ini? Astaga… Astaga… Bagaimana mungkin isinya seperti ini? Kali ini, Kak Yan bisa salah paham padaku, pikirnya.

"Ji Xiaonian, kejadian yang malam itu, aku pikir kamu tidak tahu apa-apa. Tapi, kejadian yang kali ini membuatku kecewa. Turunlah dari mobil." Bai Yan mengucapkannya tanpa ekspresi dan tidak menatap Ji Xiaonian sama sekali. Dia meminggirkan mobilnya dan berhenti, lalu berkata dengan nada marah dan dingin, "Keluarlah dari mobil!!"

Bai Yan benar-benar tidak mengerti. Dia berpikir, kalau kenyataannya kegiatan gadis semuda ini bukan giat belajar, lantas kira-kira apa yang dipikirkannya setiap hari? Berani-beraninya menyetel video seperti itu di hadapannya. Dia yang merasa berperan sebagai seorang kakak dan juga seorang pendidik, merasa perlu memberikan pelajaran. Kalau tidak, kelakuannya di masa depan akan bertambah parah dan mencontoh yang tidak-tidak.

"Kak Yan…"

Ji Xiaonian masih ingin menjelaskan, namun Bai Yan memotong perkataannya, "Aku menyuruhmu untuk turun."

Mendengar suara Bai Yan yang bercampur dengan geraman, Ji Xiaonian sangat terkejut. Dia lalu mendorong pintu mobil dengan tergesa hingga terbuka dan berjalan keluar. Sekeluarnya dia dari mobil, pria itu langsung meninggalkannya. Mobil mewah tersebut menghilang tanpa bekas dan tanpa belas kasihan dari hadapannya.

Ji Xiaonian berdiri di sana, menatap kosong ke arah mobil yang semakin menjauh. Bibir kecilnya cemberut dan raut wajahnya terlihat sangat sedih. Dia benar-benar tidak tahu isi dari CD tersebut, kalaupun tahu isinya, sampai mati pun dia akan menyetelnya di hadapan Bai Yan. Tapi, mungkin saja dia bakal menyetelnya dengan diam-diam.

Lupakanlah, Ji Xiaonian. Ini bukan hal yang besar! Mungkin saja rasa marah Kak Yan cuma bertahan sebentar saja. Setelah dua hari berlalu, nantinya masalah ini juga akan terlupakan dan hubungan kalian akan membaik lagi! Batinnya menyemangati diri sendiri.

Kemudian, Ji Xiaonian memilih untuk memberhentikan taksi di pinggir jalan. Dia pulang menuju rumahnya dan langsung masuk ke dalam kamarnya begitu sampai. Sambil berbaring-baring di kasurnya, dia terus-terusan memainkan ponsel miliknya. Dia ingin menelpon Bai Yan dan menjelaskan semuanya, namun saat teringat lagi keadaan pria itu yang sangat marah, dia langsung merasa lemas.

Dalam ingatan Ji Xiaonian, Bai Yan tidak pernah semarah itu padanya. Keluarga Ji dan keluarga Bai sudah berteman sejak lama dan sejauh yang bisa diingat olehnya, dia tumbuh besar dengan bersandar pada pria tersebut.

Dulu, tidak peduli apapun yang dilakukannya, Bai Yan tidak pernah memprotesnya dan tidak pernah marah. Tapi hari ini… Ji Xiaonian lalu menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Bukannya tadi aku hanya menyetel video seperti itu di hadapannya? Tapi kenapa harus marah sebesar itu? Dasar pemarah! Pikirnya.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka, Ji Xiaonian pun mengangkat kepalanya dan melempar pandangan, lalu mendapati pelayan rumahnya sedang berdiri di ambang pintu. Dengan suara yang hangat, pelayan itu berkata, "Nona, Tuan Muda sudah kembali."

Mendengarnya, mata Ji Xiaonian langsung berbinar-binar. Dia bergegas bangkit, bahkan tanpa menyisir rambutnya terlebih dulu dan merapikan penampilannya yang berantakan, dia langsung menyerbu keluar pintu.

Ji Chen baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya. Dia bahkan belum sempat melepas jaketnya, namun tiba-tiba muncul sekelebatan manusia kecil yang bertingkah seperti orang gila. Dari lantai atas, orang itu meluncur ke lantai bawah seperti roket, berlari ke arahnya dan membenamkan kepala di dadanya.

"Oppa, akhirnya kamu pulang juga, huhu… Kalau kamu enggak pulang-pulang, aku bisa jadi gila."

Ji Chen mengernyitkan dahi dan mendorong Ji Xiaonian dari hadapannya, lalu berkata, "Kalau mau bicara, ya bicara saja, jangan selalu menempel padaku seperti ini." Dia melepas jaketnya dan melemparkannya pada pelayan di sebelahnya, kemudian berjalan dengan langkah panjang ke depan sofa dan mendudukinya. Dia lalu menuang teh ke dalam sebuah cangkir, meminumnya untuk membasahi tenggorokan, kemudian berkata, "Bukannya kamu sudah gila dari dulu? Sepanjang hari selalu kelihatan gila."

Ji Xiaonian lalu ikut duduk, memeluk lengan Ji Chen sambil mengedip-ngedipkan mata besarnya dan melempar tatapan memelas. "Kak Yan marah padaku, dia mengabaikanku. Awalnya, tadi dia mengantarku pulang ke rumah, tapi ujung-ujungnya malah meninggalkanku di tengah jalan. Kamu baru saja pulang, pasti setelah ini harus pergi ke rumah mereka untuk mengunjungi paman dan bibi, kan? Aku mau menemanimu ke sana dan tolong aku untuk berhadapan dan berbicara dengan Bai Yan."

Kakak Ji Xiaonian adalah orang yang memiliki hubungan yang paling baik dengan Bai Yan. Tentu saja, orang-orang di luar sana percaya pada rumor bahwa pria itu menyukai kakaknya. Tapi setelah kejadian di malam itu, dia sangat yakin kalau pria itu normal. Dan dia juga yakin, kakaknya tidak akan mencuri pria itu darinya.

"...…" Ji Chen terdiam beberapa saat. Dia menatap gadis di sebelahnya itu dan menoyor kepalanya dengan sadis.

"Ji Xiaonian, kamu itu umur berapa? Sepanjang hari yang ada di kepalamu itu cuma seorang pria, aku benar-benar tidak paham kenapa Tuhan memberiku adik sepertimu."

"Huh, aku 19 tahun dan sudah dewasa, oke? Menyukai seorang pria itu normal di usiaku yang sekarang. Aku tidak peduli! Kamu harus pergi ke rumah Bai Yan, membicarakan soal kejadian di mobil hari ini. Aku benar-benar enggak sengaja."

Ji Chen tidak tahu harus berkata apa, dia lalu meneguk tehnya lagi dan menyandarkan diri di sofa. Kakinya disilangkan dan terlihat santai sambil membelai-belai rambut Ji Xiaonian dengan tangannya, dia lalu bertanya, "Tadi kamu barusan bilang, kalau dia meninggalkanmu di tengah jalan. Memangnya kamu berbuat apa padanya?"

"Aku tidak melakukan apa-apa padanya, jadi tolong bilang padanya kalau aku tidak sengaja."

"Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, bagaimana bisa dia menurunkan mu dari mobil? Ji Xiaonian, aku dan Bai Yan itu teman sehidup semati. Waktu aku sedang dalam perjalanan bisnis, aku membiarkannya membantu mengurusmu. Dia tidak mungkin mengabaikanmu tanpa alasan, jadi sebaiknya kamu beritahu aku yang sebenarnya, kalau tidak… Ya sudah."

Setelah mengatakan itu, Ji Chen lalu berdiri dan berjalan menjauh, "Di dalam koper ada oleh-oleh yang kubawa untukmu, ambil lah sendiri." Kemudian, dia naik ke lantai atas dan menghilang dari pandangan Ji Xiaonian.

Ji Xiaonian melempar tatapan pada kakaknya yang baru saja pergi dan menggertakkan giginya dengan kesal. Kakak keparat macam apa itu? Orang itu benar-benar musuh alaminya! Katanya dalam hati.

***

Ji Chen masuk ke ruangannya dan pergi mandi. Setelah berganti baju, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon Bai Yan. Panggilan itu diangkat dengan cepat, lalu terdengar suara berat yang bersahabat, "Kamu sudah kembali?"

"Mmhm, sudah. Kamu di rumah? Sebentar lagi aku ke sana untuk menemuimu."

"Aku di rumah kok. Kemarilah!"

Setelah memutus panggilan tersebut, Ji Chen lalu bergegas untuk pergi. Saat dia melewati ruang tamu, dia melihat adiknya duduk di sofa sambil termenung. Dia lalu berhenti dan berkata dengan santai, "Bukannya aku membawakanmu oleh-oleh? Apa kamu tidak suka?"

Ji Xiaonian sama sekali tidak menatap Ji Chen. Dia masih terlihat kesal, sambil memeluk kedua lututnya dengan kepala menunduk, dia berkata sambil terisak, "Kalian semua menindasku. Menindasku karena ibu dan ayah meninggal dini, tidak ada yang terluka." Semakin mencoba bicara, dia rasanya semakin ingin menangis.

Ji Chen menontonnya dan tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Dia lalu bergegas menghampiri Ji Xiaonian dan duduk sebelahnya, kemudian berkata padanya, "Siapa yang menindasmu? Aku tidak tahu harus melakukan apa padamu. Bukannya tadi kamu mau ketemu Bai Yan? Cepat sisir rambut sana, setelah ini aku mau pergi ke rumahnya."

avataravatar
Next chapter