15 Membalas Budi dengan Mengabdikan Diri

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Tapi bagaimana kalau kenyataannya dia memang menyukai Fang Miaoling yang seperti itu?" Ji Xiaonian pun menyanggah perkataan Lu Yifei.

Ji Xiaonian berpikir kalau memang kenyataannya Bai Yan menyukai Fang Miaoling, memangnya orang lain bisa apa? Dan dia, meskipun dirinya dan Bai Yan memiliki hubungan yang dekat, tapi tetap saja percuma.

Entah kenapa, Ji Xiaonian merasakan sakit di sebuah tempat di dadanya, seolah-olah telah dilubangi dan dikosongkan oleh sesuatu. Rasanya begitu tidak nyaman dan menyakitkan.

Lu Yifei berdiri di sebelahnya, menonton Ji Xiaonian yang terlihat tidak sabar dan gelisah. Dia pun tidak bisa menahan dirinya untuk mengernyit alisnya. "Bukankah sejak dari kecil hingga tumbuh besar, kamu selalu berada di sisi Bai Yan? Masa kamu tidak mengerti dia itu orang yang seperti apa? Untuk apa sekarang dia memedulikan orang yang tidak ada hubungannya dengannya itu?"

Bagaimanapun juga, Lu Yifei merasa kalau Bai Yan tidak mungkin bisa suka dengan gadis biasa seperti itu. Pasti ada alasan mengapa dia menjemput dan mengajaknya main keluar.

"Meskipun aku tumbuh besar di sisinya, tapi kalian tidak akan pernah tahu sifat orang itu dengan jelas. Siapa yang bisa menebak atau menembus isi hati dan pikirannya, kalau ternyata dia tidak berjalan di jalan yang biasanya?"

Ji Xiaonian sama sekali tidak memiliki rasa percaya diri, dia merasa kalau Bai Yan memang menyukai Fang Miaoling. mungkin saja pria itu bisa melihat teman sekamarnya tersebut berada di atas segalanya. Bagaimanapun juga, selain terlahir dengan sedikit lebih beruntung dari Fang Miaoling, dia tidak memiliki kelebihan apa pun jika dibandingkan dengan gadis itu.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Ji Xiaonian mendapati Ji Chen berjalan menghampirinya dari dari kejauhan. Dia benar-benar tidak sabar, lalu bergegas lari ke arahnya dan menarik kakaknya itu, kemudian bertanya, "Kak, apa kamu sudah menanyakannya? Jadi, sebenarnya apa hubungan mereka berdua?"

Ji Chen merentangkan kedua tangannya sambil menaikkan bahunya, kemudian tampak tenggelam dalam pikirannya dan berkata, "Dia tidak bilang apa-apa, tapi sepertinya aku bisa menebak hubungan apa yang ada di antara mereka."

Mendengarnya, Ji Xiaonian membelalakkan sepasang mata besarnya. Matanya tampak berkilat-kilat dan menanti-nanti dengan penuh harapan. "Cepat katakan, cepat katakan! Jadi hubungan apa yang ada di antara mereka?"

Melihat adiknya yang ingin sekali tahu soal hubungan kedua orang itu, Ji Chen lantas menariknya untuk duduk di sebelah danau. Dia bertanya dengan santai sambil memancing ikan, "Xiaonian, apa kamu masih ingat kalau dulu Bai Yan pernah mengidap penyakit yang sangat serius?"

Ji Xiaonian lantas mengangguk kebingungan, "Hmm." 

Ji Xiaonian masih ingat ketika Bai Yan sedang dirawat di rumah sakit, setiap harinya dia terus menempel pada Ji Chen agar membawanya pergi untuk menjenguk pria itu. Tapi, apa hubungannya dengan pria itu yang jatuh sakit? Batinnya.

Setelah diam untuk beberapa saat, Ji Chen lalu melanjutkan ucapannya, "Pada waktu itu, Yan mengalami gagal ginjal dan membutuhkan ginjal pengganti, tapi selalu tidak bisa menemukan pendonor yang cocok. Dan pada detik di mana semua orang menyerah dengan pengobatan itu, rumah sakit lalu mendapatkan berita yang mengatakan kalau mereka telah menemukan pendonor yang cocok."

"Orang itu mengalami kecelakaan dan nyawanya dalam keadaan kritis. Orang itu lantas bersedia memberikan ginjalnya. Tapi bibi dan paman harus menyetujui satu permintaannya, yakni menjaga anak perempuannya yang berada jauh di desa."

"Saat itu, bibi, paman dan pria pendonor berusia pertengahan itu menandatangani dokumen perjanjian untuk kesanggupan mereka merawat anak perempuannya. Dan setelah Bai Yan pulih, Keluarga Bai lalu mengutus orang untuk pergi ke desa dan mencari anak perempuan dari pendonor itu. Tapi mereka terlambat pergi karena di sana telah terjadi sebuah gempa dan anak perempuan pria berusia pertengahan itu pun tidak bisa ditemukan."

"Semua orang pun berpikir kalau anak perempuan itu mungkin sudah meninggal, tapi bahkan setelah lebih dari sepuluh tahun kemudian, Yan masih belum menyerah untuk mencarinya. Dan aku pikir, pria itu akhirnya menemukan anak perempuan orang yang membantunya. Dan seharusnya itu adalah teman sekamarmu, Fang Miaoling."

Setelah Ji Chen selesai bicara, sepasang matanya itu lalu melempar tatapan yang dalam dan menenangkan pada gadis di sebelahnya. Dia juga memiliki semacam firasat yang buruk dan merasa meskipun telah mencarikan seorang pacar pengganti untuk Ji Xiaonian agar membuat Bai Yan marah, dia mengira-ngira kalau sepertinya itu akan sia-sia belaka.

Ji Chen bahkan mengetahui kalau selama bertahun-tahun ini, alasan Bai Yan yang sama sekali tidak mencari pacar atau tidak menjalin hubungan cinta adalah karena seluruh pikirannya itu dihabiskan untuk urusan pencarian Fang Miaoling. Akhirnya sekarang pria itu berhasil menemukannya dan gadis itu telah dewasa. Kebetulan gadis itu juga satu universitas dengan Ji Xiaonian, bahkan dalam satu asrama yang sama.

Jadi setelah ini, apakah Bai Yan akan mengabdikan hidupnya untuk membalas budi ayah Fang Miaoling yang menyelamatkan hidupnya? Pikir Ji Chen. Dia merasa kalau hal itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Hanya saja, kalau ternyata Bai Yan melakukannya, maka entah apa yang akan terjadi pada Ji Xiaonian.

Selama setelah bertahun-tahun berlalu, sebagai kakak tertua, Ji Chen benar-benar memahami pemikiran adik perempuannya. Dia benar-benar benci dan tidak rela kalau harus membiarkannya merasa sedih dan terluka, meskipun hanya sedikit.

"Seperti itulah kira-kira awal mulanya."

Mendengar perkataan kakaknya, Ji Xiaonian duduk termenung dengan pupil mata yang terlihat kosong dan suram. Tiba-tiba saja, dia menoleh ke arah Ji Chen, wajah yang kecil itu berkerut-kerut dan terlihat menyedihkan. 

"Tapi, meskipun begitu, dia tetap tidak boleh mengabdikan dirinya! Aku jelas-jelas merasa kalau dia menyukaiku, kalau tidak kenapa kemarin malam dia mengantarku pulang, bahkan membiarkanku tidur di ranjangnya. Tidak… Aku harus pergi untuk menanyakan kejelasannya."

Setelah mengatakan itu, Ji Xiaonian bangkit berdiri dengan tiba-tiba, kemudian mulai berlari ke tempat di mana Bai Yan berada. Ji Chen ingin menghentikannya, namun dia ragu-ragu, lalu akhirnya tidak jadi melakukannya. Sejujurnya, dia juga takut kalau Bai Yan mengabdikan dirinya untuk membalas budi, karena adiknya itu pasti akan menjadi sangat-sangat sedih.

Akan tetapi Ji Chen juga sangat memahami dengan jelas sifat Bai Yan. Apa pun yang terpikirkan di dalam hatinya, tidak pernah ditampakkan di wajahnya. Dan meskipun mereka berteman sangat dekat, dia sama sekali tidak tahu kejelasan apakah sahabat karibnya itu menyukai adiknya atau tidak. 

Ji Chen lalu menghela napasnya dengan pasrah. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa demi kebahagiaan adiknya.

***

Sementara itu, di sebelah kolam renang terbuka di dalam vila itu, terdapat dua orang yang berdiam diri di bawah sinar matahari. Meskipun sang pria berbaring di kursi malas, namun dia tetap tidak bisa menutupi sifat bawaannya. Dia mengenakan kacamata hitam, wajah tampannya itu sama sekali tidak menampakkan ekspresi, membuat orang yang melihatnya benar-benar tidak tahu kalau apakah dia sedang tidur atau tidak. Tatapan matanya menerawang ke arah kejauhan dalam diam. Perilakunya itu memberikan kesan seolah-olah membuat jarak pada orang-orang sekitarnya dan sulit untuk dideskripsikan.

Fang Miaoling duduk di sebelahnya, di tengah-tengah keduanya terpisah oleh sebuah meja kecil. Di atas meja kecil itu terdapat segelas anggur dan segelas minuman. Dia lalu mengambil minuman dan meneguknya, kemudian meletakkannya kembali. Pandangannya masih menatap lurus pada pria yang sedang berbaring di sebelahnya. Sejujurnya dia sendiri juga tidak habis pikir, kenapa Bai Yan menjemputnya. Ditambah lagi, profesor yang mengajarnya itu sama sekali tidak mengatakan apa pun setelah menjemputnya.

Saat sedang menebak-nebak pikiran seperti apa yang kira-kira ada di hati Bai Yan, Fang Miaoling mendapati Ji Xiaonian berjalan ke arah mereka tidak jauh dari situ. Khawatir gadis itu akan mengganggu pria di sebelahnya, dia pun bergegas bangkit berdiri dan berlari menghampirinya yang datang ke arah mereka.

Fang Miaoling lalu menarik dan menghentikan Ji Xiaonian, menyeretnya ke balik pohon bonsai, kemudian memelototinya dengan galak dan berkata dengan ketus, "Ji Xiaonian, untuk apa kamu datang lagi?"

Ji Xiaonian menepis tangan Fang Miaoling dan berkata tanpa ekspresi, "Aku mencari Bai Yan dan tidak ada hubungannya denganmu."

Memikirkan kalau teman sekamarnya sendiri yang tanpa diduga-duga itu adalah anak perempuan dari orang yang telah menyelamatkan nyawa Bai Yan dan khawatir kalau pria itu akan mengabdikan hidupnya untuk membalas budi, hati Ji Xiaonian terasa sakit seperti ditarik-tarik. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan olehnya dan bagaimanapun juga, dia benar-benar ingin memberitahukan isi hati dan pikirannya pada pria itu. 

Selain itu, tentu saja, Ji Xiaonian juga ingin Bai Yan memberikan penjelasan dan konfirmasi yang jelas tentang kejadian yang terjadi pada dirinya kemarin malam.

"Sudah cukup." Fang Miaoling mengulurkan tangannya kembali untuk menghentikan Ji Xiaonian. Wajahnya kini menjadi merah karena emosi, lalu dia berkata, "Ji Xiaonian, apa kamu masih saja tidak punya malu? berani-beraninya menggoda dosen seperti itu di depan publik. Kalau misalkan kejadian ini tersebar keluar, kamu…"

"Kalau kamu punya kemampuan untuk melakukan itu, silakan sebarkan saja. Lepaskan aku!" ujar Ji Xiaonian sambil mendorong Fang Miaoling menjauh. Kemudian dia berlari menuju pria yang berada tengah duduk santai itu. 

avataravatar
Next chapter