13 Kenapa Aku Bisa Terbangun Di Kasurmu

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ji Xiaonian tidak peduli dengan urusan pengawal itu. Dia lalu teringat kemarin malam ketika Bai Yan membopongnya ke rumahnya dan juga melakukan hal-hal pada yang dia sendiri tidak ingat kejadiannya. Dia merasa bahwa pria itu sedikit banyak menyukai dirinya, jadi mungkin dia butuh berusaha lebih keras lagi agar bisa mendapatkannya.

Di akhir minggu ini, Ji Xiaonian berpikir kalau Bai Yan akan lembur kerja di perusahaan. Jadi, dirinya yang terbawa oleh kelakuan impulsifnya itu, menarik pelayannya untuk mengajarinya membuat bekal sebagai bentuk tanda cinta. Dia akan mengirimkannya pada pria itu.

Ji Chen lantas tersenyum lebar dan berkata, "Wah, bikin bekal apa itu? Oh ya, akhir minggu ini, aku dan Yan janjian pergi ke vila di gunung untuk memancing. Siapapun yang ingin ikut silakan mendaftar, karena kami akan segera berangkat."

Ji Xiaonian baru saja berjalan sampai ke pintu dapur, saat tiba-tiba mendengar kakaknya berkata seperti itu. Dia lalu menghentikan langkahnya dengan mendadak, membalikkan tubuhnya dan berlari menghampiri, kemudian memusatkan tatapannya pada kakaknya dan bertanya, "Kak, apa yang kamu bilang itu benar? Tapi tadi aku baru kembali dari rumah keluarga Bai dan Kak Yan bilang kalau ada urusan di perusahaan, jadi dia harus pergi ke kantor!" 

Ji Chen menatap Ji Xiaonian dan memutar matanya, "Kapan aku membohongimu? Percaya atau tidak, itu terserah kamu." Setelah mengatakan itu, dia lalu bangkit berdiri dan memerintah Lu Yifei dengan suara yang dingin, "Pergilah dan setir mobilnya."

Lu Yifei lalu menundukkan kepalanya sedikit, lalu membalikkan badan dan pergi keluar pintu. Tidak lama setelah itu, Ji Chen juga menuju ke arah pintu dan berjalan keluar. 

Ji Xiaonian menatap punggung kedua orang itu yang berjalan menjauh. Dia lalu berpikir dalam hati, sepertinya memang kakaknya itu memang tidak pernah membohonginya. Mendapati Ji Chen hampir menghilang dari ambang pintu, dia bergegas pergi ke arah depan dan memeluk lengannya, "Kak, aku mau pergi bersama kalian."

Ji Chen lantas menatap gadis di sebelahnya itu sambil menyipitkan matanya, dia lalu menaikkan sudut bibirnya, tidak bisa menahan senyumnya yang keluar. Entah sejak kapan, Bai Yan memang tidak pernah bisa disamakan dengan orang-orang lainnya di luar sana.

Hanya dengan membawa-bawa nama Bai Yan saja, Ji Xiaonian langsung terlihat begitu kegirangan dan antusias seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Ji Chen berpikir kalau adiknya itu benar-benar sudah tumbuh dewasa dan jadi susah dikontrol. 

Saat mereka telah melangkah keluar ke arah halaman yang berada di depan vila, Lu Yifei baru saja mengemudikan mobil untuk menghampiri mereka. Ji Xiaonian dan Ji Chen pun masuk ke dalam mobil, lalu gadis itu melongok-longokkan pandangannya ke segala arah, namun dia tidak mendapati sosok Bai Yan.

Ji Xiaonian pun merasa gelisah, dia lalu menarik-narik Ji Chen dengan resah kemudian bertanya, "Kak, bagaimana dengan dia? Apa dia berangkat duluan?"

Ji Chen lalu melepas cengkraman Ji Xiaonian yang terasa begitu mengganggu, lalu bersandar dengan santai di kursi. Sambil memejamkan matanya dan mencoba tidur, dia lalu berkata, "Dia bilang, dia sedang pergi ke Universitas Ning Da untuk menjemput seseorang, tapi tidak bilang itu siapa. Nanti dia bisa menyusul, jadi kita berangkat duluan saja. Dia tahu jalannya dan tidak lama lagi pasti pergi menyusul kita."

"..." Pergi ke Ning Da untuk menjemput orang? Tidak! Memangnya siapa yang akan dijemput olehnya? Pikir Ji Xiaonian.

Sepanjang perjalanan, Ji Xiaonian terus membayangkan hal yang aneh-aneh, dia memikirkan siapa yang akan dijemput oleh Bai Yan. Pria? Atau wanita? Pengajar? Atau murid? Dan entah kenapa, dia memiliki firasat yang tidak enak.

***

Setelah kira-kira duduk selama dua jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Sesaat setelah mobil berhenti, Ji Xiaonian langsung turun dari mobil dengan tidak sabar. Mendapati mobil Bai Yan terparkir di parkiran yang berada di sebelah, dia lantas gembira bukan main. Dia lalu bergegas mencari-cari sosok pria itu di segala tempat.

Dan seperti yang diduga-duga, sesaat setelah Ji Xiaonian memasuki vila, dia pun langsung mendapati sosok Bai Yan. Pria itu sedang duduk di sebelah danau dengan tongkat pancing di hadapannya dan kelihatannya sedang sibuk memancing. 

Takut kalau Bai Yan mengetahui kehadirannya, Ji Xiaonian pun berjalan sambil berjingkat, dia berjalan pelan, selangkah demi selangkah untuk menghampirinya. Sesampainya di belakang tubuhnya, dia merasa kalau pria itu masih belum menyadari kehadirannya. Kemudian, dia mengulurkan kedua tangan kecilnya dan menutup matanya dari belakang.

"Tebak aku siapa?" Ji Xiaonian tersenyum sembari bertanya dengan nada penuh teka-teki.

Bai Yan menegakkan duduknya dan tidak bergerak. Sejujurnya dia sudah tahu sejak awal kalau ada orang yang mendekat ke arahnya, tapi dia sama sekali tidak tertarik, jadi dia tidak peduli itu siapa. Namun, dia tidak menduga kalau orang itu bakal melakukan permainan yang begitu kekanakan seperti ini.

Bai Yan lalu menepis dan menjauhkan tangan orang itu dengan tidak sabar sambil berkata, "Menakut-nakuti ikanku saja! Berhati-hatilah atau aku akan melemparmu ke dalam danau."

Mendengar suara yang sedingin itu, hati Ji Xiaonian jadi terasa sedih dan tidak nyaman. Dia lalu berjalan ke sebelah Bai Yan, lalu berjongkok sambil mengerucutkan bibir kecilnya. Dia pun melempar tatapan yang kelihatan begitu menyedihkan dan memusatkan pada pria yang sedang memancing itu.

Mendapati kalau Bai Yan sama sekali tidak menatapnya, Ji Xiaonian semakin merasa sedih dan tertekan. Bahkan setelah kejadian kemarin malam, pria itu masih saja bersikap sedingin itu padanya. Benar-benar tidak masuk akal! Pikirnya.

Ji Xiaonian lalu bergegas menarik ujung pakaian Bai Yan, kemudian bertanya dengan wajah kecilnya yang merona merah, "Kak Yan, itu… Kemarin malam, kita…"

"Jangan dengarkan omong kosong ibuku," Bai Yan memotong kata-kata gadis itu. Secara alamiah, meskipun Ji Xiaonian belum mengutarakan omongannya, dia bahkan sudah tahu apa yang akan dibicarakannya.

Sambil melirik Ji Xiaonian, Bai Yan lalu melanjutkan kata-katanya, "Kamu pikir aku bakal melakukan apa pada seorang gadis muda tidak berpengalaman yang sedang mabuk dan hilang kesadaran? Ji Xiaonian, cobalah untuk mengingat-ingat hal berkabut di dalam kepalamu itu. Aku tidak haus dan kelaparan sampai melakukan hal seperti pada level yang kamu bayangkan itu."

Dan seolah-olah, seperti kemarin malam sama sekali tidak terjadi apa-apa, Bai Yan menyelesaikan kata-katanya itu dengan tanpa ekspresi. Dia lalu kembali menghadap ke arah depan dan tenggelam dalam kegiatannya memancing.

Mendengar kata-katanya yang seperti itu, Ji Xiaonian pun terpaku di sebelahnya. Dia merasa sangat malu sampai-sampai tidak berani menunjukkan wajahnya. 

Kemarin malam, apakah... Benar-benar tidak melakukan apa-apa? Tapi, saat aku terbangun pagi ini, mengapa punggungku terasa sakit? Bukankah di dalam novel semuanya dituliskan seperti itu? Kalau benar-benar telah melakukan hal yang semacam itu, maka pada saat terbangun di hari berikutnya, sekujur tubuh ini akan terasa seperti habis dilindas oleh sebuah truk tronton, batin Ji Xiaonian.

Ji Xiaonian tidak mempercayainya dan menatap Bai Yan dengan mata yang merah, "Kalau begitu, coba jelaskan padaku. Kenapa hari ini aku terbangun di atas ranjangmu? Dan kenapa sekujur tubuhku terasa sakit?" 

Jangan bilang, kalau aku sendiri lah yang memanjat naik ke ranjang Kak Yan? Pikir Ji Xiaonian.

Dulu, setelah mengalami kejadian dimana Ji Xiaonian dihina dan dipermalukan oleh perkataan Bai Yan, dia jadi tidak memegang harapan apa pun lagi padanya. Namun, hari ini dia terbangun di atas ranjang pria itu. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kalau kenyataannya Bai Yan tidak tertarik dengannya, untuk apa pria itu mengantarkan dirinya pulang. Dan ditambah lagi, sampai membuatnya tidur di ranjangnya.

"Kejadian kemarin malam, apa kamu benar-benar tidak mengingatnya sedikit pun?" Bai Yan menatap Ji Xiaonian dengan mata yang dingin dan mendapati mata gadis itu merah menyala seperti ingin menangis. Hal itu membuatnya mengernyitkan alisnya dan merasa mati kutu.

"Aku mabuk, tentu saja aku tidak ingat apa-apa. Aku hanya tahu kalau aku terbangun di atas ranjangmu. Dan kalau tanpa izin darimu, siapa juga yang bakal berani melemparkanku ke atas ranjangmu?"

"Kamu bahkan bukan seorang pria, jadi untuk apa kamu berbuat seperti itu padaku? Dan masih saja tidak mau mengaku. Bibi berkata padaku, kemarin malam kamu terus-terusan menekanku, lalu berkata semacam, 'Nian Nian, tidak sakit, tidak sakit, lama-lama juga bakal membaik,' katanya seperti itu. Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu?"

"Kamu jelas-jelas memanfaatkan keadaanku dan tidak mau bertanggung jawab. Sekarang tubuh bagian bawahku ini masih terasa begitu sakit. Kamu memang berengsek! Lebih baik aku mati saja." 

Ji Xiaonian lalu membuat kegaduhan dengan mengetuk-ngetukkan kakinya. Tiba-tiba dia bangkit berdiri dan bersiap untuk melompat masuk ke dalam danau yang ada di hadapannya. Mendapati Bai Yan tetap duduk dan jelas-jelas terlihat tidak bergerak sama sekali, amarahnya pun semakin mendidih. Dia lalu menolehkan kepalanya untuk memelototi pria itu, "Kenapa kamu tidak menarikku? Kalau kamu tidak menarikku, aku akan benar-benar lompat."

Bai Yan mengangkat matanya untuk menatap Ji Xiaonian dan mengangguk dengan tenang sambil berkata, "Lompat saja, kebetulan aku juga sedang kekurangan umpan."

"Kamu…"

Ji Xiaonian mendapati Bai Yan yang hanya meliriknya dengan pandangan dingin, kini amarahnya pun meledak sampai-sampai rasanya dia ingin muntah darah. Kemudian, dia menghampirinya kembali dan menarik lengan, lalu mengguncang-guncangnya seperti anak kecil, "Jawab aku, kenapa aku bisa ada di atas ranjangmu? Kenapa?"

Kenapa memberiku angan-angan yang begitu indah, tapi kemudian menghancurkannya berkeping-keping dengan kejam? Pria ini, bagaimana bisa dia sekejam ini? Batin Ji Xiaonian. Dia benar-benar kesal, sampai-sampai rasanya ingin menangis.

Dan kenyataannya, Bai Yan juga tidak tahu kenapa dia mengantarkan Ji Xiaonian pulang, bahkan sampai membiarkannya tidur di ranjang miliknya dan mengurusnya semalaman.

avataravatar
Next chapter