16 Ji Xiaonian, Apa Kamu Tahu Malu?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ji Xiaonian lalu berlari sampai ke sebelah Bai Yan. Mendapati pria itu memakai kacamata hitam dan sedang tertidur, dia mengulurkan tangannya dan menarik-narik lengannya. Dia juga memanggil dengan suara yang rendah, "Kak Yan…"

Sebenarnya, Bai Yan tidak tidur, dia hanya mengenakan kacamata hitam dan terus-terusan menatap air bening di hadapannya yang berkilauan karena terkena cahaya matahari. Dia tidak tahu apa yang sekarang sedang dipikirkannya di kepalanya.

Mendengar suara manis Ji Xiaonian, Bai Yan mengangkat pandangannya dan menatapnya. Karena mengenakan kacamata hitam, gadis itu tidak mengetahui kalau sekarang dirinya sedang menatapnya.

Ji Xiaonian yang berpikir kalau Bai Yan masih tidur, tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk mengambil kacamata hitam di wajahnya. Tiba-tiba saja, pergelangan tangannya dicubit dan pria itu pun langsung mengayunkan tangannya untuk menepis tangannya dengan tidak berperasaan.

Sambil masih berbaring, Bai Yan lalu berkata dengan tidak peduli, "Kalau ada sesuatu bilang saja, kalau tidak pergi lah dari sini."

Kalimat itu hanyalah beberapa buah kata yang sederhana, namun benar-benar tajam seperti pisau dan menusuk dada Ji Xiaonian dengan kejam. Dia seolah tercekik karena perasaannya, dia menggertakkan giginya dan berdiri di sana dalam diam untuk beberapa saat. 

Namun, Ji Xiaonian masih tidak bisa menahan dirinya untuk membuka mulut dan bertanya, "Kamu menyukai aku atau tidak? Kalau kamu bilang tidak suka dan kita berdua tidak akan mungkin bersama-sama seumur hidup, maka setelahnya aku pasti tidak akan mengganggumu lagi." 

Ji Xiaonan tahu bahwa menanyakan hal ini secara langsung sangatlah memalukan, tapi dia merasa lebih terdesak untuk ingin mengetahui jawabannya. Kalau memang ternyata Bai Yan tidak memiliki sedikit pun ketertarikan terhadap dirinya, meskipun dia menginvestasikan banyak waktu dan energinya, tetap saja tidak akan bisa mendapatkan kembali separuh hati pria itu.

Jadi, Ji Xiaonian tidak ingin membuang-buang waktunya. Kalau nyatanya dia memang tidak bisa bersama-sama dengan Bai Yan seumur hidup ini, dia akan belajar untuk menyerah dan melupakan. Setelahnya, dia akan belajar dengan giat dan bekerja usai menyelesaikan kuliahnya. Mungkin di masa depan, dia akan menemukan pangeran berkuda putihnya di hidupnya.

Ji Xiaonian juga merasa, kalau memang Bai Yan benar-benar tidak menyukainya, pria itu bisa mengatakannya. Namun pria itu sama sekali tidak berkata apa-apa. Dia hanya berbaring di situ, dengan masih mengenakan kacamata hitamnya dan juga entah sedang melihat ke arah mana, gadis itu tidak bisa menerka.

Ditambah lagi, di wajah tampan Bai Yan masih tidak ada ekspresi sama sekali. Hal itu benar-benar membuat orang lain tidak bisa menebak apa yang dipikirkan di dalam hatinya. Namun demikian, pria itu tetap tidak mengatakan apa pun.

"Kak Yan…" Ji Xiaonian yang tidak mendengar jawaban apa pun lalu berteriak lagi, "Jawablah aku!"

"..."

Setelah beberapa lama, Bai Yan duduk dan melepas kacamata hitam yang menempel di wajahnya. Sepasang matanya yang berwarna seperti batu permata kuning dan sedalam kolam itu menatap lurus-lurus pada Ji Xiaonian. Dia menatapnya seperti itu tanpa adanya perubahan di wajahnya, lalu berkata "Ji Xiaonian, apa kamu tahu malu?"

Mendengar ucapan Bai Yan, Ji Xiaonian lalu menundukkan kepalanya dengan malu. Bagaimana mungkin dia tidak tahu malu. Kalau hanya di hadapannya, itu bukanlah suatu hal yang besar.

Ji Xiaonian pun menarik napas dalam-dalam dan mengangkat kepalanya kembali, menyambut tatapan dingin yang dipenuhi ketidakpedulian milik Bai Yan. "Jawab aku, apakah ada kemungkinan bagi kita berdua? Kalau ternyata tidak ada kemungkinan, maka aku bakal…"

"Apa yang akan kamu lakukan? Mencari sembarang pria untuk dinikahi?" Bai Yan memotong omongannya sambil menatap Ji Xiaonian dengan sepasang matanya yang semakin dingin dan mengerikan.

Bai Yan bangkit berdiri dengan cepat dan memunggungi Ji Xiaonian. Dia lalu berkata dengan tajam seperti pisau, "Ji Xiaonian, dengarkan aku baik-baik. Kalau kamu memang benar-benar sangat lapar dan haus seperti itu, cepatlah cari sembarang pria untuk dinikahi dan jangan datang menggangguku lagi."

Nada suara Bai Yan begitu dingin dan dia juga kelihatan begitu emosi, agresif dan mengerikan. Setelah mengatakan itu, dia pun pergi dari tempat itu dengan langkah yang panjang. Sementara Ji Xiaonian masih tinggal dan berdiri di sana dengan otak yang terasa berkabut.

Jadi apa sebenarnya jawaban pria itu? Batin Ji Xiaonian. Dia berpikir dirinya bahkan tidak merasa lapar dan haus seolah tidak tertahankan. Ini hanya pertama kalinya muncul rasa cinta di dalam dirinya dan dia ingin menemukan orang yang bisa menjalin cinta dengannya.

Menatap Bai Yan yang berjalan menjauh, Ji Xiaonian mengerutkan bibir kecilnya, lalu bersiap-siap membalikkan badannya untuk pergi. Tidak jauh dari situ, Fang Miaoling yang sejak tadi terus-menerus menonton mereka, berjalan menghampirinya sambil menertawakannya.

"Hmmm... Kamu pikir kamu siapa bisa berpikir kalau Profesor Bai akan menyukaimu?"

Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas obrolan kedua orang itu saat dia masih berdiri di sebelah pohon bonsai, namun Fang Miaoling merasa perilaku Bai Yan menunjukkan bahwa pria itu tidak ingin merespons Ji Xiaonian. Kali ini, Ji Xiaonian harusnya benar-benar mati kutu! Batinnya.

"Ya, bagaimana mungkin dia menyukaiku. Tapi Fang Miaoling, aku tidak ingin hubunganku denganmu menjadi kaku karena pria itu. Bagaimanapun juga, nantinya kita akan sering bertemu di asrama. Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti."

Ji Xiaonian sedang dalam suasana hati yang tidak baik karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Bai Yan. Dia lalu berjalan melewati Fang Miaoling dan hendak mencari sebuah tempat untuk menenangkan diri.

Namun siapa yang mengira, kalau tiba-tiba lengannya ditahan. Dia pun menolehkan kepalanya dan mendapati Fang Miaoling lagi-lagi berjalan menghampirinya, lalu tersenyum dengan tatapan menghina.

"Ji Xiaonian, hari ini kamu benar-benar membuatku memiliki pandangan yang baru terhadapmu. Aku tidak menduga kalau kamu bisa tidak tahu malu mengekori kami seperti itu, lalu berlari menghampiri dan mengganggu Profesor Bai. Sejujurnya, aku tidak takut kalau hubunganku denganmu menjadi kaku. Kemungkinan yang terburuk, nantinya kita akan saling tidak peduli dan mengurusi urusan masing-masing. Tapi aku ingin memperingatkanmu, kalau aku masih mendapatimu mengganggu Profesor Bai, aku pasti akan membuat kejadian ini tersebar di sekolah dan membuatmu tidak bisa lulus."

Seolah takut kalau barang kesayangan miliknya diinginkan dan diambil oleh orang lain, Fang Miaoling sama sekali tidak merindukan hubungan pertemanan mereka yang ada di masa lalu dan langsung mencabik-cabik wajah Ji Xiaonian. 

Sampai detik ini, Ji Xiaonian masih belum bisa menerima kalau teman sekamarnya sendiri ternyata adalah anak dari orang yang menyelamatkan nyawa Bai Yan. Memikirkan kalau pria itu berlaku baik terhadap Fang Miaoling, hatinya menjadi sedih. Kalau ternyata pria itu benar-benar mengabdikan dirinya untuk membalas budi, yang mungkin dengan menikahi temannya, dia mungkin akan mati karena rasa sakit hati.

"Jaga kelakuanmu itu! Lain kali, aku tidak akan mengingat hubungan pertemanan kita lagi," tutur Fang Miaoling sambil memelototi Ji Xiaonian dan memanfaatkan keadaannya yang berada di atas angin itu untuk berlaku agresif. Setelah selesai berkata, dia pun juga bergegas berlari ke arah di mana Bai Yan menghilang tadi. 

Sementara Ji Xiaonian tertinggal di tempat yang sama, seolah ditelantarkan oleh seisi dunia. Dia terlihat menyedihkan dan membuat orang yang melihatnya pasti merasa kasihan.

Entah sejak kapan, tiba-tiba Lu Yifei muncul di sebelah Ji Xiaonian. Dia mengulurkan tangannya dan menepuk pundaknya, lalu mencoba menenangkannya dengan berkata, "Gadis bodoh, apa yang membuatmu bersedih? Kalau kamu tidak keberatan, silakan gunakan pundakku ini untuk bersandar sejenak."

Mata Ji Xiaonian menjadi merah, dia lalu mengangkat kepalanya dan menatap Lu Yifei. Setelah mengingat kalau pria itu adalah gay, dia sama sekali tidak sungkan dan langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukannya.

"Yifei, menurutmu, bagaimana bisa menyukai seseorang itu rasanya sesakit ini? Terutama saat melihatnya bersama dengan gadis lain. Rasa sakit ini seperti ada sebuah pisau kecil di dalam dadaku yang memotong-motongnya dengan begitu kejam. Benar-benar sakit, sampai rasanya susah untuk bernapas."

Ji Xiaonian sudah menebalkan mukanya dan membuat pernyataan cinta pada Bai Yan, tapi pria itu malah tidak memberinya sebuah jawaban yang jelas. Suka atau tidak, dia berpikir memangnya benar-benar susah bagi pria itu untuk mengutarakan itu dari mulutnya?

"Menyukai seseorang, terutama saat aku tidak bisa mendapatkannya, memang akan menimbulkan perasaan sedih di dalam hati." Lu Yifei menepuk-nepuk gadis di pelukannya, lalu tertawa kecil dan berkata, "Tapi, terkadang berdiri di belakangnya dan memandangnya dalam diam, bukankah sudah cukup membuat hati puas? Xiaonian, kamu adalah gadis yang baik. Percayalah padaku, di masa depan nanti kamu akan menemukan seorang pria yang benar-benar menghargaimu."

Seperti dirinya, dulu Lu Yifei juga berpikir kalau kehilangan orang itu, maka kebahagiaan tidak berarti apa-apa lagi baginya. Sama sekali tidak memiliki arti. Tapi setelahnya, bukankah aku mulai mendapatkan kembali perasaan bahagia itu? Batinnya.

Ji Xiaonian tiba-tiba menjauhkan dirinya dari pelukan Lu Yifei dan menatapnya. Dia lalu bertanya dengan bingung, "Apa kamu punya orang yang disukai? Orang sepertimu, laki-laki yang kamu suka itu, pastinya dia adalah pria yang benar-benar luar biasa?"

avataravatar
Next chapter