2 Isi dari CD

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Ji Xiaonian terus-menerus memperhatikan reaksi Bai Yan. Dia kecewa karena ternyata pria itu tidak bereaksi apa pun, sama seperti sebelumnya, sikapnya dingin seperti es. Dia juga tidak berbicara sama sekali padanya dan tidak merasa malu atau bersalah karena kejadian kemarin malam.

Ji Xiaonian lantas berpikir bahwa Bai Yan pasti tidak peduli, jadi seolah-olah seperti tidak ada apa-apa kemarin malam. Tapi pada akhirnya, bukankah aku berhasil membuktikan sebuah fakta? Kalau Bai Yan bisa bersikap kaku padaku, bukankah itu bukti bahwa dia bukanlah seorang gay? Pikirnya. Selama bukan menyukai sesama jenis, dia setidaknya bisa merasa lega.

Ketika menyadari mereka hampir sampai di sekolah, Ji Xiaonian dengan cepat berkata, "Kak Yan, berhenti di sini saja."

Ji Xiaonian tidak ingin teman sekelasnya melihatnya datang ke sekolah dengan mengendarai mobil milik profesor Bai. Meskipun keluarga Ji dan keluarga Bai sudah berteman lama, mereka juga merupakan keluarga kelas atas yang terkenal dan berpengaruh di masyarakat, serta keluarga yang luar biasa kaya, tetapi dia tidak ingin membuat orang lain tahu bahwa dirinya dan Bai Yan memiliki hubungan tersembunyi. Pasalnya, bisa-bisa dia tidak dapat membaur dengan teman sekelasnya. 

Lupa untuk disebutkan bahwa Bai Yan bukan hanya seorang CEO dari sebuah perusahaan besar, melainkan juga seorang profesor pengganti yang direkrut oleh Universitas Ning Da. Jadi, permintaan Ji Xiaonian untuk turun dari mobil sebelum sampai di gerbang sekolah sangatlah beralasan.

Bai Yan menghormati permintaannya dan menghentikan mobil di sisi jalan. Setelah menunggu Ji Xiaonian turun dari mobil, dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan langsung melajukan kendaraannya sampai ke Universitas Ning Da. Mendapati mobilnya menghilang dalam sekejap mata, gadis itu menundukkan kepala karena perasaannya sangat terluka.

Orang macam apa dia ini?! Memangnya bakal mati kalau mencoba bicara?! Batin Ji Xiaonian dengan kesal. Akhirnya, dengan perasaan kesal dia berjalan sendirian menuju Universitas Ning Da.

Sepanjang pagi, setelah mengikuti beberapa kelas, Ji Xiaonian terus-terusan termenung. Dia terlihat sangat sedih, kalau bukan tidur-tiduran di atas meja sambil memutar-mutar pulpen, dia membolak-balik buku dengan bosan sembari berusaha menahan kepalanya untuk tetap tegak. 

Mendapati suasana hati Ji Xiaonian tampak tidak bagus, teman sebangkunya lalu menggodanya, "Kamu putus cinta ya?"

Mendengar itu, Ji Xiaonian spontan mengalihkan pandangannya pada teman sebangkunya. "Kamu ngomong apa sih!" katanya. Ada hubungan saja tidak, bagaimana bisa putus cinta, tambahnya dalam hati.

"Ckckck, masih saja tidak mengaku. Lihatlah wajahmu yang suram itu, jiwamu seperti sedang dicuri oleh sesuatu. Cepat beritahu kakak ini, siapa pria tampan yang membuatmu begini? Kakak akan membantu menjodohkanmu.

Teman sebangku Ji Xiaonian, Han Le adalah gadis yang sangat terbuka. Dia sudah mengenalnya sejak awal memasuki Universitas Ning Da dan sampai sekarang gadis itu sudah berganti-ganti pacar sebanyak lima kali.

Tiba-tiba, Ji Xiaonian terpikirkan sesuatu. Dia lalu menarik Han Le ke arahnya dan bertanya dengan suara pelan, "Menurutmu ketika wanita melihat 'barang' lelaki, apakah benar matanya akan bintitan?"

Bahkan meskipun Ji Xiaonian melihatnya, sejak kemarin malam sampai sekarang, kepalanya terus dipenuhi oleh bayang-bayang itu. Bahkan hanya memegang pulpen saja, dia pun mampu membayangkan hal-hal seperti itu. Dia berpikir, kalau dirinya terus-terusan seperti ini, dia bisa menjadi gila.

"Pria mana yang kamu lihat 'barangnya'? Ji Xiaonian, cepat katakan pada kakakmu ini, pria mana yang memperlihatkan 'barangnya' padamu?" Mendengarnya, Han Le langsung bergairah dan langsung menarik Ji Xiaonian untuk bertanya.

Pipi Ji Xiaonian tiba-tiba memerah, lalu cepat-cepat menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Han Le. "Jawab pertanyaanku dulu, apa benar bisa membuat mata bintitan?"

"Hahaha, bisa." Setelah selesai tertawa keras, Han Le lalu berkata dengan serius, "Tapi Ji Xiaonian, aku ingin memberitahumu, kalau kamu diam-diam mengintip, lupakan saja. Tapi kalau memang pria itu sengaja menunjukkannya padamu, percayalah kata kakakmu ini, dia bukan orang cabul biasa. Tapi cabul secabul-cabulnya dari hatinya yang paling dalam. Jangan terlalu bodoh."

"..." Ca… Cabul? Bai Yan? Tidak mungkin! Batin Ji Xiaonian. Sekujur tubuhnya kini gemetar memikirkan kejadian malam tadi. Handuk mandi itu, kalau tidak salah ingat, terjatuh ke lantai tanpa sengaja karena ulahnya.

Merasa kalau gadis di sebelahnya itu sangat polos, tiba-tiba Han Le pun mengeluarkan sebuah CD dari dalam lembaran bukunya dan memberikannya pada Ji Xiaonian. "Ambil ini dan tonton lah baik-baik. Jika sering-sering dilihat, lama-lama kamu akan mengerti kok," tuturnya.

Ji Xiaonian menerima dan menatapnya, itu adalah sebuah CD tanpa satu pun tulisan dan gambar pada permukaannya. Dia lalu menatap Han Le dengan rasa penasaran dan bertanya, "Ini CD apa ya?"

"Kalau kamu ingin tahu itu apa, saat pulang ke rumah nanti, tonton dan pelajari saja dengan baik-baik. Aku jamin kamu bisa mendapatkan banyak hal dari situ. Oh, kelas sudah berakhir. Aku ada janji bertemu dengan pacarku untuk menonton film, aku pergi dulu ya."

Sambil menatap Han Le yang bergegas menghilang ke luar pintu kelas, Ji Xiaonian jadi lumayan iri padanya. Tidak hanya cantik, tubuhnya juga bagus dan pacarnya juga ada banyak. Meskipun fisik dirinya sendiri sebenarnya tidak jelek, namun dia tidak bisa mendapatkan perhatian dari Bai Yan. Jadi, dia menganggap dirinya sendiri mengecewakan. Maka dari itu, dia sangat ingin belajar dari teman sebangkunya tersebut.

***

Seminggu telah terlewati dalam sekejap mata.

Di siang hari ini, orang-orang tengah berkerumun di gerbang Universitas Ning Da. Ji Xiaonian tampak berjalan keluar dari dalam kampus bersama dengan beberapa temannya. Kerumunan mahasiswa itu terlihat sangat bersemangat, penuh oleh gairah masa muda.

"Ji Xiaonian, sesampainya di rumah nanti jangan lupa untuk menonton CD-nya dan kembalikan padaku lagi di hari Minggu," kata Han Le tiba-tiba ketika mereka sudah meninggalkan gerbang kampus dan hendak berpisah.

Ji Xiaonian memberikan sinyal tanda mengerti kepadanya, lalu berkata, "Tidak masalah, aku akan menontonnya sesegera mungkin, hari Minggu pasti sudah bisa aku kembalikan padamu."

"Kalau begitu, ayo kita pulang. Sampai jumpa hari Minggu."

"Sampai jumpa Minggu besok!" 

Menatap teman sekelasnya telah pergi, Ji Xiaonian lalu berbalik dan hendak memesan taksi di pinggir jalan. Namun tiba-tiba, tidak jauh dari situ, terdengarlah bunyi suara klakson mobil. Dia mendongakkan pandangannya dan melihat sebuah mobil yang sangat familiar, perasaannya pun langsung menjadi berbunga-bunga. Kemudian, dia bergegas menuju mobil tersebut secepat mungkin, dia berlari menuju ke sisi mobil karena takut terlihat oleh teman-teman sekelasnya. Dengan cepat, dia membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya.

Sambil memasang sabuk pengaman, Ji Xiaonian berkata dengan mendesak, "Kak Yan, ayo cepat jalan."

Bai Yan melempari Ji Xiaonian dengan tatapan seolah agak terganggu dengan kelakuannya. Namun, dia tetap tidak mengatakan sepatah kata pun dan mengendarai mobilnya menjauhi gerbang kampus. Sepanjang perjalanan, dia juga tidak membuka mulutnya sama sekali. Gadis di sampingnya lantas teringat kembali kejadian malam itu, perasaan malunya kembali muncul dan dia tidak tahu harus berkata apa.

Tiba-tiba, Ji Xiaonian teringat dengan CD yang diberikan Han Le padanya. Karena bosan dan menganggur, dia mengeluarkan CD tersebut dan mengulurkan tangannya untuk memencet tombol-tombol di dalam mobil dan memutarnya. Setelah mencoba-coba dalam waktu yang cukup lama, dia masih belum menemukan tempat untuk memasukkan CD itu. Dia lalu menatap Bai Yan dan memohon bantuannya, "Kak Yan, bagaimana cara memasukkan CD di dalam mobilmu?"

Bai Yan menatapnya dan mendapati tangan Ji Xiaonian sedang menggenggam sebuah CD, dia pun langsung membantunya. Ketika gadis itu berhasil menemukan tempat untuk meletakkan CD tersebut, dia segera memasukkannya.

Karena tidak ada tulisan atau gambar sama sekali di permukaan CD tersebut dan Han Le bilang kalau isinya sangat bagus untuk ditonton, bahkan sampai menjamin kalau ada banyak yang bisa dipelajari, Ji Xiaonian menjadi sangat penasaran. Benda itu rupanya bisa diputar di dalam mobil, jadi dia pun tidak sabar untuk segera menonton apa yang ada di dalam CD tersebut.

avataravatar
Next chapter