6 Ditolak

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Kemudian, Bai Yan menatap lagi ke arah gadis yang ada di antara orang tuanya, dan masih tidak menampakkan belas kasihan sama sekali, dia pun bicara dengan tajam, "Kamu itu umur berapa? terburu-buru sekali ingin menikah, memangnya kamu tidak tahan merasa hampa dan kesepian, ya?"

Bai Yan menatap Ji Xiaonian dengan tatapan lurus dan dingin. Gadis ini, benar-benar... Semakin besar semakin tidak punya rasa malu. Di usia yang masih muda begini, bukannya belajar dengan giat, malah sepanjang hari memikirkan hal-hal yang liar dan aneh! Aku memang harus memberinya pelajaran, batinnya.

Sementara itu, Ji Xiaonian yang duduk di antara para orang tua, terus-terusan menunduk malu, sampai-sampai pipinya menjadi merah. Tapi dia benar-benar tidak menduga, kalau Bai Yan sanggup mengatakan hal seperti itu padanya. Dia lalu mengangkat kepalanya dan pandangan mereka pun bertemu. Dari sorot mata pria itu, dia mendapati sesuatu yang dingin dan tidak berperasaan, seperti es runcing yang terbentuk dari tetesan air yang membeku, menyakitkan. 

Rasa sakit semacam ini, seperti organ-organ dalam tubuhmu disobek-sobek, hingga membuat susah bernapas. Ji Xiaonian berpikir, kalau disimpulkan dari tatapan Bai Yan, apakah pria itu benar-benar tidak bisa menoleransi dirinya? Kini, dia sudah tidak memiliki sisa keberanian lagi untuk menatap pria itu. Ditundukkannya kepalanya dan air mata pun terjatuh dari matanya.

"Yan, omonganmu itu sudah kelewat batas!" Melihat kesedihan adiknya sendiri, Ji Chen tidak bisa menahan diri untuk melotot ke arah Bai Yan. Dia pun membela adiknya dengan perasaan kesal, "Apa katamu?! Apa kamu benar-benar tidak paham dengan pikirannya? Kalau kamu berkomentar yang seperti itu tentangnya, maafkan aku kalau kamu memang merasa terganggu. Gadis kecil ini benar-benar tidak tahu apa-apa."

Setelah itu, Ji Chen bangkit berdiri, kemudian berjalan menghampiri Ji Xiaonian yang menundukkan kepalanya. Dia menarik gadis itu untuk bangkit, lalu berkata, "Xiaonian, ayo pulang ke rumah. Jangan ganggu orang ini lagi, apa kamu tidak bisa menghindarinya saja?"

Di mata Ji Chen, tidak ada yang pantas untuk memberi pelajaran pada Ji Xiaonian selain orang tua mereka. Sejak dulu, dia yang mengurusnya hingga tumbuh besar seperti ini, bahkan tidak mau berteriak padanya. Lalu, bagaimana bisa Bai Yan mempermalukan adikku seperti itu di depan para orang tua? Pria ini benar-benar kelewatan, pikirnya.

Ji Xiaonian bangkit berdiri, namun ketika dia hendak berjalan mengikuti Ji Chen, tiba-tiba Bai Yun menariknya. "Xiaonian, jangan pergi."

Bai Yun juga tampak sangat marah. Sambil menarik Ji Xiaonian, dia memelotot ke arah anak laki-lakinya sambil berkata, "Xiao Bai, kamu benar-benar kelewatan! Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu soal Xiaonian? Cepat minta maaf padanya!"

"Kamu sudah setua ini, bagaimana bisa mengeluarkan kata-kata yang melukai orang seperti itu? Selain itu, hal ini adalah ideku dan ibumu. Kalau bukan karena kita yang menginginkan dia untuk jadi menantu, dia juga enggak mungkin setuju. Kamu pikir kamu itu apa? Kamu berpikir kalau Xiaonian bakalan menempel padamu terus?" Bai Qilin tidak bisa menahan diri untuk menasehati anaknya.

Sejak kecil sampai sekarang, anak laki-laki mereka ini tidak pernah membuat kedua orang tuanya mengkhawatirkannya. Mereka juga tidak pernah marah padanya sampai seperti ini. Tapi untuk urusan hari ini, dia betul-betul kelewatan.

Bai Qilin menatap ke arah Ji Chen dan menenangkannya dengan berkata, "Ji Chen, kamu juga pasti paham dengan temperamen Xiao Bai. Jangan membuang waktumu untuk berdebat dengannya."

Detik itu juga, Bai Yan menegakkan kepalanya kembali, lalu memandang dingin pada semua orang yang berada di situ. "Minta maaf padanya? Coba kalian lihat, apakah dia benar-benar pantas mendapatkan permintaan maafku," tuturnya dengan sikap yang masih sedingin es, 

Saat mengatakan itu, Bai Yan melempar kembali tatapan yang begitu dingin dan dalam pada Ji Xiaonian dengan penuh percaya diri, seolah-olah tidak melakukan hal apa pun yang salah pada gadis itu. 

Sementara itu, mendengar perkataannya, jantung Ji Xiaonian seakan ingin berhenti dan terasa sakit seperti disayat oleh pisau. Sambil menyeka air matanya yang jatuh, dia lantas berbalik untuk menatap Bai Yan, menggertakkan giginya dan berkata dengan tajam, "Ya, aku memang tidak pantas untuk dapat permintaan maaf darimu, kamu tidak melakukan hal yang salah padaku. Aku cuma menyukaimu, aku cuma ingin jadi istrimu. Tapi karena ternyata kamu tidak setuju, setelah ini aku tidak akan memimpikan hal itu lagi."

Setelah kata-kata itu meluncur dari bibirnya, Ji Xiaonian membalikkan badannya dan berlari pergi. Dan di saat dia telah memunggungi semua orang, air mata pun terjatuh lagi dari matanya.

"Xiaonian!" Ji Chen menatap punggung adiknya dan cepat-cepat memanggilnya, lalu berlari menyusulnya keluar dari vila. Setelah itu, dia berbalik dan menatap Bai Yan yang hanya duduk dengan diam, amarah terlihat jelas dari alis dan sudut matanya. "Bai Yan, meskipun kamu tidak bermaksud begitu padanya, melihat dari hubungan kedua keluarga kita selama bertahun-tahun ini, kamu tidak perlu menyakitinya sampai seperti ini."

"Dengarkan aku baik-baik. Kalau dia sampai melakukan sesuatu yang tidak terduga… Aku tidak akan membiarkanmu." Karena takut adik perempuannya berlari keluar sendirian dan berbuat yang tidak-tidak, Ji Chen tidak berani berlama-lama di tempat itu. Dia pun segera berlari menyusul keluar.

Mendapati kakak beradik keluarga Ji pergi dalam kondisi seperti itu, pasangan Bai sampai-sampai tidak sempat mengeluarkan amarah mereka. Mereka lalu memelotot ke arah Bai Yan dan memarahinya lagi, "Xiao Bai, kamu itu benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa kamu…"

"Aku kenapa? Kalian yang tidak bilang apa-apa padaku, bisa-bisanya memilihkan tunangan untukku, dan aku bahkan tidak diberi hak untuk ikut memutuskan."

Tanpa memberi kesempatan bagi ayah dan ibunya untuk membalas ucapannya, Bai Yan lalu melanjutkan dengan suara dingin, "Biar kuberitahu, kalian tidak usah mengkhawatirkan urusanku. Kalau selanjutnya ada kejadian seperti ini lagi, aku bisa saja mengatakan hal-hal yang lebih tidak menyenangkan untuk didengar."

Setelah itu, Bai Yan langsung bangkit berdiri, meninggalkan kedua orang tuanya dan berjalan pergi menuju lantai atas. Sementara pasangan Bai yang masih berada di tempat itu hanya bertatapan satu sama lain, mereka benar-benar kehabisan kata-kata.

***

Sepanjang jalan pulang ke rumahnya, Ji Xiaonian terus berlari. Dia lalu terburu-buru masuk ke dalam vila, langsung menyandarkan dirinya di atas sofa ruang tamu, kemudian menangis meraung-raung. Dengan bodohnya dia berpikir, dengan Paman dan Bibi Bai yang menyukainya dan menginginkannya untuk menjadi menantu mereka, dia benar-benar bisa mewujudkan impiannya untuk hidup bersama dengan pria yang disukainya.

Namun, Ji Xiaonian tidak pernah menduga kalau Bai Yan bisa mengatakan hal seperti itu tentangnya. Meskipun semua yang dikatakannya itu benar, tapi pria itu tidak menyampaikan itu dengan cara yang baik, yaitu dengan mengatakannya di depan semua orang. 

Kini, Ji Xiaonian benar-benar menyesali malam itu ketika dirinya pergi mencari Bai Yan, dia juga menyesal sudah menyetel CD di dalam mobilnya. Hanya karena dua hal ini saja, sudah benar-benar mengubah dengan total pandangan pria itu terhadapnya. Dia berpikir kalau saat ini di dalam hati pria itu, pasti benar-benar percaya bahwa dirinya adalah seseorang yang tidak tahu malu dan terlalu mencintai diri sendiri.

Semakin memikirkan itu, Ji Xiaonian semakin merasa sedih. Dan setiap merasakan kesedihan seperti ini, dia benar-benar ingin menangis serta benar-benar tidak bisa menghentikan tempo tangisnya.

Ji Chen yang mengikuti Ji Xiaonian, ikut berjalan masuk ke dalam vila. Dia duduk di sebelahnya dan menarik tisu, lalu memberikannya kepada adiknya itu untuk menyeka air matanya. "Baiklah, jangan menangis, ini bukan hal yang besar. Kalau nantinya ada kesempatan lagi, kamu harus membalas kelakuan orang itu dengan lebih keji."

Ji Chen berpikir kalau hari ini Bai Yan benar-benar kelewatan. Bagaimanapun juga, gadis ini masih kecil, jadi mana mungkin dia bisa tahan dengan hinaan yang semacam itu. Pria itu memang benar-benar tidak bisa menghargai perasaan orang lain.

"Kak…" Ji Xiaonian mendongakkan kepalanya, lalu menyandarkannya ke dalam pelukan Ji Chen dengan sedih. Tangisannya semakin pecah dan semakin terdengar menyedihkan saat memeluk kakaknya.

"Kak, apa menurutmu aku benar-benar membuat orang lain merasa terganggu? Kenapa saat itu Bai Yan bicara hal yang begitu di depan paman dan bibi? Meskipun dia tidak suka denganku, seharusnya dia tidak perlu mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar seperti itu!"

"Perasaanku benar-benar sakit. Aku sangat sedih, Kak," tambah Ji Xiaonian. Dia juga benar-benar tidak menduga, kalau Bai Yan sebenarnya membencinya sampai sebegitunya. Kalau saja dari awal dia sudah mengetahui hal itu, dia tidak akan pernah mengganggunya dan berbuat ulah. Dan pada akhirnya, kebencian pria itu pada dirinya terus bertambah, meskipun dia dan kakaknya tidak melakukan apa-apa.

"Aku tahu kamu sedih, perasaan kakak juga jadi tidak enak. Tapi kamu jangan menangis, masih banyak pria yang baik di luar sana. Lagi pula, Xiaonian juga cantik, nantinya kamu bakal menemukan yang lebih baik. Jadi dengarkan aku baik-baik, jangan menangis, oke?"

Melihat Ji Xiaonian menangis, Ji Chen juga ikut merasa sakit. Dan rasa sakit itu terasa berbeda dari yang biasanya. Ketika anak kesayangan keluarga mereka dibuat sampai seperti ini, itu artinya perlakuan Bai Yan benar-benar kelewatan.

Di masa depan nanti, Bai Yan sebaiknya tidak terlibat dalam hal semacam ini lagi dengan Xiaonian, kalau tidak dia akan menderita, batin Ji Chen.

avataravatar
Next chapter