60 Diamlah, Maka Kamu Tidak akan Terluka

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tersadar dari lamunannya, Bai Yun terkejut dan segera menghindari tatapan mata Yu Shengjie. Matanya kini ganti menatap ke arah Ji Xiaonian dengan gusar, lalu bertanya dengan terbata-bata, "Xi… Xiaonian, Si… Siapa orang ini?"

Ji Xiaonian mengerti bahwa yang dimaksudkan oleh ibu Bai Yan itu adalah Yu Shengjie. Dengan cepat dia memperkenalkan sepupunya itu, "Perkenalkan marganya adalah Yu. Nama lengkapnya Yu Shengjie. Dia adalah kakak sepupu jauhku, Bibi."

Yu...? Marganya Yu? Batin Bai Yun. Mendengar nama itu, seolah-olah menggoncangkan seluruh dunianya seketika. Dia kini menjatuhkan pandangan matanya kembali pada Yu Shengjie dan bertanya, "Kamu dari Australia?"

Yu Shengjie tidak paham, kenapa wanita yang ada di hadapannya ini seolah sedang melihat hantu ketika sedang menatapnya. Mendengar wanita itu bertanya padanya, dia dengan cepat menjawabnya, "Iya benar, Bibi."

Ekspresi wajah Bai Yun langsung berubah terlihat pucat. Sekali lagi muncul sebuah perasaan terkejut di wajahnya. Dia memutar tubuhnya dan menatap kembali kepada Ji Xiaonian sambil memegang tangannya, lalu berkata dengan lemas, "Xiaonian, bibi tiba-tiba merasa tidak enak badan. Bantu bibi ke lantai atas untuk beristirahat ya." 

"Eh? Bibi kenapa? Apa Bibi tidak apa-apa? Yang mana yang sakit?" tanya Ji Xiaonian dengan cemas. Begitu melihat wajah wanita di hadapannya itu terlihat sangat pucat, dia dengan segera meletakkan barang bawaannya ke lantai dan cepat-cepat memegangi tangan Bai Yun.

"Ayo, bantu Bibi ke atas," ujar Bai Yun sambil bangkit berdiri. Dia sama sekali tidak menoleh lagi ke arah Yu Shengjie, melainkan langsung melangkahkan kaki pergi dari tempat itu.

Ji Xiaonian sama sekali tidak paham kenapa Bai Yun itu tiba-tiba bersikap seperti ini. Namun, dia juga tidak berani mengatakan apa-apa mengenai hal itu. Dia pun segera memberi tanda pada Yu Shengjie agar menunggunya di bawah, lalu dengan cepat memapah wanita itu dan membantunya naik ke lantai atas.

Entah sebuah kebetulan atau kesialan, baru saja berjalan memapah Bai Yun menuju ke lantai atas, Ji Xiaonian tidak sengaja berpapasan dengan Bai Yan yang sedang berjalan turun menuju ke lantai bawah. Begitu melihat sosok pria itu berdiri di hadapannya, dia segera menghentikan langkah kakinya. 

Dengan wajah yang memerah dan terlihat gusar, Ji Xiaonian berbisik pada Bai Yun, "Bibi, bukannya Bibi bilang dia sedang tidak ada di rumah?"

Ternyata dia berada di rumah dan lagi-lagi aku muncul di hadapannya. Bukankah itu artinya aku telah melanggar perkataanku sendiri? Pikir Ji Xiaonian dengan gusar. Tidak, aku kan tidak tahu kalau dia ada di rumah. Aku kan memang tidak bermaksud untuk datang dan muncul di hadapannya. Kalau sudah begini, yang terpenting adalah segera pergi dari tempat ini!

"Ah, Bai Yan anakku, kapan kamu pulang? Kenapa aku tidak tahu?" kata Bai Yun berpura-pura tidak tahu.

Bai Yan melirik Ji Xiaonian sekilas dan mendapati gadis itu sama sekali tidak menatapnya. Awalnya hatinya merasa senang melihat keberadaannya di rumahnya, namun kini perasaan senang itu telah berubah seketika. Tiba-tiba raut wajahnya pun tampak suram.

Belum sempat dia mengatakan apa-apa, Ji Xiaonian terdengar buru-buru berbicara pada Bai Yun, "Bibi, anak Bibi kan sudah di rumah, jadi biar dia saja yang menemanimu. Karena Xiaonian masih ada urusan, jadi harus segera pamit. Permisi, Bibi."

Ji Xiaonian mengatakannya tanpa sedikit pun menatap Bai Yan. Lalu, segera membalikkan badannya dan berlari meninggalkan ibu dan anak itu.

Sesampainya di ruang tamu, Ji Xiaonian segera menarik lengan Yu Shengjie dan berkata, "Kak Shengjie, ayo kita pergi!" Tanpa menunggu jawaban dari sepupunya itu, dia terlihat menyeretnya keluar meninggalkan rumah kediaman keluarga Bai.

"Xiaonian…" Bai Yun segera menoleh dan berteriak memanggil gadis itu. Namun, orang yang dipanggilnya telah dengan cepat menghilang dari rumah itu. Kemudian dia memandang putranya dengan tatapan cemas, "Bai Yan, ada apa sebenarnya? Mengapa Xiaonian berlari begitu saja begitu melihatmu?"

Bai Yan dengan tanpa ekspresi dan suasana hati yang sangat buruk, menuruni anak tangga sambil berkata, "Aku tahu dia akan berlari begitu dia melihatku."

Bai Yun membalikkan badannya dan mengejar mengikuti Bai Yan. "Apa maksudmu? Apa kamu lagi-lagi berlaku buruk padanya? Aku mendengarnya dengan jelas sebelumnya, bukankah dia selalu memanggilmu Kak Yan? Tapi sekarang tidak begitu, kini dia sudah tidak lagi memanggilmu dengan sebutan kakak melainkan langsung memanggilmu dengan namamu. Nak, jangan bilang jika kamu lagi-lagi mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya?"

Bai Yan duduk sambil mengangkat kaki dan bersandar dengan malas di sofa. Air mukanya terlihat benar-benar murung dan lesu. Dia terlihat dengan enggan menjawab pertanyaan ibunya itu. 

"Apakah Ibu tidak melihat? Sudah ada orang lain di sampingnya. Masihkah dia membutuhkan aku sebagai kakaknya ini?"

Bai Yun segera datang menghampiri Bai Yan dan duduk di sebelahnya. "Apa yang kamu bicarakan? Maksudmu Xiaonian sudah memiliki lelaki lain? Apa yang kamu maksud adalah lelaki yang tadi bersamanya itu?" tanyanya lagi sambil terlihat gusar.

Bai Yan menundukkan kepalanya dan menyeruput teh di tangannya. Entah mengapa, dirinya selalu merasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Rasa sesak yang dia rasakan benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman saat ini.

"Tidak mungkin, Xiaonian telah mengatakan bahwa pemuda tadi adalah sepupu jauhnya. Tidak mungkin ada sesuatu di antara mereka berdua. Lagi pula..." 

Belum sempat Bai Yun menyelesaikan kalimatnya, Bai Yan sudah terlebih dahulu memotong perkataannya, "Aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku pergi dulu, Bu." Dia sedang tidak ingin mendengarkan celotehan ibunya saat ini. Dia lalu segera bangkit berdiri dan beranjak pergi.

"Eh, Bai Yan! Tunggu!" seru Bai Yun memanggil anak lelakinya itu.

Tidak peduli bagaimanapun ibunya berseru memanggilnya, Bai Yan tetap berjalan pergi. Dia membuka pintu dan perlahan menghilang meninggalkannya seorang diri.

***

Ji Xiaonian yang baru saja menyeret Yu Shengjie keluar tidak jauh dari rumah keluarga Bai, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya. Dia segera berjongkok di pinggir jalan sambil memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman.

Melihat keadaan Ji Xiaonian yang tidak biasa, Yu Shengjie ikut berjongkok di sebelahnya dan bertanya dengan cemas, "Nian Nian, ada apa denganmu? Apa ada yang sakit?"

Ji Xiaonian mengangguk-angguk sambil menahan sakit di perutnya, lalu berkata, "Iya. Aku rasa sepertinya tamu itu datang. Dan kebetulan aku tadi meminum minuman dingin yang kamu buatkan untukku. Mungkin itu sebabnya perutku benar-benar terasa sakit saat ini."

Tiap kali selalu saja begini. Jika sebelum datang bulan Ji Xiaonian menyantap sesuatu yang dingin, maka perutnya akan terasa sangat sakit. Belum lagi seluruh tubuhnya akan terasa lemas, kepalanya pusing, matanya kabur dan bahkan lama-kelamaan terasa seperti mau pingsan.

Melihat bahwa Ji Xiaonian sangat kesakitan, Yu Shengjie segera membungkukkan tubuhnya dan menggendong gadis itu. "Aku akan menggendongmu pulang, bertahanlah."

Ketika dia hendak mengangkat Ji Xiaonian, tiba-tiba Yu Shengjie merasakan ada kekuatan besar yang menarik tubuhnya dari belakang. Dirinya yang sama sekali tidak siap itu pun langsung terhempas ke belakang.

Detik berikutnya, yang muncul di hadapan Ji Xiaonian adalah wajah orang yang ingin ditemuinya tetapi juga yang tidak berani dia temui. Jelas-jelas dia mengatakan bahwa dia membencinya, tetapi masih saja terus mengkhawatirkan pria itu setiap malam. Saat ini, dia sangat terkejut menatapnya berada di hadapannya.

Namun Bai Yan mengerutkan kening, lalu berjongkok dan mengangkat Ji Xiaonian. "Apa kamu makan sembarangan lagi? Apa kamu tidak tahu kapan hari itu datang? Mengapa setiap kali saat itu tiba, kamu selalu saja tidak menjaga makan mu?" Dia memarahinya dengan dingin dan datar. 

Kemudian, Bai Yan terlihat menggendong Ji Xiaonian dan dengan langkah yang besar berlari menuju ke rumah keluarga Ji. Dia meninggalkan Yu Shengjie seorang diri yang masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi untuk beberapa saat. Kemudian, pria itu segera bergegas melangkah pergi mengikuti mereka.

Ji Xiaonian yang berada dalam pelukan Bai Yan merasa lemas tak berdaya. Dia.. Bukankah dia sangat membenciku dan tidak ingin melihatku lagi? Apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang? Batinnya berusaha mencerna keadaan ini.

Meskipun perutnya sangat sakit dan bahkan sedang tidak memiliki kekuatan untuk berbicara, namun Ji Xiaonian masih ingin mempertahankan harga dirinya dan berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Bai Yan. "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Turunkan aku sekarang! Aku tidak mau kamu menggendongku. Lepaskan aku!"

Suasana hati Bai Yan sungguh tak bisa ditebak. Saat suasana hatinya baik, dia akan menggendong Ji Xiaonian. Tetapi di saat suasana hatinya sedang buruk, dia akan mengatakan padanya untuk tidak muncul lagi di hadapannya. Entah apa yang sebenarnya pria itu inginkan.

Ji Xiaonian kali ini benar-benar memiliki pendirian yang teguh. Bahkan jika harus dipukul sampai mati pun, dia tak akan sudi muncul di hadapan Bai Yan lagi. Akan tetapi, entah apa yang membuat pria itu lagi-lagi muncul di hadapannya saat ini.

Bai Yan merasa geli karena Ji Xiaonian terus bergerak-gerak memberontak dari gendongannya. Dia kini mengalihkan pandangannya melirik gadis itu dan mendapati wajah yang terlihat sangat pucat lemah tak berdaya. Gadis itu terlihat seperti sedang sekarat saat ini. 

"Diamlah sedikit jika tidak ingin mati kesakitan!" seru Bai Yan dengan tidak sabaran.

Dia tahu benar bahwa setiap kali Ji Xiaonian datang bulan, gadis yang satu ini akan merasa kesakitan sampai mau mati rasanya. Terlebih lagi jika dia makan atau minum sesuatu yang dingin, sakitnya akan jauh lebih hebat dari yang biasanya.

Kebetulan hari ini adalah tanggal 15. Hari ketika datang bulan gadis itu tiba. Jika bukan karena dirinya keluar dan kebetulan melihat Ji Xiaonian sedang berjongkok kesakitan di pinggir jalan, Bai Yan pasti sudah lupa mengenai beberapa hari yang paling menderita dalam hidup gadis ini sudah datang.

"Bahkan walaupun sakit sampai hampir mati pun, aku tidak ingin kamu ikut campur," kata Ji Xiaonian sambil menggertakkan giginya. Harga dirinya bergejolak di dalam hatinya dan tetap bersikeras membantah perkataan Bai Yan.

"Jika kamu benar-benar mati, bagaimana aku dapat bertanggung jawab dan menjelaskannya pada Ji Chen? Bersikap baiklah sedikit. Diamlah dan jangan banyak bergerak. Maka kamu tidak akan merasa sakit, oke?" ucap Bai Yan berusaha menenangkan Ji Xiaonian.

Menyadari betapa sakit perutnya saat ini, Ji Xiaonian sudah tidak berniat untuk berdebat dengan Bai Yan lagi. Suaranya bahkan menjadi lebih rendah beberapa desibel dari sebelumnya.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.

avataravatar