9 Aku Baru Mau Bangun Kalau Kak Yan Menciumku

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Mungkinkah... Dia sudah tidak peduli lagi dengan kejadian waktu itu? Batin Ji Chen. Dia berpikir bahwa Ji Xiaonian selalu berpikiran simpel, bahkan kejadian waktu itu, hanya dalam waktu seminggu saja, sudah dilupakan olehnya.

Melihat senyuman yang muncul lagi di wajah adiknya, perasaan Ji Chen terasa hangat. Dia lalu menepuk-nepuk bahu Ji Xiaonian dan berkata, "Di sebelah sana ada makanan enak kesukaanmu. Sana pergi makan dan jangan menahan diri! Minum sedikit anggur juga tidak apa-apa. Kakak masih ada urusan di sini, jadi aku baru bisa mengantarmu pulang agak nanti."

Setelah mengatakan itu, Ji Chen memanggil Yi Lufei yang ada di sebelahnya dan berkata, "Bawalah dia main ke sana."

Yi Lufei kelihatan paham dan menarik Ji Xiaonian pergi. Saat pergi dari tempat yang dimaksud kakaknya, gadis itu tidak lupa untuk menatap Bai Yan dan Ji Chen, lalu melemparkan ciuman jarak jauh. Wajahnya dipenuhi senyuman dan tampak berbunga-bunga, serta memancarkan semangat masa muda, membuat orang yang melihatnya merasa nyaman.

Mendapati seorang lelaki asing menarik Ji Xiaonian pergi, Bai Yan meminum seteguk anggur dengan murung. Dia lalu bertanya pada Ji Chen dengan suara dingin, "Siapa orang itu?" Bagaimana mungkin aku belum pernah melihatnya? Selain itu, dia juga memiliki penampilan yang lumayan, pikirnya.

"Haha, maksudmu Lu Yifei? Dia adalah pacar Xiaonian, seniornya di sekolah yang sama. Bukannya kamu juga mengajar di Ning Da? Seharusnya kamu sudah pernah melihatnya, kan?" jawab Ji Chen sembari menyesap anggur merahnya dengan lembut dan senyuman cemooh tampak menghiasi wajahnya. Dia menunggu reaksi Bai Yan dengan penuh ketertarikan.

Seperti yang Ji Chen duga, ekspresi Bai Yan pun langsung berubah.

Bai Yan lalu menatap Ji Chen dan berbicara dengan nada dingin, "Memangnya usia adikmu itu berapa? Dan bagaimana bisa kamu membiarkannya mengacau seperti itu? Apa kamu tidak takut kalau dia terluka?" Saat melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu, dia sendiri juga sedikit merasa bingung dengan dirinya. Dia berpikir untuk apa dia mengurusi urusan orang lain yang tidak ada hubungannya dengannya. Ditambah lagi, di dadanya pun tiba-tiba muncul perasaan kecut yang tidak menyenangkan.

Ji Chen menyesap ringan lagi anggur merahnya, alisnya yang tegas itu bergerak naik dengan usil dan sebuah senyum nakal terlukis di permukaan wajahnya yang tampan. Dia lalu mengangkat bahunya tidak peduli, lalu berkata, "Xiaonian sudah tumbuh dewasa, bukankah mahasiswa kuliahan yang menjalin cinta itu hal yang normal? Selama dia menyukainya, apa pun itu, aku menurutinya saja."  

Setelah menatap Bai Yan sesaat dan mengedipkan matanya, Ji Chen lalu melanjutkan, "Selain itu, kalau bukan karena ucapanmu yang kelewatan, dia tidak akan berkecil hati dan menyetujui ajakan orang lain."

Ji Chen lalu mengangkat pandangan matanya saat ada seseorang yang dikenalnya tengah menyapanya dengan jarak yang tidak begitu jauh. Dia menyipitkan matanya dan tersenyum, kemudian menepuk pelan pundak Bai Yan, lalu membisikkan kalimat di telinganya, "Lu Yifei adalah orang yang cukup baik, dan sepertinya, dia bisa menjadi pasangan hidup yang pantas untuk Xiaonian di masa depan."

Setelah mengucapkannya, Ji Chen menggenggam gelas anggurnya dan tersenyum dengan elegan, kemudian berjalan menghampiri ke arah klien yang berada tidak jauh darinya dengan gaya yang elegan dan keren. Dia meninggalkan Bai Yan yang kini kondisi tubuhnya membatu dan sukar dijelaskan. Pria itu lalu mengangkat gelas anggurnya dan mengosongkannya dengan sekali teguk. Setelahnya, seorang klien lain datang menghampiri dan menyapanya, tapi dia langsung mengabaikan orang itu dan membalikkan badannya untuk pergi ke toilet.

Saat itu, di sebuah sudut tempat pesta makan berlangsung, Ji Xiaonian mencicipi satu-satu semua Dimsum dan makanan enak yang tersedia di meja. Bahkan dia juga meminum banyak anggur.

Setelah makan dan minum sampai kenyang, Ji Xiaonian yang sudah sempoyongan hendak pergi ke toilet. Lu Yifei yang khawatir dengan keadaannya melihat gadis itu nyaris terjatuh. Dia pun cepat-cepat melesat ke depan untuk menghampiri dan menopang tubuhnya. "Biar kubantu ke sana."

Ji Xiaonian menolehkan kepalanya untuk menatap orang di sebelahnya itu. Lu Yifei tiba-tiba benar-benar terlahir tampan di matanya. Benar-benar rupawan sampai-sampai membuat dirinya iri. Dia juga tidak berusaha menarik dirinya dari pria itu. Kini tubuhnya yang kecil dan kurus itu benar-benar bergelantungan pada tubuh pria itu sampai mereka tiba di pintu toilet.

Lu Yifei sedang bersiap-siap untuk mengantarkan Ji Xiaonian memasuki toilet wanita saat tiba-tiba saja muncul seseorang dari arah samping. Orang itu kemudian menariknya menjauh hingga terpisah dari gadis yang sedang sempoyongan tersebut.

Tanpa memberi Lu Yifei waktu untuk bereaksi, orang itu langsung mengambil kesempatan untuk mengulurkan tangannya dan merangkul pinggang Ji Xiaonian. Dia menggantikan posisi pria itu untuk membawa gadis di sampingnya masuk ke toilet. 

Sementara itu, Lu Yifei hanya berdiri di sana, dia sama sekali tidak marah dengan kelakuan orang itu. Ditambah lagi, dia bahkan tidak memikirkan hal apa yang mungkin terjadi pada Ji Xiaonian karena orang itu membawanya masuk ke dalam toilet dengan keadaan sedang mabuk. 

Tugasnya telah selesai dan dia harus pergi untuk melapor. Di sudut mulutnya muncul senyuman licik, dia lalu membalikkan tubuh untuk meninggalkan pintu toilet.

***

Ini adalah kali pertama Ji Xiaonian meminum anggur. Baru saja meminum dua gelas, namun dia sudah merasakan sakit di seluruh bagian kepalanya dan kehilangan kesadaran. Sambil membungkuk di atas platform kaca warna-warni, dia tidak henti-hentinya muntah dengan wajahnya yang kemerahan, seolah akan muncul penyakit kuning.

Sementara Bai Yan di sebelahnya melihat perut Ji Xiaonian tampak mengejang tanpa sebab. "Kalau tidak sanggup minum-minum, ya jangan minum-minum, dasar anak muda. Bagaimana bisa kamu tidak belajar dari hal itu?" Setelah mengambil tisu, dengan gerakan lembut dia menyeka dan membersihkan noda di sudut mulut gadis tersebut.

Mendengar suara itu, tiba-tiba Ji Xiaonian mengangkat kepalanya dan memandang cermin di hadapannya, dia sedikit tidak mempercayai apa yang dilihatnya saat ini. Orang yang berdiri di sebelahnya itu bukan Lu Yifei tapi malah Bai Yan.

Apakah aku sedang mabuk sehingga berhalusinasi? Tapi, Lu Yifei tidak setinggi itu. Tidak, ini pasti halusinasi! Kak Yan tidak suka denganku, ditambah lagi, dia juga merasa terganggu olehku. Bagaimana mungkin pria itu muncul di sini dan menyeka bibirku?! Batin Ji Xiaonian. Hmm, sudah pasti ini adalah halusinasi, tapi kenapa ilusi ini terasa sangat nyata?

Ji Xiaonian pun membalikkan tubuhnya, lalu memandang pria besar dan tinggi yang berdiri di hadapannya. Dia lalu mengangkat tangannya yang kecil dan menyentuh-nyentuh wajah pria itu dengan sembrono. "Apakah kamu Kak Yan? Atau Lu Yifei? Sepertinya kalau dibandingkan denganmu, Lu Yifei lebih tampan. Eh, salah, Kak Yan juga sangat tampan. Sangat sangat tampan, hehe…"

Pandangan mata Ji Xiaonian tiba-tiba menjadi buram, rasanya seperti melihat ada banyak gunung yang bertumpuk-tumpuk. Semuanya tampak tidak jelas saat ini. Dan tiba-tiba saja, sekujur tubuhnya yang kecil itu terjatuh ke dalam pelukan Bai Yan.

Ji Xiaonian masih belum mengetahui apakah pria di sampingnya adalah Bai Yan yang disukainya atau tidak. Tapi dia tetap memeluknya erat dan tidak ingin melepasnya. Dia tetap menganggapnya seolah-olah dia memanglah Bai Yan, lalu menangis sambil berkelakuan seperti anak kecil.

"Huhu... Kak Yan, kamu benar-benar berengsek! kenapa kamu tidak menyukaiku? Apa kamu tidak tahu, kalau aku ini sangat-sangat menyukaimu, huhu…"

"Aku sangat menyukaimu dan benar-benar ingin jadi istrimu. Tapi kenapa kamu merasa terganggu denganku? Kenapa…"

Ji Xiaonian lalu menangis tersedu-sedu sambil menyedot ingusnya. Dia mencengkram pakaian pria itu sambil menangis dan tidak henti-hentinya mengelap ingus dan air matanya. Dia tampak konyol, namun juga membuat orang yang melihatnya merasa ikut sedih dengan cara yang sulit dijelaskan.

Bai Yan menatap penampakan Ji Xiaonian yang begitu menyedihkan untuk beberapa saat. Dan secara tidak terduga, perasaannya pun melunak. Dia lalu mengangkat sedikit bibirnya yang tipis itu, kemudian berkata dengan suara yang dalam dan rendah, "Kejadian malam itu…" Aku minta maaf, sambungnya dalam hati. Tetapi kedua kata minta maaf itu tidak bisa keluar dan tiba-tiba saja tubuhnya didorong menjauh oleh gadis itu.

Ji Xiaonian menyeka ingusnya dengan kasar, melotot ke arah pria tinggi dan besar di hadapannya, sambil mengerutkan wajah kecilnya yang tegang dengan garang. "Tidak! Kamu bukan Kak Yan. Kak Yan tidak mungkin berinisiatif melakukan hal yang baik untukku. Kamu itu penjahat yang diam-diam membawaku kabur untuk memanfaatkanku, dasar bajingan!"

Setelah mengatakan itu, Ji Xiaonian mengangkat tungkai bawahnya dan menendang Bai Yan dengan ganas, kemudian bergegas keluar dari pintu. Karena ditendang dengan tiba-tiba, pria itu menjadi kebingungan untuk beberapa saat. Dan ketika dia sudah bisa bereaksi, gadis itu telah lama menghilang tanpa jejak dari pandangannya.

Memikirkan kondisi Ji Xiaonian yang mabuk berat, Bai Yan lantas bergegas pergi meninggalkan toilet itu. Baru saja tiba di aula tempat berlangsungnya pesta makan, dia mendapati sebuah kerumunan yang berada tidak jauh dari situ. Dia segera berjalan ke arah sana dengan langkah cepat dan saat beberapa orang mendapati bos besar itu datang, satu-persatu dari mereka cepat-cepat membukakan jalan untuknya.

Sesaat setelah orang-orang itu membukakan jalan, Bai Yan lalu mendapati seorang gadis yang beberapa saat lalu berlari pergi dari dalam toilet, kini tengah duduk di atas lantai. Dia sedang apa? Hal gila macam apa yang dilakukannya di dalam aula ini? Pikirnya.

"Xiaonian, dengarkan kataku. Jauhkan pecahan itu, jangan melukai diri sendiri," ujar Ji Chen. dia juga tidak tahu-menahu apa yang sedang terjadi. Mendengar keributan di kerumunan itu, dia lalu datang menghampiri untuk melihatnya dan mendapati adiknya sendiri sedang duduk di lantai dengan tangan menggenggam pecahan gelas anggur. Gadis itu menggerak-gerakkan tangannya sambil berteriak-teriak. 

"Aku tidak... Aku baru mau bangun kalau Kak Yan menciumku," ucap Ji Xiaonian yang benar-benar mabuk berat.

avataravatar
Next chapter