14 Pemuda Yang Bersemangat

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Sebelum Shen Liang selesai berbicara, dia melihat seseorang tersenyum dan menyerahkan ponsel di depannya, jelas tertulis dalam warna hitam dengan latar belakang putih.

[Kak, ada apa? Aku sedang makan malam dengan ayah, aku akan meneleponmu lagi nanti?]

Melihat lagi ponselnya sendiri yang tidak ada satu pesan pun masuk.

Shen Liang hanya terdiam. Perlakuan yang berbeda ini membuatnya patah hati!

"Jadi, apakah kamu melihatnya?"

Shen Liang bertanya lagi dengan tenang, menyipitkan matanya seolah-olah tatapannya mampu mengeluarkan pedang, tajam menusuk. 

Kapan kamu pernah melihat Bos Ling Chuan menunjukkan ponselnya kepada orang lain meskipun hanya sekilas? Tapi ini, dia bahkan membiarkan orang itu menggunakan ponsel pribadinya!

Dia tidak takut gadis kecil itu akan mengetahui semua rahasianya?

Ling Chuan mengabaikannya. Jarinya yang ramping perlahan mengetik jawaban untuk Lu An.

[Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertanya apakah kamu baik-baik saja. Jika tidak ada masalah, istirahatlah lebih awal. Selamat malam.]

Lu An

[Ya, kamu juga segera istirahatlah. Selamat malam~]

Ling Chuan

[Ya.]

Pria itu mengangguk ringan. Meletakkan telepon genggamnya dengan sudut bibirnya sedikit melengkung ke atas, dan wajahnya yang tanpa cacat itu seperti langit berbintang! Uh, sungguh mempesona!

Shen Liang seperti melihat hantu. Apakah ini ekspresi yang seharusnya dimiliki oleh Yama yang berwajah dingin?

Si*lan, putri dari orang kaya baru, apakah dia serius?

Tidak bisa. Dia harus fokus pada Lu An ini!

------------------------------------------------

Di lain tempat, putra kelima, Lu Xingran, yang telah selesai menasehati ayahnya dengan santainya meletakkan ponsel dan pergi mandi.

Dia sibuk membuat game akhir-akhir ini dan juga sekolah akan segera dimulai. Dia tidak ingin menundanya sampai setelah sekolah dimulai, jadi dia memutuskan untuk tinggal sementara di rumah kontrakan, berencana menulis setidaknya kode terakhir dan mendapatkan prototipenya terlebih dahulu.

Tapi tiba-tiba ayahnya punya masalah seperti ini. Tidak tahu apakah orang tua itu menderita halusinasi.

Setelah mandi dan mengenakan celana merah besar, Lu Xingran tergesa mengambil ponselnya lagi dan hendak menghubungi kakak ketiganya saat dia melihat foto yang dikirim ayahnya.

Seekor anjing kecil berbulu kuning?

Anjing berbulu kuning itu sangat imut, dengan wajah menghadap kamera, dan cakar yang terangkat juga memperlihatkan bulu di perutnya. Kaki kecilnya yang menggantung di udara, terlihat lembut dan membuatnya ingin mencubitnya~

Aaaahhh~

Dia yang hatinya sudah berteriak-teriak bertanya dengan tenang: [Ayah, anjing dari mana?]

Pada saat itu, Lu Xiao baru saja membawa Lu An pulang.

Dia sangat ingin membawa putrinya untuk melihat kamar yang sudah dia siapkan untuknya, hanya beberapa menit kemudian dia melihat pesan dari putra kelima.

Putra kelima

[Ayah, katakanlah.]

Putra kelima

[Ayah kau pergi kemana?]

Putra kelima

[Jangan menakutiku.]

Pertanyaan berturut-turut itu tidak dijawab, ini sama dengan bertaruh hidup dan mati.

Mata Pak Tua Lu melebar dengan polos. Sebelum dia bisa menjawab, dia mendengar pintu terbuka di luar.

"Xingran?"

Seorang pria jangkung dengan wajah tampan, rambut pirang agak berantakan, dia hanya mengenakan celana boxer merah dan air masih menetes di otot-ototnya yang ramping.

Pak Tua Lu tertegun, sebelum dia sempat mengatakan sesuatu, Raja Tiran di tangannya sudah direnggut darinya!

"Ayah, bukannya kamu tidak suka anjing?"

"Kenapa tiba-tiba kamu memelihara anjing? Pesanku juga tidak kamu balas!"

"Lupakan saja, istirahatlah lebih awal. Aku akan merawat anjing itu untukmu, sampai jumpa!"

Ketika kata-kata itu terucap, seseorang melarikan diri dalam sekejap.

Hanya bisa samar-samar mendengar lolongan Raja Tiran Kecil.

"Hei! Hei!"

Ketika dia bereaksi, Lu Xiao bergegas mengejarnya. Di malam yang gelap bahkan bayangannya pun tidak terlihat.

Benar-benar!

Bocah nakal ini belum melihat adiknya!

Di tengah malam begini, lari kemana kamu?

Pada saat itu, Lu An keluar dari ruang belakang setelah melihat kamarnya. Dia melihat ayahnya yang sedih di ruang tamu, dia bertanya dengan bingung, "Ayah, apa yang terjadi, apakah ada orang di sini barusan?"

avataravatar
Next chapter