webnovel

Kejutan Yang Tak Biasa

Sebesar itu cinta Farhan terhadap Kirana sampai ia takut Kirana pindah rumah, lalu jauh darinya. Namun sekarang Farhan benar - benar kehilangan Kirana, karena Kirana akan segera menikah. Farhan marah pun tak akan merubah keadaan, kini ia harus mempersiapkan hatinya untuk benar - benat kehilangan sosok Kirana, wanita yang sangat dicintainya.

"Heh, ngelamun aja!" Reyna mengagetkan Sang Kakak, semenjak kehilangan Kirana, Farhan memang sering melamun, begitu pun Kirana yang juga sering mengingat masa lalunya bersama Farhan.

Kini mereka berdua harus mengubur rindu dan rasa cinta mereka, menutup kisah yang sudah lama mereka ukir bersama.

***

Kirana menanti jam dua belas malam, karena pada jam dua belas lewat satu menit nanti, usianya genap 23 tahun. Jam dua belas pun tiba, Kirana membuka handphone-nya, ia mendapatkan ucapan selamat dari beberapa temannya, ia pun membalas ucapan dari beberapa temannya tersebut. Yang sangat ia tunggu - tunggu pastinya ucapan selamat dari Farhan, namun ucapan itu tidak ada. Tahun kemarin Farhan masih memberikan ucapan selamat kepadanya, masih memberikan kado berupa jam tangan kepadanya, Kirana pun masih mentraktir Farhan makan. Namun tahun ini semuanya berbeda. Kirana dan Farhan sudah tak bersama, takkan ada lagi ucapan selamat ulang tahun untuknya, takkan ada lagi kado spesial untuknya, takkan ada lagi makan malam bersama.

Kirana menangis sejadi - jadinya, ia mengingat betapa indahnya tahun - tahun lalu bersama Farhan, namun kini tinggal kenangan. Farhan pun dikamarnya sedang mengingat Kirana, ia berkali - kali membuka ponselnya, ia ingin mengetik ucapan selamat ulang tahun pada Kirana namun merasa sudah tak pantas untuk mengucapkan hal itu, yang terpenting bagi Farhan adalah mendoakan Kirana dari jauh agar ia selalu bahagia. Farhan memilih untuk memejamkan mata dan melupakan hari ulang tahun Kirana.

Sudah pagi hari, Kirana terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding, jarumnya sudah menunjukkan pukul lima pagi, ia bergegas berwudhu, lalu sholat. Ia memanjatkan rasa syukurnya pada Allah, karena sudah diberikan usia hingga sampai saat ini. Selesai sholat, ia bersiap - siap untuk berangkat ke kantor.

Sebelum berangkat kekantor, Kirana sarapan bersama adik - adik dan kedua orang tuanya. Mereka semua tampak cuek, Kirana berpikir mungkin mereka lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun Kirana. Sungguh tak biasa, karena tiap tahun mereka selalu ingat, terutama Ayah dan Ibunya.

Kirana sudah sampai dikantor, beberapa temannya memberikan kejutan berupa kue tart, lalu mereka mengucapkan selamat pada Kirana. Kirana pun menangis penuh haru karena ternyata mereka masih ingat hari ulang tahun Kirana. Kirana pun mentraktir empat orang teman dekatnya dikantin saat jam makan siang.

Sudah jam pulang kerja, Kirana keluar kantor, lalu ia terkejut melihat kedua adiknya, Rania dan Fanya yang datang kekantornya.

"Ayo Kak ikut kita!" Ucap Rania sambil menangis.

"Ikut kemana? Kamu kenapa Ran?" Tanya Kirana.

"Pokoknya Kakak harus ikut kita!" Ucap Fanya sambil menarik tangan Kirana.

"Kok kalian bisa ada disini? Terus, sekarang mau kemana?" Kirana masih saja terus bertanya.

"Ibu Kak, Ibu..." Ucap Rania, namun ia tidak meneruskan kata - katanya.

Kirana langsung menghentikan langkahnya, "ibu? Ibu kenapa?" Tanya Kirana, namun Rania dan Fanya tidak menjelaskan, ada apa dengan Ibu. Mereka berdua hanya menangis. Perasaan Kirana bercampur aduk, melihat kedua adiknya menangis, ia juga ikut menangis.

"Bilang sama Kakak, Ibu kenapa?" Cecar Kirana, namun mereka berdua tidak menjawab. Fanya masih terus saja menarik tangan Kirana sampai disebuah taxi, Kirana, Rania dan Fanya menaiki taxi tersebut.

Kirana masih bingung dengan kedua adiknya tersebut. Mereka berdua masih menangis namun tidak menceritakan apapun. Kirana juga tidak tahu ia akan dibawa kemana, ia hanya mengikuti kedua adiknya saja.

"Aku sedih Kak, Ibu...." Ucap Rania yang masih membuat Kirana penasaran.

"Iya, ibu kenapa? Kalian cerita dong! Ada apa dengan Ibu?" Marah Kirana, kesabarannya hampir habis menghadapi kedua adiknya, karena mereka tidak juga bercerita pada Kirana.

Akhirnya Kirana menelepon Ibunya, ia penasaran. Ada apa sebenarnya dengan Ibu? Tiga kali panggilan, namun tidak diangkat. Emosinya semakin menjadi, ia yakin telah terjadi sesuatu pada Ibu makanya kedua adiknya ini tidak mau bercerita karena takut dirinya syok.

Supir taxi memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, lalu mereka bertiga turun dari mobil. Kirana melihat disekeliling, ia masih bertanya - tanya dalam hati, karena ia tidak tahu akan diajak kemana.

Rania dan Fanya berjalan didepan Kirana, Kirana mengikuti mereka dari belakang.

"Ran, kita mau kemana sih?" Tanya Kirana, karena ia sudah lelah berjalan lumayan lama tapi tak sampai - sampai ditujuan.

"Udah Kakak ikut aja!" Titah Rania dengan masih menunjukkan wajah sedihnya.

Mereka bertiga sudah jalan cukup jauh. Rania dan Fanya kuat berjalan karena mereka memakai sepatu tanpa hak, sedangkan Kirana memakai sepatu dengan hak 5 cm, sungguh sangat menyiksa.

"Ran, Fan, tingguin Kakak dong!" Ucap Kirana yang berjalannya sudah berjarak jauh dari kedua adiknya. Kirana sudah tidak tahan, karena kakinya lecet, akhirnya ia membuka sepatunya lalu berlari mengejar Rania dan Fanya.

"Hei tungguin dong!" Ujar Kirana ketika sudah dekat dengan mereka. Nafas Kirana tak beraturan, namun kedua adiknya ini terlihat cuek saja kepadanya.

Sampai akhirnya tiba disuatu Resto, "Kak, pakai sepatunya!" Titah Rania. Kirana pun memakai sepatunya kembali, lalu ia jalan perlahan masuk kedalam Resto mengikuti Rania dan Fanya.

"Happy birthday!" Ucap Mama, lalu langsung cipika - cipiki dengan Kirana. Kirana baru menyadari kalau tadi ia diprank oleh kedua adiknya, sampai kakinya pegal dan lecet - lecet.

Kirana masuk kedalam Resto, dimeja tersebut sudah ada Andra dan juga keluarganya. Mereka semua mengucapkan selamat ulang tahun pada Kirana, lalu Kirana mencari kedua adiknya dan menjitak kepala mereka.

"Kaki Kakak sakit, tau ga!" Keluh Kirana dihadapan kedua adiknya.

"Maaf ya! Kakak kan lagi ulang tahun, ga boleh marah dong!" Ujar Rania.

"Iya, selamat Kakak masuk jebakan batman!" Ucap Fania sambil tertawa.

"Awas ya kalian! Pembalasan lebih kejam." Ancam Kirana dengan wajah menahan sakit karena lecet pada kakinya.

Andea dan keluarganya hanya tersenyum melihat kedekatan Kirana dengan kedua adiknya tersebut. Ini semua adalah ide kedua adik Kirana, mereka memang berniat mengerjai Sang Kakak, karena Kakaknya juga sering mengusili mereka.

Andra tak tega melihat Kirana yang terlihat lelah. Ia pun menghampirinya.

"Capek ya?" Tanya Andra.

"Ga usah ditanya, pastilah capek!" Ketus Kirana.

Andra sangat memahami Kirana yang lelah karena berjalan cukup jauh, makanya begitu sampai Resto, moodnya seolah hilang.

"Kado dari aku, yang udah aku janjiin kemarin ya! Nanti aku kasih setelah kita resmi menikah." Lirih Andra didekat telinga Kirana. Kirana tahu maksud Andra adalah satu unit mobil yang akan menjadi hadiah ulang tahunnya.