1 undangan

Setitik Rindu ..

VALENTINENA....

Pernahkan kalian merasa merindukan seseorang yang entah bagimana kabarnya...

Dan ini sedang aku rasakan hal itu. Hatiku kali ini sedang merasakan merindukan seseorang, saat aku menerima surat yang baru saja aku dapatkan dari pak pos. Yang ternyata adalah sebuah undangan yang sengaja dikirim oleh salah satu Alumni SMA dimana aku pernah terdaftar sebagi salah satu siwi disana dan mungkin itu sekitar 7nan tahun lalu...

Ini bukan pertama kali bagiku menerima undangan seperti ini, ya. Ini bukan kali pertama aku dapatkan. Hampir setiap tahun aku selalu mendapatkannya .

"masih aja dipandang terus itu undangan? Kalau mau dateng, dateng aja kali. Lagian ini udah kesekian kalinya itu undangan dateng" aku lihat mia menghampiriku membuatku mengalihkan perhatianku dari undangan ini

"aku gak tau, rasanya.."

"rasanya pengen dateng tapi takut gitu?" tanyanya. Yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala

"Nana... nana... " ujarnya sambil gelang-geleng kepala. Kuperhatianlkan temanku satu-satunya ini yang sekarang tengah duduk disebelah ku "Apa sih yang sebenarnya kamu takutkan?" nana menepuk bahuku, sambil memasang wajah sendu.

"Kamu tau kan alasanya? Jadi gak perlu tanya " ucapku putus asa

"Tapi, sayang itu udah lama dan aku rasa semua orang sudah lupa" ujar mia yang mencoba meyakinkanku

"kejadian itu udah lama waktu kita sama-sama SMA kelas dua bukan? Dan ini udah berapa tahun setelah kejadian itu" jelasnya " Sudah hampir 8 tahun lebih. Jadi semua orang pasti udah lupa dengan kejadian itu" sambungnya lagi

"ya, aku tau... Tapi bahkan sampai saat ini juga aku masuh inget kejadian itu dengan jelas, sumpah aku malu banget. Dan kami tau kan? Setelah kejadian itu apa yang terjadi semua anak-anak di kelasku memandangku dengan tatapan mereka yang bahkam samapi sekarang masih aku ingat dengan jelas " terang pada mia. Dia, satu-satunya sahabatku yang tau tentang semua kisah perjalanan hidupku

"Tapi itu bukan kamu, yang memulainya, tapi Dia yang membawamu dalam. masalah itu kan waktu itu? Dan dia juga yang membuat semua jadi seperti itu, tapi kenapa mereka semua seakan menggap kamu yang salah " terangnya.

"Karena mereka semua menganggap aku yang sengaja mengejar dan mencoba cari perhatian dia , kalau saja mereka tau yang sebenarnya siapa yang memulai, apa mereka akan berpikiran sama?" desahku pelan kala mengingat masa itu. Yang membuatku merasa sedih jika teringat lagi.

"udah lah... mungkin kali ini Ku akan sama seperti sebelumnya, tidak akan datang " keputusan yang aku ambil dan meletakan surat undangan itu bersama surat undangan yang lain. Didalam laci yang selalu aku kunci.

"terserah sih, tapi gue harepa kali ini loe datang. Sudah cukup loe sembunyi, dan tujukan pada mereka kalau VALENTINENA itu masih ada. Dan masih berdiri di bumi ini " Kata mia sebelum meninggalkan kamarku.

"asem loe mia " gerutu ku kesal Setelah melihat senek ku kini hanya tinggal bungkus nya saja. Padahal itu akan jadi teman lemburku malam ini. Tapi sudah sirna dimakan dugang itu.

Aku lupa perkenalkan namaku VALENTINENA usia ku 24tahun aku lahir tepat di hari kasih sayang, itu sebabnya mama papa ku memberi nama itu padaku.

Dan aku ini hanyalah karyawan bisa disebuah perusahan. Dan seperti yang aku katakan malam ini aku seharusnya lembur mengerjakan tugas kantor yang belum selesai dan terpaksa aku bawa ke kamar kos ku. Yang ukurannya 3x5 meter dengan fasilitas sederhana. Se buah tempat tidur, kamar mandi dan satu lemari tanpa ada yang namanya pendingin ruangan. Maklum kos-kosan murah apalagi dengan gaji ku yang harus aku cukup-cukupkan. Selain untuk membayar kamar kos dan makan ,aku harus menyisihkan sedikit gaji ku yang kecil ini untuk mengirim uang pada kedua orang tuaku yang ada di kampung.

Sebenarnya aku mendapatkan pekerjaan diperusahaan itu seperti sebuah keberuntungan. Bayangkan seja, aku ini Cuma lulusan SAM walau aku pernah mencicipi bangku kuliah walau itu hanya satu semester saja. Yang harus terhenti karena ke krisisan biaya. Jadi apa boleh buat nasip lebih kuat daripada keingingan

Walau aku penganut peribahasa ' tidak boleh kalah dengan nasip' tapi tetap saja harus jadi orang yang rasional dengan melihat keadaan yang ada bukan? Bisa makan sehari 3 kali saja udah syukur alhamdulillah...

Walaupun begitu aku, adalah tipe nekat, nekat pergi ninggalin orang tua di kampung demi telat merubah nasip di ibu kota yang lebih kejam dari ibu kos, yang telat bayar kos-kosan bakal nyap-nyap sampai kuping panas.

Nekat cari kerja berbekal ijasah SMA dengan nilai yang juga pas-pasan. Yang untungnya aku keterima mungkin karena hoki kali ya.

Beralih dari semua cerita itu semua. Malam ini otak ku yang pas-pasan ini harus terus dipaksa berkerja dengan keadaan perut kosong. Cacing di perut udah minta disisi, tapi tak ada lagi makanan di kamar ini yang tersisa karena dihabiskan mia, mau buat mei instan pun malas, karena harus keluar kos, soalnya setok mei dalam kamar udah abis. Padahal ini belum tanggal tua, tapi udah makan mei hampir tiap hari, dengan satu tujuan memini malis pengeluaran sedikit mungkin dari hal yang tidak terlalu penting. Terlebih lagi harus membagi uang tersebut dengan ongkos pulang pergi kantor yang sekali jalan 20.000 tinggal lakukan saja 40.000×30 hari. Jadi bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan hanya untuk sekali jalan dalam satu bulan, nominal yang cukup lumayan bukan?

Jam 00.36 aku masuh berkutat dengan laptop yang masih menyala. Untuk menyelesaikan pekerjaan yang rasanya gak selesai-selesai dari tadi. Ditambah mata udah 2,5 watt rasanya. Nyiksa banget! Apa lagi ini harus diserahkan pada petugas HRD yang terkenal kiler!

"Nana selesaikan ini... dengan cepat dan langsung tidur " Aku menyemangati diriku sendiri walau harus berjuang menahan kantuk hanya demi kerjaan ini selesai dan tepat waktu. Gak masalah besok bangun dengan wajah lusuh, mata panda yang akan terlihat jelas dibawah lipatan mata, tapi itu lebih baik dari pada harus kena semprot bukan?

Dan akhirnya pekerjaan ini selesai tepat pukul 02.00 pagi...

Keesokan paginya

"Nana bangun! Bangun!... " Aku kaget setengah mati saat suara Teriakan dan gedoran dari balik pintu kamar kos, dan gak dilihat siap yang teriak-teriak diluar aku udah tau kalau itu manusia perampas senek ku semalam

"Loe mau berangkat apa gak sih, ini udah hampir jam 7 lewat kutu!" Teriaknya yang membuat aku langsung loncat dari tempat tidur gak perduli nyawa belum ngumpul " aduh sial!" Umpatku ketika terjatuh akibat selimut yangjatuh ke lantai.

"Kamu gak papa, Nana? Apa ada yang terjadi di dalam?" Teriak mia yang pasti mendengar suara saat aku jatuh tadi. Memang suaranya cukup keras

"Belum apa-apa udah apes duluan " yang mencoba berdiri meskipun agak sedikit sakit. Aku yakini setelah ini pasti di lutut akan ada tanda menghitam yang muncul akibat terlalu keras jatuh. Dan dengan suara payah aku berjalan dengan kaki yang rasanya kini dan gemetar berjalan ke kamar mandi.

Satu lagi aku bukan tipe orang yang suka mandi terlalu lama, cukup 5 menit siap berangkat.

3 menit untuk mandi, silat gigi cuci muka, yang dua menit untuk ganti baju dan dadan seadanya. Cukup pakai pelmbab, beda tabur marcks, liplteen dan minyak wangi, cukup tanpa harus pakai fondation, dan tetek bengkenya, karena dasarnya aku bukan orang yang terlalu suka dandan dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin hanya untuk bisa terlihat sempurna.

Dan bahkan pertanyaan terbesar aku adalah sebenarnya waktu berjam-jam yang mereka gunakan untuk berhias diri dan berpenampilan sempurna itu untuk siapa?

Oke, lah. Kalau untuk suami sendiri, bagi yang punya suami. Yang setau aku itu memang diwajibkan kalau gak salah sih, tapi hanya untuk suaminya saja loh.

Tapi kalau yang belum bersuami sepertiku, mau buat apa? Mau buat para laki-laki diluar sana? Atau mau hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain dan pengakuan kalau dia cantik. Padahal kalau saja mereka tau jika semua wanita pada dasarnya memang cantik, dengan semua kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing .

"Aaahhhh...." mia menjerit ketika aku membuka pintu, aku rasa anak ini mulai kesambet karena kebanyakan nonton si koko tapi malem jadi pikirannya halu

"Ada apa sih, teriak segala emang gue jurig apa" kekehku

"Nana sayang, ada apa dengan wajahmu?" Tuturnya membuatku memegang wajahku. Aku rasa tidak ada yang salah dan tidak ada yang hilang. Mata tetap dua. Hidung satu denga dua lubang. Bibir ada, dagu ada terus apa yang salah??

"Jangan bilang semalam, kamu begadang lagi. Lihat under esys kamu (bawah mata) menghitam kayak panda gitu? Terus wajah kusam, kumel gitu" mia menujuk-nujuk bagian mana sajayang menurutnya tidak beres dari wajahku

"Udah lah, gak usah mikirin muka aku, sekarang kita harus berangkat. Kamu bilang hampir telatkan" aku coba mengubah pembicaraan. Kalau membiarkan dia terus bicara tetang wajah bisa-bisa gak selesai. Maklum mia itu salah satu dari segelintir wanita yang rela berjam-jam bertahan didepan cermin

Dan kalau terus meladeni bicara bisa-bisa bukan berangkat kerja, aku akan berakhir di depan peralatan make up nya. Dijadikan bahan uji coba. Dari beberapa produk kecantikan yang menurutku namanya aneh-aneh

Ada yang namanya contour, conseilr, primer, eyes sedow lah dan masih banyak lagi. Yang dihapal bisa buat kepala pusing

"Loe didalam ngapain sih, Nana sampek buyi gedubrakkkk gitu?" Tanyanya saat kami sedang menunggu Gilbas tau bahas pacar mia datang untuk mengantarkan kami ke kantor. Dan ini adalah salahsatu caraku untuk meminimalisir pengeluaran dengan cara dapat tumpangan gratis dari mia yang notabennya punya pacar taksi online. Lumayan ngirit 20rb.

"Aku tadi jatoh kerena ulah kamu yang gedor pintu kayak mau gerbek orang. Siapa yang gak kaget" ujarku, benar-benar kesal memang kalau memikirkan tentang hal itu. Bayangkan baru saja tidur beberapa jam dan lagi mimpi indah-indahnya ketemu pangeran tampan dipaksa bangun.

Tak berapa lama mobil Gilbas udah ada didepan pintu gerbang kosan.

"Hai, sacan" sapa babas pada mia

"Hai, juga sagan" balas mia. Yang tak kalah mesranya pada sang kekasih.

Jujur aja ini buat aku mual dengan gaya pacaran mereka yang kayak ABG baru beres! Sacan(sayang cantik), sagan( sayang ganteng) apaan coba! Daripada sacan kenapa gak sekalian setan. Dari pada sagan mending sagan enak bisa dimakan

"Mukanya gak usah mayun gitu Nana" kata mia "cari pacar sana biar ada yang perhatian " imbuhnya.

",apaan sih gak" sangkalku

"Jangan kelamaan sendiri Nana!" Tuturnya

"Apa jangan-jangan sampai sekarang kamu masih, mikirin dia? Cintamu yang gak pernah kamu ungkapkan, yang membuat kamu gak bisa membuka hati buat orang lain, karena masih mengharapkan dia. " kali ini kata-kata mia membuatku tak punya kalimat sanggahan yang pas untuk menghacurkan opininya. Karena mungkin apa yang dikatakan benar.

Bayangkan sampai usiaku yang 25 tahun belum pernah sama sekali pacaran dengan siapapun. Meskipun begitu aku punya seseorang yang sangat aku suka. Tapi.... tidak pernah aku katakan padanya.

Seseorang yang entah bagimana sekarang dia...

Seseorang yang tanpa aku sadari, membuat aku ragu untuk menerima kehadiran orang baru dalam hati ini...

Seseorang yang tanpa sadar membuatku masih berharap padanya, samapi selama ini....

"Mia kamu mau pacaran atau mau berangkat kerja " teriakku dari dalam mobil dengan wajah kesal.

Disentuh dadaku dengan tanganku. Kurasakan detak jantungku. " Kenapa aku gak bisa sedikitpun benar-benar mengubur dia didalam kegelapan hatiku terdalam " ucapku dalam hati.

----

Setibanya aku dan mia dikantor kami langsung sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing

"Nana, kamu dipanggil bagian HRD " salah satu karyawan menghampiriku. Saat aku hendak duduk

Aku sudah menduga hal ini. Baru saja sampai sudah dihadapkan dengan orang paling menyeramkan sekantor

"Permisi, apa pak Galih saya mau menyerahkan apa yang kemarin bapak tugaskan " kata ku sesopan dan seformal mungkin saat berhadapan dengannya. Dia adalah bagian HRD yang paling ditakuti. Walau sebenarnya wajahnya sama sekali gak ada kesan menakutkan ataupun menyeramkan. Sedikit informasi pak Galih itu baru 27 tahun. Status singel. Dengan perawakan yang bisa dibilang jauh dari kesan jelek. Kalau ada kadar penilaian ketampanan mungkin pak Galih itu 7 dari 10.

Kulihat dia tengah serius sekali membaca laporan yang aku berikan. Beberapa kali aku melihat garis keningnya tercetak jelas dan mimik wajahnya beubah-ubah. Membuatku berpikir apa ada yang salah.sampi dia seperti itu?

Kelekkk.. suara map yang dikatakannya diatas meja pun bisa aku dengar dengan jelas.

"Ya, tuhan jangan aura ini " jeritku dalam hati

"Jangan ada kesalahan, jangan buat aku kehilangan pekerjaan ini, tuhan " doaku dalam hati yang semakin kencang saat aku liat dia memandangku dengan tatapan intens. Rasnya kakiku lemas dan aku bisa pingsan kapan saja, kalau terlalu lama disini. Siapa yang mau coba lama-lama diruang HRD? Apa lagi HRD itu terkenal suka memberi surat pemecatan pada karyawannya.

"Kamu boleh pergi dan lanjutkan kerjamu" kata pak Galih, yang entah kenapa membuat nyawaku lepas dari badan. Membuatku senang dan sekaligus kesal. Bayangkan saja. Mengucapkan kalimat seperti itu saja samapi membuat orang takut setengah mati.

"Benar dah tu orang pengen gue getok kepalanya pakai sapu kali" gerutuku dalam hati.

"Baik pak" kataku sambil perlahan keluar ruangannya. Dan kala sudah berada diluar ruangannya rasanya benar-benar kesal.

Dengan langkah kesal. Aku kembali ke meja kesayanganku.

"Cie... Yang abis ketemu cogan kok malah keselgitu mukanya" goda mia

"Cogan sih, cogan tapi kalau sikapnya bikin jantungan dan bikin anak orang mau mati. Apa gunanya " kataku kesal. Sambil duduk di kursiku

"Gimana, didalam loe ngapain aja kok lama, jangan-jangan kalian..." kali ini Aldo ikut bicara.

"Apaan ini satu ikut-ikutan" ku lemparkan bolpoin ke meja Aldo yang jaraknya tidak terlalu jauh hanya berseberangan dan mungkin berjarak 1 meter.

"Gak kena" selorohnya, sambil mengulurkan lidahnya keluar, persis seperti anakkecil Saat busa menghindari serangan bolpoin dariku.

"Awas loe nanti Aldo "ancamku padanya. Yang justru dibalas kelakaran tawanya yang menyebalkan

Dan saat kami sedang bercanda tiba-tiba orang yang sedang kami bicarakan muncul. Membuat aku, Mia dan Aldo pura-pura sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Terlihat pak Galih mengamati kami satu persatu dari ujung matanya. Tatapan yang mampu membuat semua orang mati kutu

"Aje gile tuh HRD serem amat" celetuk Aldo kala pak Galih sudah tidak terlihat dari padangan mata kami bertiga

"kayak, berani aja loe. Paling baru ngeliat orangnya aja loe udah kabur nyet" cibiran yang diberikan mia pada Aldo yang sukanya berani ngomong di belakang. Tapi kalau udah ketemu orangnya langsung. Langsung diem dah tuh mulut. Bahkan kayak kebo yang dicocok idungnya.

"enak aja loe ngomong, gini-gini gue gak pernah takut sama tuh orang. Dalam kamus gue, gue Cuma takut sama dua hal didunia ini. Tuhan sama mak gue " bebernya . Aku dan mia hanya bisa mengut-mangut saja. Mendengarkan bualannya

Dan tak terasa jam istirahat pun kini sudah akan datang. Aku, mia dan aldo sudah sepakat untuk makan di kantin kantor bersama.

"buset dah ini kantin udah rame aja. Kayak pasar malem" celetuk Aldo kala melihat hampir ujung samapi ujung kantin penuh dengan orang-orang

"jadi…" tanyaku

"tenang aja, serahkan ini padaku, aku jamin kita akan dapet meja setelah ini " Kata mia percaya diri aku tidak tau apa yang ada didalam pikirannya sekarang

"silahkan buktikan pada kami apa yang bisa kau lakukan " tantang Aldo.

Aku dan Aldo hanya menjadi penonton penasaran apa yang akan di lakukan mia, agar kami bisa mendapatkan tempat duduk untuk hari ini. "kok perasaanku gak enak ya" bisikku pada Aldo. Saat melihat gelagat mia yang aneh apa lagi melihat dari caranya berjalan. Aku rasa akan terjadi sesuatu yang tidak beres pasti setelah ini

"Aku pun, punya pikiran yanh sama. Tapi kitalihat aja apa yang akan dia perbuat. Meskipun aku rasa ini adalah hal yang aneh nantinya " kali ini aku setuju dengan pemikiran Aldo.

Dan berapa menit kemudian aku dan Aldo benar-benar di buat tercengang dengan apa yang mia lakukan

"buset tu anak gak punya otak apa" celetuk Aldo. Dengan kepala yang menggeleng. Bagaimana tidak mengeluarkan umpatan seperti itu. Bahkan aku yang menyaksikannya ingin kabur rasanya dari tempat ini. Malu banget cuy. Apa lagi liat secara live gimana si mia bersikap gentar kayak cacing kepansan merayu seseorang yang tengah duduk sendirian.

Anjay bahasa tubuhnya itu buat gue yang cewek aja merasa geli sekaligus malu. Meskipun gue gak tau sih apa yang mereka obrolan. Tapi semakin diperhatikan lebih seksama lagi. Si cowok yang di goda mia nampaknya gak bermasalah, alias gak keberatan

Bahkan dari bahasa bibirnya sesora itu juga membalas setiap pertanyaan yang gak tau apa yang ditanyakan mia. Satu lagi. Yang harus kalian tau. Di sini baik aku maupun Aldo kami gak bisa liat dengan jelas wajah orang yang sedang mengobrol dengan mia.

Samapi pada akhirnya aku dan Aldo mendapatkan kode dari mia, kalau kita disuruh mendekat. Untuk beberapa detik kami saling melirik sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menghampiri mia yang sudah duduk terlebih dahulu bersama pria tadi.

"kenalkan ini sahabat-sahabat ku, ini Nana dan ini Aldo" mia sekarang sedang mempersilakan kami dengan pria yang ada Di hadapannya.

"Kamu gak keberatan kan kalau aku bawa mereka kesini. Abis nya kita gak dapat meja lagi" imbuh mia. Dan nampaknya pria itu sama sekali tidak keberatan dan terusik dengan kedatangan 2 orang asing di mejanya. Karena tak ada satu kalimat pun yang dia lontarkan

"kita cari tempat lain aja ya, kayaknya dia gak suka deh kita ada disini" aku berbisik pada mia. Bahkam Aldo yang biasanya ceplas-ceplos kayak petasan kawinan kali ini dia bisa diem kayak dikasih lem

"gak, perlu dia gak keberatan kok tadi aku dah ngobr sedikit banyak dengan dia. Jadi tenang aja jangan panik, jangan gugup biasa aja sayang " ucap mia. Sumpah aku heran kenapa ini anak bisa semakin dan setengah ini sih, sama orang yang modelnya gini pula. Udah kaca mata item layak tukang pijet. Jas nya item, kemeja item , dasi item jam tangan item , sepatu item mengkilat. Sabuk juga item, kaoskakinya juga item. Mirip kayak orang mau ke pemakaman serba item semua cuy

"tapi…."

"udah deh, loe mau kita makan apa gak? Ingat ya gue gak mau makan sambil berdiri. Itu gak boleh tau. Jadi sekarang cepet pesen makanan sebelum jam istirahat kita abis "ucap mia kesal padaku dan Aldo

"makasih ya ganteng udah bolehnin kita numaoamg mejamu. Tapi kali ini kita harus pergi dulu. Seneng deh bisa ketemu kamu" ucap mia dengan nada bicaranya yang selalu genit. Sedangkan aku ha ya bisa geleng-geleng tak percaya. Bagaimana mia bisa terlihat cukup akrab, dengan seseorang yang bahkan sejak kami datang sampai kami pergi selalu diam dan tak bicara .

Bahkan aku yang bisanya suka dengan yang namanya makanan bisa tiba-tiba saja tidak berselera saat melihat sikapnya yang tanpa ekspresi dan terkesan membisu.

Padahal waktu itu lagi benar-benar laper karena gak sarapan waktu berangkat. Dan sudah aku putuskan untuk makan banyak waktu istirahat .

Tapi.. bukanya makan banyak yang aku dapat. Justru rasa takut. Dan sekarang waktu makan siang selesai imbasnya cacing dalam perutku masih pada kelaparan minta makan …

avataravatar