14 14 Fara yang menyebalkan!

Keesokan harinya setelah sarapan bersama, Meta pulang bersama juga dengan kak Ellin. Aku berangkat ke sekolah seperti biasanya. Hari ini hari terakhir kami sebelum ujian semester. Lusa sudah waktunya bagi siswa SMA ini untuk berperang dengan berbagai soal ujian. Dan setelah ujian ini, kami telah memasuki semester 2. Dimana waktunya untuk lebih fokus lagi dalam menghadapi ujian nasional yang nantinya akan menentukan kelulusan kami.

" bagaimana persiapan kalian bertiga mengenai lombanya? ", tanya pak Zen selaku guru pembimbing kami dalam lomba karya tulis ilmiah ini.

" kami sudah hampir selesai membuatnya pak, dan sekarang tinggal bab 3 ", jawab Gerald.

" bagus sekali, ternyata kalian lebih cepat dari yang bapak kira ", pak Zen tersenyum pada kami.

" oh ya, ngomong-ngomong kalian mengambil tema apa untuk lomba ini? ", sambung pak Zen.

" pengaruh teknologi terhadap lingkungan pak ", jawab Fara to the point.

" terlihat menarik, boleh bapak liat hasilnya? ", pak Zen meminta kami memperlihatkan karya tulis ilmiah kami.

" ini pak ", Gerald menunjukkan laptop yang memang sudah dia bawa yang berisi karya ilmiah kita bertiga. Pak Zen meneliti karya yang kami buat.

" ini sudah bagus, kalian memang hebat. Tinggal bagian terakhir nanti bisa kalian kerjakan setelah semester agar tidak mengganggu ujian kalian ", pak Zen memuji hasil pengerjaan kami. Kami cukup puas dengan reaksi pak Zen. Dan kami cukup percaya diri dengan lomba ini.

" iya pak terimakasih banyak ", ucap Fara.

" baik, kalian bisa keluar ", pak Zen mempersilahkan kami keluar dari ruangannya. Setelah mendengar respon dari pak Zen kami menjadi lebih semangat lagi untuk segera menyelesaikan karya ilmiah ini.

" waahh gak nyangka banget ya karya ilmiah kita dapat pujian dari pak Zen ", ucap Fara bangga.

" kamu bener Ra, setelah ini kita bisa menyelesaikannya dan bisa langsung dikirim ke panitia lombanya ", kata Dave dengan semangat juga.

" heem, ini berkat Disha yang memilih topik yang menarik ge ", Fara memujiku.

" enggaklah! ini tuh hasil kerja sama kita bertiga. lagian belum tentu juga karya kita bakal lolos tahap seleksi ini Ra ", kataku.

" kalo itu gak usah dipikirin yang penting kita sudah melakukan yang terbaik dis! Ra! ", sahut Gerald.

Aku dan Fara sama-sama mengangguk, setuju dengan ucapan Gerald barusan. Memang benar terlepas dari apapun hasilnya nanti yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik. Dan dibalik itu kita bertiga bisa menjadi partner tim yang bisa bekerjasama dengan baik dan menyenangkan.

Sepulang sekolah nanti aku, Fara dan Gerald berniat menyelesaikan karya ilmiah kami hari ini juga. Kami tidak ingin punya tanggungan saat ujian semester nanti. Sekarang aku sedang duduk dikursi taman belakang sekolah. Setelah dari ruangannya pak Zen tadi Fara pamit entah kemana. Dan Gerald tentu saja bergabung dengan teman-teman sekelasnya. Duduk diam disini sendiri selalu saja membuat pikiranku teringat lagi dengan masalah dirumah.

" kak Disha! ", panggil seorang adik kelas yang aku tak tau namanya.

" iya? ", aku menatapnya.

" kakak dicariin kak Dave! ", katanya.

" aku? ", tanyaku padanya. Dia mengangguk.

" dicariin Dave? ", dia mengangguk lagi.

" dimana? ", tanyaku lagi.

" katanya suruh temuin di UKS kak! "

" UKS? Dave sakit? "

" enggh gak tau juga kak, pokoknya disuruh temuin kak Dave di UKS, gitu katanya "

" ohh yaudah makasih ya "

Setelahnya, adik kelasku itu pergi. Aku bingung kenapa Dave minta aku ketemu di UKS? apa Dave sakit? atau Fara? gak mungkin kalo Fara sakit. Baru beberapa menit yang lalu aku masih ngobrol dengannya. Terus siapa dong yang sakit? masa Dave? kalau memang benar Dave yang sakit kenapa pula minta bertemu dengan ku? sepanjang jalan ke UKS pertanyaan itu terus yang muncul dikepalaku.

Aku membuka pintu ruang UKS. Aku mencari sosok yang katanya ingin bertemu denganku. Tapi nihil, ruang UKS ini lengang, tak ada siapapun disini. Apa adik kelas itu salah dengar atau bagaimana? masa iya sih adik kelas berani ngerjain kakak kelasnya. Kok aku jadi sebel ya memikirkannya. Aku hendak pergi dari ruang UKS ini tapi tiba-tiba seseorang mebuka pintu UKS. Aku menoleh ke arah pintu.

" Adisha? lo baik-baik saja? ", Dave membuka pintu UKS dengan raut wajah panik. Aku bingung dengan pertanyaan Dave itu. Siapa juga yang kenapa-napa? Dari tadi memang aku baik-baik saja.

" Dave! katanya kamu tadi ingin menemuiku di UKS? "

" hah? ", Dave juga terlihat bingung.

" iya, tadi ada adik kelas yang bilang padaku kalo kamu ingin aku menemuimu di UKS, tapi pas aku kesini kamunya malah gak ada. Tau-tau kamu baru buka pintu tadi. Ada apa? ", Dave menghembuskan napas dalam.

" kita pasti dikerjain Fara dis! "

" hah? dikerjain? maksudnya? ", aku bingung dengan ucapan Dave. Fara ngerjain aku sama Dave? buat apa?

Dave tidak menjawab pertanyaanku, dia malah langsung pergi begitu saja.

" Dave! kamu mau kemana? ", tanyaku sambil berjalan mengikuti Dave.

" mau ke Fara dis! ", wajah Dave terlihat kesal.

" ada apa memangnya? ", aku masih belum mengerti apa yang terjadi. Dave diam saja tak menjawab pertanyaanku.

" Dave! tadi kamu katanya ingin menemuiku? ada apa? ", aku masih bertanya soal yang dibicarakan adik kelas tadi. Dave lagi-lagi diam tak menjawab pertanyaanku. Dia terus saja berjalan hingga sampai dikelas kami. Dave langsung menuju mejaku, eh-- lebih tepatnya ke Fara.

" Ra! Lo ngerjain gue ya? ", sergah Dave dengan wajah keselnya.

" dishanya baik-baik saja Dave? ", Fara bertanya ke Dave tapi sambil menahan tawa.

" aku memang baik-baik saja Ra ", sahutku.

" Lo tuh ya! awas aja lo kalo ngerjain gue kayak gitu lagi ", ancam Dave masih dengan wajah kesalnya.

" ini ada apa sih? ", aku masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.

" hmmmphh hmmphh ", Fara menahan tawanya. Tapi kemudian tertawa lepas.

" hahahaha jadi gini dis, tadi aku bilang ke Dave kalo kamu pingsan terus dibawa ke UKS deh! eh dianya panik terus buru-buru ingin menemuimu di UKS ", jelas Fara.

" hah? ", terlihat sekali wajah cengo ku.

" gak lucu tau Ra! ", sahut Dave.

" so sweet banget sih kalian. Dave perhatian banget tuh dis ke kamu ", Fara menggodaku dengan Dave.

" sebagai temen yang baik gue harus perhatianlah, masa denger temen gue pingsan gue biasa aja sih ", Dave membela diri. Temen ya? ya iyalah dis! Dave kan emang temen kamu! kalo saja Dave gak bilang kayak gitu mungkin hatiku bakal gak bisa ku kontrol deh.

" berarti adik kelas tadi juga kerjaan kamu Ra? ", tanyaku.

" hahaha iya dis ", kata Fara dengan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf 'v'. Aku menghela napas sebel.

" Dave! itu tadi adegan romantis tau! ", kata Fara menggoda Dave.

" romantis apaan, lu tuh bikin urat gue muncul semua ", Dave masih tak terima dengan ucapan Fara.

" salah lu sendiri tadi gangguin gue ", Fara menyalahkan Dave. Kalo udah gini, aku hanya bisa diam memperhatikan mereka berdua yang asik berdebat.

" bukan ganggu, itu namanya perhatian. Kalo gue gak kayak gitu ke elo, Lo pasti bandel deh "

" ya ya ya, serah lu aja deh, yang penting gue udah puas ngerjain Lo "

" kamu ngerjain Dave tapi kenapa aku juga ikut kena imbasnya Ra! ", kataku tak terima. Berarti tadi Fara emang berniat mau mengerjai Dave. Tapi kenapa dia membawa-bawa aku juga? kan aku jadi ikut sebel juga!

" haha kalo itu bonus aja dis! sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, kalo mau ngerjai Dave sudah pasti harus melibatkan kamu juga dis, biar tambah seru ", ucap Fara masih dengan wajah sumringah karna telah berhasil mengerjai targetnya.

" itu mah kamunya aja yang seneng Ra! ", ucapku masih sebel karna telah dikerjai Fara. Fara terus saja menertawakan kami berdua. Kapan sih Fara mau berhenti menggodaku dengan Dave? ini lama-lama bisa berbahaya buat kesehatan jantungku. hufft!

avataravatar
Next chapter