12 12 Bersama Dave

" non Disha! non, bangun non! ", tiba-tiba aku tersadar saat bibi membangunkan ku.

" bibi! ", Seketika aku langsung bangkit terduduk. Apa tadi itu mimpi? Apa benar kemarin kak Genta dan Fara datang ke kamarku? atau ini hanya mimpiku saja. Semalam aku terus kepikiran kak Genta, aku sedih melihatnya seperti itu. Aku menangis hingga tak tau kapan aku terlelap. Sampai-sampai kebawa mimpi. Mimpi yang sedih menurutku.

" non Disha kenapa? bibi lihat non Disha menangis saat tidur ", mendengar perkataan bibi, refleks aku menyentuh pipiku yang terasa basah. Mimpi itu nyata sekali bahkan aku sampai menangis dalam tidurku.

" disha cuma mimpi bi! "

" non Disha mimpinya sedih banget ya? sampai bisa nangis gitu ", tanya bibi khawatir.

" hehe iya bi sedih banget, Disha juga gak tau kenapa bisa sampai ngeluarin air mata gini "

" yasudah non tidak usah dipikirkan, toh itu cuma mimpi. Sebaiknya non Disha segera siap-siap berangkat sekolah non takutnya semakin telat nanti ", Aku mengangguk lalu bibi keluar dari kamar.

Jam berapa ini? Aku melihat jam beker diatas nakas.

Astaga!! sudah jam 6? gara-gara mimpi semalam aku jadi kesiangan bangun. Sampai-sampai bibi yang membangunkanku. Segera aku mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah.

Aku turun kebawah, sudah sepi. Sepertinya papa dan mama sudah berangkat kerja. Dan kemana kak Genta? apa dia juga sudah berangkat kuliah? setelah kejadian kemarin aku belum bertemy dengan kak Genta. Aku melihat ke arah meja makan, menimang-nimang akan sarapan atau tidak. Aku melihat jam tanganku. Sudah tidak sempat untuk sarapan hari ini. Aku harus segera berangkat sebelum gerbang sekolah ditutup. Berharap masih ada angkot yang lewat. Aku menunggu sekitar 15 menit akhirnya ada angkot yang lewat. Angkot itu segera melesat ke tempat yang aku tuju, sekolah. Diperjalanan aku terus berdoa agar gerbang sekolah tidak ditutup. Dan harapanku pupus saat angkot berhenti tepat didepan sekolah. Pak Budi baru saja selesai menutup gerbangnya. Pak Budi ini adalah penjaga disekolah ini alias satpam disekolah ini. Aku menarik napas panjang semoga pak Budi berbaik hati membukakan gerbangnya. Awalnya pak Budi enggan membukanya tapi setelah berbagai negoisasi akhirnya pak Budi luluh untuk membuka gerbangnya. Syukurlah!!

Sekarang tinggal rintangan terakhir. Diluar sekolah sudah sepi, semua sudah masuk kelas masing-masing. Aku harap-harap cemas akan memasuki kelasku, mengingat saat ini waktunya kelas Miss Jenny, kelas bahasa Inggris. Waktu itu saat aku telat, Miss Jenny bisa memaklumiku. Entah kalau sekarang. Dan Dewi keberuntungan tidak memihakku. Padahal aku sudah menahan malu saat memasuki kelas. Tapi tanpa segan Miss Jenny menyuruhku menunggu diluar kelas sampai istirahat. Hufft!! sial sekali nasibku kali ini.

" dis! ", aku menoleh ke sumber suara.

" Dave! kenapa kamu disini? ", aku heran melihat Dave tiba-tiba ada disampingku.

" jangan bilang kalau kamu dikeluarkan juga? ", sambungku lagi.

" hehe Lo bener dis gue dikeluarin dari kelas "

" kenapa? "

" yahh biasalah, gak ngerjain tugasnya Miss Jenny ", jawab Dave enteng.

" ohhh pantes! ", hanya itu jawabanku. Jangan harap bisa mengikuti kelasnya Miss Jenny saat kalian tidak mengerjakan tugasnya ataupun datang terlambat. Miss Jenny itu benar-benar guru killer disini. Ini kedua kalinya aku dikeluarkan dari kelas dan itu selalu bersama Dave. Setelah diam beberapa saat, Dave bertanya padaku...

" Lo sendiri, kenapa bisa telat sih dis, gak biasanya Lo telat gini "

" hufft! aku telat bangun dave! ", jawabku singkat.

" kenapa bisa bangun telat? Lo gak masang alarm buat bangunin Lo "

Aku bingung mau jawab apa. Apa aku menceritakan saja kejadian kemarin dan mimpi yang aku alami? Aku menimbang-nimbang. Dan akhirnya aku memutuskan menceritakannya. Tapi tidak di bagian cerita kak Genta yang bertengkar dengan mama dan papa. Kemudian mengalirkan cerita itu...

" ....mimpi yang aneh bukan? ", kataku pada akhirnya.

" gak usah Lo pikirin dis! itu cuma mimpi doang, Lo gak usah mikir macem-macem ", Kata Dave menenangkan. Terkadang Dave bisa bijaksana dan bersikap dewasa juga ya! kalau saja dia mau, Dave pasti juga bisa populer kayak Gerald. Tapi belum tentu juga aku bisa berteman dengannya kalo Dave se populer itu disekolah ini. Berkat Fara juga aku bisa punya teman laki-laki yang dekat denganku.

" iya kamu bener Dave! ", kataku pada akhirnya. Setelah pembicaraan itu, tidak ada yang bicara. Kami sama-sama diam dan suasana menjadi awkward. Lalu tiba-tiba saja....

Astaga!! ini cacing diperut kenapa gak kompromi dulu sih kalo mau bersuara. Aku teringat tadi aku belum sempat sarapan. Tapi kenapa harus bersuara disaat seperti ini sih. Memalukan!! Semoga Dave tidak mendengarnya!!

Aku melirik ke arah Dave sekilas. Sepertinya Dave biasa saja. Mungkin dia tidak mendengar bunyi diperutku.

" Dave! setelah lulus kamu mau kuliah jurusan apa? ", tanyaku mencoba mengalihkan perhatian Dave agar tidak mendengar suara perutku itu.

" eh! kalo menurut lo, gue harus ngambil jurusan apa? ", Dave malah meminta pendapatku.

" kok kamu malah tanya ke aku sih Dave! kan kamu sendiri yang menjalani "

" iya,, gue pengen denger pendapat Lo dulu "

" emmm gimana ya, aku gak tau juga sih sebenarnya. Yang jelas kamu harus mendengarkan kata hatimu Dave! ", Dave manggut-manggut.

" kalo Lo sendiri gimana? ", tanya Dave.

" eh! aku...aku masih bingung Dave ", aku menatap lurus ke depan.

" Hihihi padahal aku baru saja bilang ke kamu harus menuruti kata hati. Tapi malah aku sendiri yang bingung ", lanjutku. Deve diam saja.

" kamu tau kalo Fara mau ngambil jurusan kedokteran dave? ", aku menoleh kearahnya dan bertanya. Dave sedikit terkejut saat aku menoleh. Apa aku ke PD an kalo aku bilang Dave barusaja menatapku?

" eh! iya gue tau Fara mau ngambil jurusan kedokteran, Lo lupa ya, kalo gue ini udah temenan sama Fara sejak dia masih bayi? gimana gue gak tau coba! ", aku tertawa mendengar kalimat Dave.

" haha bener juga katamu, gak mungkin kalo kamu gak tau "

Jam Miss Jenny hampir selesai, itu artinya sudah waktunya istirahat. Dan selama itu pula aku dan Dave berada disini. Bel terdengar nyaring mengintruksikan seluruh siswa untuk istirahat setelah pembelajaran.

" ayoo!! ", ajak dave dan dia bangkit dari duduknya.

" kemana? ", tanyaku lalu akupun berdiri juga. Tanpa aba-aba Dave melingkarkan tangannya dipundakku seperti yang biasanya dilakukan ke Fara. Ini pertama kalinya Dave seperti ini padaku. Aku bingung harus bagaimana.

" ke kantin lah! emang Lo gak laper apa? gue aja laper ", Dave santai sekali membawaku pergi ke kantin dengan posisi tangannya masih sama. Mungkin saja dia menganggap ku sudah seperti Fara. Aku mencoba biasa saja diperlakukan Dave seperti ini. Tapi sepanjang jalan ke kantin juga, aku tetap diam. Agak canggung juga sih sebenarnya, mengingat Dave tidak pernah seperti ini padaku.

avataravatar
Next chapter