1 Alya Az-Zahra

Aku hanyalah perempuan biasa, yang terlahir dari keluarga sederhana. M. Reza Al Ghifari, itu lah ayahku, dia hanya seorang pegawai kantoran biasa, dan Aisyah Humaira, Dialah ibuku, seorang perempuan yang selalu ada untukku, kesehariannya adalah mengurus rumah tangga. Aku anak ke tiga dari tiga bersaudara. M. Rasya Al Ghifari, itu adalah nama kakak laki lakiku, dia seorang yang cerdas tampan, dia sudah berkeluarga dan telah dikaruniai seorang anak laki laki yang sangat tampan. Dia adalah seorang dokter di rumah sakit swasta milik pamanku. Putri Salma Al Ghifari, ya.. dia adalah anak kedua dari orang tuaku, lebih tepatnya ya kakak perempuanku, dia cantik ramah sopan sholehah, idaman banget deh buat kaum adam. Dia masih sendiri, banyak sih laki laki yang mau padanya tapi entah mengapa dia selalu menghindar dengan laki laki itu, katanya sih belum ada yang cocok. Dia juga masih fokus dalam karir butik nya, ya memang dari kecil dia sudah menyukai desain.

Dan Alya Az Zahra Al Ghifari . Ya itu namaku, nama yang sangat indah bagiku. Aku biasa dipanggil ara oleh keluargaku. Akan tetapi di lingkungan sekolah aku biasa di panggil Alya. Aku tidaklah seperti kakak kakakku yang lainnya. Aku tak sepandai kak Rasya, dan aku pun tak secantik dan seshalihah kak salma. Ya... aku pun tak tahu kenapa aku seperti ini. Tak memiliki keistimewaan apapun.

Sekarang ini aku duduk di bangku MA salafiyyah bekasi. Jika kalian bertanya, apakah aku mempunyai banyak teman.?

Tentu saja tidak.

Karena aku termasuk tipe orang yang sulit bergaul. Bahkan di MA ini aku hanya mempunyai 4 orang sahabat. Yang selalu ada dalam keadaan apapun.

Semua teman sih ramah padaku, tapi entah aku hanya nyaman pada 4 orang itu, yaitu Nurul Baiti, Safitri Rania, Nahla Ar Rasyid, dan Farkha Aulia.

Merekalah yang selalu ada untukku, bahkan mereka sudah aku anggap seperti saudara sendiri.

Aku sangat bersyukur, Allah begitu baik padaku. Allah telah menitipkan orang orang yang tulus menyayangi ku. 

***

"Umi, Abi ,kak Putri, Alya berangkat dulu ya," pamitku sambil meneguk segelas susu di atas meja.

"Loh, kok gak sarapan dulu ra, nanti kamu sakit," ujar ummi.

"Nggak papa mi, nanti bisa makan di kantin , ini Ara udah telat, assalamualaikum," pamit ku kepada keluargaku.

Aku lupa jika hari ini ada kelas tambahan, duh kan gara gara tadi malem mimpinya nikah sama Gus jadi kesiangan kayak gini deh.

Lagian siapa suruh sih Gus seenaknya masuk dalam mimpiku.

"Huh... Sebel sendiri kan hm," gerutu ku.

Kulirik arloji yang melingkar di tangan, waktu menunjukkan pukul 7.45.

Astaghfirullah... Semoga ustadzahnya belum masuk.

Aku segera melesat menuju sekolahku dengan sepeda motor kesayangku. Aku melaju dengan kecepatan yang amat tinggi. Aku tak mempedulikan keadaan sekitar, terutama jalanan yang cukup ramai ini. Yang ada dipikiranku saat ini adalah, semoga tidak terlambat kelas tambahan ini.

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga,"

Aku melihat sekeliling sekolahku, terlihat masih sepi. Semoga jam tambahannya belum dimuali. Aku bergegas menuju ke kelasku. Tapi tunggu, langkahku kian melambat, aku melihat kelasku sudah tertutup dan hening tanpa adanya suara. Dengan mental seadanya aku mencoba mengetuk pintu kelas.

Bismillah, semoga tidak ada hal yang tidak diinginkan.

"Tok..tok.."

"Assalamualaikum,maaf dzah saya telat," ucapku menunduk menahan malu.

Aku merasa ada yang aneh, kenapa setelah aku mengucapkan kalimat itu, terdengar suara seperti tawa yang mentertawakanku, hmm. Kurasa tak ada yang salah, aku memakai seragam yang sesuai. Terus tadi aku juga meminta maaf kepada Ustadzah karena masuknya terlambat. Ini ada apa sih,. Sungguh situasi yang tidak aku suka.

Aku hanya menunduk,menahan semua rasa aneh ini. eh.. tapi kok ada yang beda dengan ustadzah muna, kok tumben ustadzah muna nggak pakai rok sih, malah pakek celana. Karena rasa penasaranku, aku mencoba mengangkat kepala ku dan, Astaghfirullah... Aku malu...

Ummii, Abi.. kak Putri, siapapun itu Alya malu..

" Emmm.. maaf ustadz, saya kira tadi ustadzah muna yang ngajar," pintaku dengan menahan malu.

" Iya tak apa, silahkan duduk di tempat mu," jawabnya.

" Na'am ustadz,"

Aku langsung menuju ke tempat dudukku, disana terlihat ke empat sahabatku yang menyeringai kemenangan. Sungguh demi apapun aku malu. Selama pelajaran tambahan ini berlangsung, aku hanya menunduk. Entah mungkin karena masih merasa malu ataupun apa. Sejujurnya aku merasa risih pada semua laki-laki, kecuali keluargaku sendiri. Dan mungkin dengan tak melihat ke arah depan itu akan lebih menenangkan perasaanku.

"Al, jangan nunduk terus napa.! Papan tulisannya ada di depan, bukan di bawah." bisik baiti

"Iya, aku tau itu. Tapi kamu tau sendiri kan, aku tu paling risih kalau ada laki-laki, ya bukan risih sih, tapi.. ya paham lah" jawabku

"Iya aku paham Al, tapi sampai kapan kamu seperti ini terus"

"Aku juga tak tau ti,..." Jawabku terputus

"Itu yang di belakang kenapa ribut sendiri. Kamu yang datangnya telat tadi, cepat maju kedepan !" Seru seseorang.

"Maaf saya tadz?" Jawabku penuh ketakutan

"Iya, kamu yang tadi berangkatnya telat. Ayo maju ke depan. !" Serunya kembali

"I.. iya. Tadz" jawabku terbata

Dengan mental seadanya, aku melangkahkan kakiku menuju ke depan kelas. Sungguh aku belum pernah merasakan seperti ini. Ke empat sahabatku menatap dengan penuh iba, terutama Baiti. Ia sangat merasa bersalah, karena dia yang pertama kali mengajakku untuk berbincang. Tapi, ini tak sepenuhnya salah dia, wajarlah dia bicara seperti itu, niatnya kan hanya menasihati aku.

Saat ini aku masih mematung di depan kelas. Semua temanku menatap heran. Mungkin karena ini pertama kali aku di hukum. Sejujurnya aku sangat tak menyukai ustadz ini, entah kenapa jutek dan kasar banget jadi orang.

" Jangan nunduk terus, di bawah nggak ada uang" serunya

"I..i..ya maaf tadz" jawabku terbata

"Siapa namamu.?, Aku akan mencatatnya, agar kamu tak mengulangi kesalahan yang sama" tegasnya

"Nama saya.. Alya Az-Zahra Al Ghifari, tadz"

"Oke, Ara. Sebagai hukumannya kamu harus salawatan di depan sini. Terserah mau salawat apa aja"

" Tapi.. tadz" sanggahku

"Tak ada tapi tapian, "

Entah apa yang aku rasakan saat ini, semua badanku menggigil, pening dan semua sulit diutarakan. Semua orang menatapku dengan penuh iba. Aku mencoba mengumpulkan semua mentalku, semua kekuatanku. Bismillah, aku harus bisa.! Aku mulai melantunkan salawat kesukaanku, saat ini aku melantunkan salawat ya asyiqol. Semua orang menatapku tak percaya, semua ikut larut dalam alunan yang aku bawakan.

Saat ini aku hanya ingin menyelesaikan salawat ini, aku sudah tak tahan lagi menahan gejolak dalam diri. Kepalaku semakin pening, badanku pun semakin menggigil. Penglihatan ku mulai buram, dan entah aku tak lagi mengingat semuanya.

avataravatar