1 Bab 1

Suara tangis mengiringi perjalanan ku, ya yang menangis adalah ibuku. Dari seminggu yang lalu dimana rumah ku kedatangan seorang pria setengah baya entahlah aku juga tidak tahu siapa dia. Yang ku tahu setelah pria itu pergi, ibuku langsung menangis dan ketika ku tanya hanya isakan yang keluar dari bibirnya.

Saat ini aku berada di Bandara Soekarno-Hatta, hal yang mengejutkan adalah aku akan pergi ke Alaska. Rasanya ingin pingsan, bagaimana mungkin cewek kampung seperti ku mendapat kesempatan ke luar negeri dan semua fasilitas ditanggung seseorang bahkan tidak tanggung - tanggung semua fasilitasnya VVIP. Tak lama terdengar suara pengeras yang mengatakan pesawat ku akan take off dalam 10 menit lagi dan semua penumpang disuruh bersiap - siap. Ku tatap ibuku yang masih berdiam diri tanpa kata, ku dekati dan ku peluk.

" Ibu, jangan bersedih. Kalau ibu bersedih itu akan membuat ku tidak tenang di sana, bukan kah ibu yang bilang bahwa aku harus ikut paman Thomas " bisik ku pelan.

" Maaf kan ibu nak, selama 20 tahun ibu merawat, membesarkan mu, tapi lihat mereka mengambil mu dengan paksa " isak ibu ku.

" huft.....setelah disana dan menuruti kemauan ayah aku akan membujuk ayah agar mengijinkan ibu bisa menyusul ke alaska " sahut ku menyemangati.

" Nirina ayo kita sudah harus masuk ke pesawat " sahut seorang laki - laki yang ku ketahui bernama Thomas, ya paman Thomas yang kata ibu adalah adik ayah ku.

ku peluk ibu ku dengan erat menyalurkan semangat kepada ibu juga sebagai salam perpisahan, lalu menyusul paman Thomas.

Di dalam pesawat berfasilitas VVIP tak ada yang membuatku senang, yang ku lakukan hanyalah tidur, makan ketika ada seorang pramugari yang memberi makanan yang aku minta dan melamun.

Oiya kita belum berkenalan ya, nama ku adalah Nirina Astuti, umurku 20 tahun, kata orang aku ini keturuna bule. Ya banyak orang di lingkunganku yang bilang kalau aku ini anak yang mungkin dibuang keluarga bule ku. Begitulah kata mereka, tapi setiap aku tanyakan pada ibu ku, beliau bilang bahwa aku memang anaknya. Bahkan tanpa sepengetahuan ibu pernah ku tes DNA dan kalian tahu, hasilnya positif. Aku memang anak dari Sri Astuti ya itu nama ibu ku. Tapi ibu tak pernah cerita siapa ayah ku, beliau hanya bilang bahwa ayah ku memang bule, ya bule brengsek yang menikahi dan menidurinya sebentar kemudian meninggalkan ibuku dalam kondisi hamil. Ah....mendengar cerita ibu ada beberapa yang sengaja di sembunyikan. Apakah setelah di Alaska semua pertanyaan dalam otak ku ini akan terjawab, memikirkannya membuat ku tertidur.

Ternyata perjalanan ke Alaska sungguh melelahkan, bahkan harus transit di beberapa negara. Ku lihat paman Thomas selalu tenang, ah mungkin dia sering berpergian jauh makanya tak merasa capek. Bolehkah ku berharap ada pintu doraemon yang sekali buka langsung ke tempat yang dituju, sumpah badanku capek, letih walaupun ku akui di pesawat makanannya enak - enak.

ku buka mata ini hal pertama yang ku lihat adalah disekitar ku banyak pohon - pohon besar dan kenapa gelap, dimana aku bukannya tadi aku masih di pesawat. Ku langkah kan kaki ini menelusuri pohon - pohon besar, suasana yang gelap membuat bulu kudu ku berdiri, entah hanya perasaan ku saja atau memang ada sepasang mata yang mengawasi ku dari tadi. Sambil berjalan ku rapalkan doa kepada tuhan, tak lama terdengar suara geraman. " Oh tuhan, lindungilah hambamu ini, hamba tahu hamba jarang bersyukur " batin hati ku. Geraman itu semakin jelas dan keluarlah seekor serigala berwarna putih bercampur hitam dengan mata berwarna hijau yang mampu melihatnya antara keganasan juga kesejukan bagai ladang hijau yang menenangkan. Sempat ku terpesona dengan serigala itu, serigala itu berjalan dengan santai menuju ke tempat ku berdiri. Ingin berlari, tapi kenapa kaki ku terasa berat " oh tuhan kenapa dengan kaki ku, kenapa tidak mau bergerak, aku masih ingin hidup dan membahagiakan ibuku " batin hatiku yang mulai terusik. Kalian pasti tidak akan percaya kalo serigala itu sangat besar, mungkin besarnya 10x lebih dari anjing atau sebesar gajah tidak - tidak sebesar mammoth( hewan purba nenek moyang gajah) ya sebesar mammoth. Serigala itu dengan pelan menghampiri ku, tak bisa ku bendung rasa takut bercampur dengan isakan tangis mulai muncul dan entah dalam hati bila ini adalah akhir hidup. Tak terjadi apa - apa yang ku rasakan ada hembusan nafas hangat, jilatan di wajah dan sebuah bisikan " mate mate mate ".

avataravatar
Next chapter