webnovel

"Maaf mengganggu ketenanganmu"

Hari ini Clenoa Li memakai celana jeans yang tampak kolot dan kemeja biru tua yang warnanya sudah pudar menjadi keputih putihan. Rambut panjangnya yang berwarna gersang matahari disanggul rapi hingga tak ada satu helai rambutpun yang mengganggu matanya melihat. Ya pokoknya, suka suka Cleona aja.

Clenoa singgah di warung kecil untuk mengisi bensin motor matic kesayangannya, ya meskipun motor itu tampak tua setua pakaian yang ia pakai. Jarak warung dengan jalan raya cukup jauh. Dihalaman depan warung, anak pemilik warung yang berumur sekitar 5 tahun sedang bermain api yang di buat ibunya, sedangkan ibunya sendiri sedang menyapu daun tua di halaman warung tersebut.

"Permisi bu" Sapa Clenoa "Isi bensin"

Ibu itu menghentikan aktivitasnya dan segera mengambil bensin untuk Clenoa, namun anaknya yang nakal terus saja mengikuti ibunya sampai ibunya tidak sengaja menumpahkan sedikit bensin di badan si anak.

"Jauh2 nak, mama lagi isi bensin kakak itu dulu" usir ibu itu dengan lembut seraya menuangkan isi bensin ke dalam jok motor Clenoa. Ia kemudian membayar dengan uang 50 ribu. Sambil menunggu kembalian Clenoa menghidupkan motor. Ketika melihat di kaca spion, anak bandel itu terlihat sedang mendekati api lalu memukul2 api itu seperti sebelumnya. Clenoa menuadari sesuatu, pakaian si anak bahkan masih belum kering dari percikan api, pasti setelah ini tubuh kecilnya itu akan terbakar habis.

"Ini kembaliannya" ucap ibu itu.

Clenoa mengambil uang itu, tepat saat itu juga, ia mendengar anak tadi berteriak kesakitan dengan pilu. Clenoa dan si ibu meliriknya, pakaian anak itu terbakar habis, ia berteriak, menangis dan meronta2 akibat kepanasan. Karena merasa sangat sakit anak itu menabrak ken bensin hingga tumpah ruah diseluruh badannya. Semua terjadi begitu cepat, anak itu terbakar habis, akibat dari kebandelannya. Si ibu berteriak panik, semua orang mulai heboh, bahkan para wartawan berdatangan.

Clenoa berpikir tidak ada yang istimewa, jadi dia segera melajukan motornya dan pergi dari sana.

Setiba di kampus, Clenoa langsung menuju ruangan kelasnya.

"Hallo... " sapa seorang gadis bergaya feminim "Kenalin, Aku Clara! "

"Clenoa" kawab Clenoa acuh tak acuh seraya duduk dikursi.

Clara kemudian duduk disebelah Clenoa "Baru liat, anak pindahan ya? "

Clenoa mengangguk

"Dari kampus mana? "

Clenoa tersenyum tipis, tak ingin menjawab.

"Hei, Clara... " seseorang Menyapa Clara di saat yang tepat.

"Lukas... "

"kamu tau gak, ada berita hangat" ucap Lukas antusias seraya duduk diatas meja.

"Apaan tuh... "

"waktu aku dijalan tadi, ada anak yang tubuhnya terbakar api, sumpah Ra, badannya hangus total udah kaya arang."

Clara terbelalak "kok bisa? "

"Ia, warga bilang gara2 ibunya gak sengaja numpahin bensin ke badan tu anak waktu ngisi bensin orang, tu ibu ceroboh sih, udah tau anaknya lagi main api"

"Ya mana ibunya sengaja, kamu ini" tuding clara

"Tapi Ra, yang paling heboh itu, si pengisi bensin tadi"

"Memangnya dia kenapa?"

"Dia malah kabur. Setelah ngeliat tu anak terbakar, ia pergi gitu aja tanpa ada sedikitpun empati atau rasa bersalah"

Clara mengerutkan kening merasa heran.

"Aku pikir dia memang tidak bersalah, dia hanya tidak ikut campur dengan masalah orang lain" sahut Clenoa tiba2. Lukas terkejut melihatnya. Ia menatap Clenoa dengan heran namun tajam.

"Dia siapa Ra? " tanya nya pada Clara.

"Oh ya ampun aku sampe lupa. Kenalin ini Clenoa, murid pindahan. Clenoa, kenalin ini Lukas sahabat aku" Clenoa dan Lukas bersalaman, namun tak menghapus tatapan aneh dari Lukas.

Clara adalah orang yang ramah, baik, dan sopan. Sejak pertama ia bertemu dengan Clenoa, dia selalu bersama2 dengannya kemanapun, ya meskipun dia lebih banyak berbicara dengan Lukas. Clenoa sengaja memilih tidak ikut campur lagi, tak ingin diberi tatapan aneh untuk kedua kalinya.

Sebenarnya Clenoa ingin dibiarkan sendiri, ia lebih suka sendiri menikmati hari harinya yang damai. Lagian sekalipun bersama orang lain, pikirannya melayang layang kedunianya sendiri.

Seperti saat ini, ketika mereka sudah di perpustakaan. Clenoa cukup terpana karna perpustakaan ini sangat luas dengan susunan buku yang klasik, orang baru bisa tersesat disini. Clenoa menjauh dari Lukas dan Clara untuk menyendiri. Ia berjalan zig zag, sengaja menyesatkan diri, mencari tempat tersepi dengan menemukan ujung dari perpustakaan ini.

Setiba di dipenghujung perpustakaan yang sangat sepi, kosong dan berdebu, Clenoa justru menemukan sebuah pintu. Clara dan Lukas beserta alunan musik klasik dipusat perpustakaan juga tidak lagi terdengar. Clenoa pikir, didalam itu adalah tempat paling baik untuk menyendiri. Karena pintu itu tidak dikunci, Clenoa dapat dengan mudah masuk kesana. Ternyata dibalik pintu itu ada tangga turun ke bawah, seingat Clenoa, perpustakaan ada dilantai pertama, jadi jika ada tangga lagi menuju ke bawah, maka ruangan itu seharusnya disebut basement.

Clenoa turun ke bawah tanpa pencahayaan, hanya lorong panjang yang berakhir ke sebuah pintu yang terkunci dari dalam. Ia mengintip lewat lubang kunci, ada sebuah lilin diatas meja yang menjadi satu satunya cahaya didalam sana. Clenoa melihat seorang dosen yang diikat dengan tali diatas kursi, berlumuran darah, dan memancarkan aura pilu dari matanya, dia masih hidup. Namun ternyata disana ada seseorang yang lain, yang tidak terlihat wajahnya, sedang memegang pisau, tampaknya ia hendak menusuk mata sang dosen dengan ujung pisau itu. Baiklah, cukup sampai disini, Clenoa tidak ingin mengganggu siapapun, karena iapun tak suka diganggu.

Jadi sebagai seorang pecinta ketenangan yang tahu diri, Clenoa harus pergi dari sana dan mencari tempat aman lainnya.

Clenoa baru saja hendak berbalik badan ketika pintu itu terbuka dan seseorang yang tidak terlihat wajahnya keluar dari sana. Ia lebih tinggi dari Clenoa meskipun Clenoa sebenarnya memang tinggi. Clenoa dapat merasakan orang itu menatapnya dengan terkejut dan cukup menguasai diri untuk bersikap tenang. Meskipun wajahnya terlihat samar, kilauan pisau tajam di tangannya terlihat jelas oleh Clenoa.

Mereka sama sama diam, saling menatap siluet satu sama lain, orang itu tampak siaga, begitu pula dengan Clenoa, ia menunggu apa yang akan orang itu lakukan seraya mengeluarkan aura dingin kepadanya, mencoba menciutkan nyali orang itu melalui kekuatan pikiran.

Perlahan orang itu menggerakkan tangannya, oh sepertinya efek telepati Clenoa bekerja, karena orang itu hendak mencelakai Clenoa dengan cara yang tenang, artinya orang itu bertindak dibawah kendali dan tidak gegabah. Clenoa tau orang itu ingin menusuknya diam-diam. Pisau itu semakin dekat dengan Clenoa, mengingat jarak mereka yang memang dekat.

Clenoa tersenyum manis tepat ketika ia memutar tangan orang itu dan membelokkan pisau itu kearah perutnya.

Semua itu terjadi begitu cepat, orang itu tak sempat membela diri bahkan terkejut pun tak sempat.

Ketika ia mendapatkan kesadarannya ia hendak membalas tanpa menyadari posisi pisau yang masih mengarah ke perutnya.

"Jangan mendekat" bisik Clenoa lembut "Pisau ini pelan2 akan masuk keperutmu jika kamu maju selangkahpun" Clenoa memperingati "Jika ingin menyerang seseorang, buang jauh2 emosi yang membuat pengendalian dirimu sedikit kacau"

Orang itu hanya mendengus kesal, disisi lain ia khawatir akan dibunuh oleh Clenoa.

Namun yang terjadi diluar dugaan, Clenoa malah menarik pisau itu seraya merapikan baju orang itu yang berantakan karenanya.

Setelah itu Clenoa dengan tenang membersihkan gagang pisau dengan tisu lalu mengembalikan pisau itu kepada orang tadi.

Dia menerima semua itu dengan penuh tanya. Tampaknya sekarang ia sudah menguasai diri, hanya saja ia menyadari bahwa wanita didepannya ini tidak ingin membunuhnya, meskipun begitu, masih ada kemungkinan kalau wanita angkuh ini akan melaporkannya pada polisi. Jadi ia tetap harus mempersiapkan langkah tepat untuk menutup mulut wanita itu.

"Aku tidak bermaksud mengganggumu, apalagi ikut campur dengan apapun yang kamu lakukan, jadi tolong, jangan pernah menggangguku juga. Jika tadi aku tak sengaja mengusik ketenangan mu, maka maafkan aku"

Clenoa membungkuk, kemudian menambalkan tissu yang baru di perut orang itu yang terluka karenanya tadi

"Permisi" Clenoa pamit seraya berbalik badan "Dan berhenti menyusun rencana2 buruk di otakmu"

Clenoa berjalan dengan tenang meninggalkan orang itu dalam diam.

Setiba di perpustakaan kembali, Clenoa menutup pintu itu, lalu mengelap gagang pintu dengan tisu.

Diruang kelas Clara sedang memarahi Lukas karena membuatnya asik memilih buku sampai melupakan Clenoa, sehingga Clenoa pun menghilang dan mereka berdua panik.

"Clara!" panggil Clenoa

Clara tampak terkejut, begitu juga dengan Lukas.

"Kamu dari mana aja, kami cariin"

"Aku di pojok perpustakaan, disana ada buku yang menarik"

Clara mengerutkan kening "Kenapa tidak jawab ketika kami panggil"

"Clenoa, jangan masuk terlalu dalam ke perpustakaan itu, ada rumor yang bilang pojok perpustakaan itu angker" Lukas mengingatkan.

"Maafkan aku"

Clara menarik nafas dan membuangnya perlahan "Tak apa Clenoa, kami hanya takut kamu kenapa2"

"Clara... " seseorang wanita lain mendekatinya Clara "Nanti malam kita ngerjain tugas kelompoknya di rumah kamu ya, jam setengah 7"

"Gak jadi di rumah kamu, Grace? "

Grace menggeleng "Ada masalah di rumah aku"

Clara tampak heran, tapi ia hanya mengangguk saja "Okey... Kamu udah bilang sama yang lain? "

"Sudah"

"Aku bawa Clenoa ya, biar dia satu kelompok dengan kita"

"Clenoa?" Grace mengerutkan keningnya seraya menatap Clenoa yang kumuh dari ujung kaki hingga ujung rambut "Dia? "

Clara mengangguk.

Grace memutar bola matanya kesal "Clara, masukkan dia di kelompok lain aja, kelompok kita tu udah ramai, udah penuh" jawabnya tegas.

"Tapi Grace kita baru 7 orang kok"

"Baru lo bilang? "

"Udah deh, jangan berdebat!" lerai Lukas "Kelompok lain ada kok yang sampe 9 orang gak ngeyel"

"Kelompoknya Shania bahkan hanya 5 orang Lukas, biar dia masuk kesana aja, gue ketua kelompoknya dan gue gak mau nambah lagi"

Clara dan Lukas tak bisa berkata apa2 lagi, Grace langsung keluar dari kelas. Clara menatap Clenoa dengan hati2, sepertinya ia takut Clenoa tersinggung.

"Dia memang agak pemarah Mel" ucapnya hati2

"Bukan hanya marah, tapi keterlaluan" kesal Lukas.

Clenoa mengangguk. Namun Clara masih terlihat merasa bersalah, dia selalu peduli dengan sesama. Ia kemudian mendatangi seorang wanita lain yang tomboy, namun ia cantik dan terlihat percaya diri.

"Shania, kelompok kamu baru 5 orang ya? "

"Yeah, dan itu tak pernah menjadi masalah" Shania menatapnya "Kenapa? "

"Oh, mau gak kamu masukin Clenoa ke kelompok kmu "

"Clenoa yang mana? "tanya nya sinis "Kok kamu yang carikan, emang dia kemana? "

"Dia kan masih baru disini, jadi.... "

"Oohh" potong Shania "Bilang sama dia datang ke Sink Cafe jam 7 nanti malam"

Clara tampak girang "Makasih Shania, kamu baik deh" Clara kemudian mendekati Clenoa "Nanti malam ke Cafe Sink ya, nanti aku krim alamat nya, boleh aku minta kontak kamu? "

"Aku bisa buka google maps" sahut Clenoa. Meskipun terdengar tenang, namun pesan yang tersirat didalamnya membuat Clara tersinggung, dia pikir Clenoa masih kesal padanya perihal Grace tadi.

Menyadari kejadian itu, Lukas yang selalu membela Clara tampak tidak senang. Ia segera memanggil Clara.

Clara mendekati Lukas yang kini bersandar di pintu kelas.

"Apa, Lukas? "

"Jangan terlalu dimanja si Clenoa itu, dia itu aneh" bisik Lukas yang terdengar sampai ke telinga Clenoa "Sebenarnya dialah si pengisi bensin yang kuceritakan tadi pagi"

****

Next chapter