13 18. Palsu

Suasana di dalam kafe masih tegang. Beberapa pria tengah menodongkan senjata api ke beberapa orang termasuk Lona. Ternyata kawanan yang akan merampok kafe tersebut cukup banyak. Semua pengunjung merasa ngeri saat nyawa mereka di pertaruhkan.

Ada sekitar 6 orang perampok di kafe ini. Dua orang awalnya berpura pura menjadi pelanggan untuk mengelabui para pekerja serta para pelanggan yang lain. Dua orang lagi datang dari arah luar kafe sedangkan 2 orang sisanya menjaga di depan kafe.

Semua perampok itu membawa senjatanya masing masing, seorang pria menodongkan pisau ke arah penjaga kasir, satu orang lagi menodongkan parang ke arah pengunjung yang dikumpulkan di pojok.

Satu orang mengambil uang di brangkas meja kasir sedangkan satu orang lagi masih menyendera Lona. Menempelkan moncong pistol ke arah pelipis Lona. Perempuan itu bergetar ketakutan saat nyawanya di ujung tanduk.

"Yak!" Pria yang memiting tubuh Lona berteriak cukup nyaring di telinga perempuan itu. "Ada tugas untukmu!" Pria itu mendorong tubuh Lona ke depan, membuat perempuan itu nyaris menabrak meja yang tadi ia pakai saat menulis.

Pria itu menodongkan pistol ke arah Lona. "Ambil semua barang barang dari semua orang yang ada di sini!" perintahnya kemudian.

"A-apa?" Lona bingung karena tiba tiba diberikan 'pekerjaan' oleh pria itu.

"Ambil semua barang barang milik semua orang!" teriak pria itu lagi, ia mungkin kesal karena Lona yang tidak mengerti maksudnya. "Cepat!" bentaknya hingga membuat Lona terkejut.

"I-iya," sahut Lona takut takut.

Lona melakukan apa yang di perintahkan salah satu penjahat itu. Ia mengambil kantong kresek yang di berikan salah satu anak buah dari si penjahat. Ia melangkah pelan menuju pengunjung yang berkumpul tak jauh darinya. Di mulai dari sepsang kekasih yang tadi memadu kasih sebelum tragedi ini terjadi.

Lona mengambil barang barang berharga mereka seperti ponsel, dompet, kunci mobil dan juga beberapa perhiasan. Ia melakukan hal yang sama pada semua orang yang ada di sana. Hingga tiba saatnya ia meminta barang barang kepada Kalan dan juga Biru.

"Wah, pria ini pasti kaya raya," gumam Lona pelan. Perempuan itu menunduk untuk menatap tangan pria itu, lekukan dan jari jemari yang sangat ia suka.

"Pistol itu palsu," bisik Kalan pelan. Memastikan hanya Lona yang dapat mendengar ucapannya.

"Hah? Apa?" tanya Lona tak mengerti kenapa tiba tiba saja pria itu mengatakan bahwa pistol si penjahat adalah palsu.

"Percayalah padaku. Pistolnya palsu. Saat aku memberikan aba aba, lakukan sesuatu supaya kau bisa melumpuhkan pria itu."

Kalan masih terus berbisik sembari menyerahkan beberapa barang barang miliknya. Mencoba kooperatif sebelum melakukan rencananya untuk melawan.

Lona menatap Kalan dengan tatapan menelisik. "Bagaimana aku bisa mempercayai kata katamu?" tanyanya ikur berbisik.

"Apa kau punya waktu untuk menelisik dan menyelidiki apa ucapanku benar atau tidak? Satu satunya cara paling efektif adalah dengan membuktikannya langsung. Percaya padaku."

"Lalu bagaimana jika ternyata ucapanmu salah dan aku mati konyol," balas Lona nyaris menaikkan intonasi suaranya.

"Yak! Kenapa lama sekali?" seru seseorang di ujung ruangan, penjahat yang membawa parang.

Lona hendak pergi, ia melirik dua pria itu sekali lagi. "Haruskah aku percaya padanya? Bagaimana jika pria itu salah dan aku berakhir tragis di tempat ini? Plot twist ternyata pistolnya asli dan namaku akan muncul di koran dan berita sebagai korban dalam perampokan yang terjadi hari ini," ujarnya dalam hati. Ia tak mempercayai begitu saja ucapan Kalan barusan.

"Kode seri ada di sisi kanan pistol. Kalau kau tak menemukannya, berarti pistol itu palsu," bisik Biru. Ia menyerahkan barang terakhir miliknya kepada Lona.

Lona menatap pria dengan tangan favoritnya dan juga pria berjas yang berdiri di sampingnya. "Aku..."

"Hei! Cepat! Kenapa lama sekali?" teriak berjaket kulit dengan tattoo di leher yang tadi menyender Lona. Ia tidak suka saat melihat Lona terlalu lama berhadapan dengan Kalan dan Biru.

Lona menatap Kalan sekali lagi, sebelum kemudian kembali ke arah si pria bertattoo setelah menyelesaikan 'tugasnya'. Perempuan itu berjalan menuju pria yang membawa pistol di tangannya, berniat menyerahkan kantong kresek berisi barang barang berharga milik semua orang di kafe ini.

Lona mengambil kesempatan untuk mengecek pistol yang di pegang si penjahat. Memastikan apa ucapan Kalan itu benar atau tidak. Perempuan itu mencoba bersikap wajar dan tidak menarik perhatian, mencuri pandang ke arah pistol, melihat kedua sisi pistol tersebut.

"Cepat berikan!" bentak si penjahat membuat Lona tersentak kaget. Ia menodongkan moncong pistol tepat di depan Lona. Membuat perempuan itu kembali ke sisi si penjahat.

Baiklah, kita buktikan apa pistolnya palsu atau bukan...

avataravatar
Next chapter