1 Sepatu Biru itu Menggantung Takdirku

Sepatu biru yang tergantung dibawah tangga diiringi langkah kaki seorang perempuan bertubuh kecil.

Dengan derap langkahnya yang cepat menaiki tangga dengan wajah penuh semangat layaknya burung yang ingin bertemu pagi.

sementara itu di atap sekolah angin perlahan menerpa wajah pemuda yang sedang terlentang persis di tengah atap sembari menatap langit diatas meja yang ia gunakan sebagai alas.

"Clack" suara pintu atap yang tiba-tiba terbuka. Dibalik pintu itu keluar seorang perempuan dengan wajah penuh semangat yang dalam sedetik langsung berubah drastis menjadi wajah muram dan kaget.

"Se-sedang apa kau disini." perempuan itu lantang sembari menunjuk pria yang tengah tidur di hadapanya.

"Me-memangnya kenapa." ucapnya datar setelah kaget mendengar suara perempuan dari arah pintu.

"Dilarang masuk!! kau lihat tulisan di depan pintu masuk?" ucapnya lantang sembari menunjuk-nunjuk pintu atap itu.

"Terus sedang apa kau disini?, bukan nya kau juga berniat untuk masuk kesini?"  sembari bangun untuk duduk dari tidur terlentang nya.

"A-aku sedang mencari mu." ucapnya asal dengan wajah gugup.

"Me-mencari ku?, terimakasih sudah khawatir padaku." dengan wajah malu ia tersenyum.

"I-ya, kau siswa kelas 11 B kan?, Siapa namamu." ucapnya yang langsung berjalan mendekati pria itu.

"Benar, aku Adi Iqbal siswa dari kelas 11 B." ujarnya yang kini sudah saling berhadapan.

"Aku Anastasya Shina ketua kelas 11 B." ucap Shina dengan bangga.

"Oh jadi kau ketua kelas yang kecil itu ya?" tanya Adi yang kaget karena ketua kelas yang rumornya seram ini ternyata bertubuh kecil dengan tinggi sedada tinggi Adi.

"Siapa?!!, yang kau panggil kecil hah?!!" Shina yang tersinggung langsung menendang Adi persis dikaki nya.

"Bruuk!" Adi yang ditendang langsung tersungkur jatuh kebelakang dengan tubuh terelentang adi terlihat memegangi kepalanya.

"Maap-maap itu cuman rumor yang beredar dikelas. Aku tak tau kau benar-benar menyeramkan." ujar Adi yang berusaha bangun untuk duduk sembari membersihkan debu yang ada di bajunya.

"Maaf, sepertinya aku terlalu keras menendangmu. Sakit?" Shina yang mengulurkan tangan untuk membantu Adi bangun yang tersungkur persis di hadapanya.

"Tentu saja sakit, ditendang sampai tersungkur seperti itu, tenagamu besar juga ya Shina, atau kupanggil ketua kelas." ucap Adi sembari tersenyum menyambut tangan yang di ulurkan Shina.

"Shina saja, tentu saja walaupun tubuhku kecil aku pemegang sabuk hitam dalam beladiri taekwondo, hahaha." ujarnya sombong sembari memegangi otot lenganya, disamping itu Adi yang terlihat keheranan hanya mengiyakan saja dengan menganggu-angguk an kepalanya.

"Yasudah Shina aku kekelas dulu ya." Adi tersenyum dan perlahan menuju pintu untuk turun kebawah. Belum beberapa langkah dari tempatnya bangun adi langsung di tahan oleh Shina dengan memegang pundaknya.

"Tunggu dulu, kau kan melanggar peraturan karna naik keatap padahal  sudah dilarang." kata Shina percaya diri.

"Jadi?" tanya Adi yang mukanya mulai berkeringat.

"Jadi kau harus dihukum!, ayo ikut aku kekantor sekarang." Shina langsung mendorong Adi menuju pintu itu meninggalkan atap sekolah yang di penuhi dengan sampah berserakan diatap itu.

"Ta-tapi kan it--" Adi yang mau bicara langsung dipotong dengan perkataan shina.

"Apa!!?" ucap Shina yang memotong perkataan adi dengan wajah mengancam.

"G-gak jadi, hehehe." Adi dengan mukanya yang pasrah berjalan menuruni tangga dengan Anastasya Shina seorang perempuan yang baginya mungkin menyeramkan tapi mungkin sifatnya sangat berkebalikan dengan yang ia lakukan, ego dan harapan yang membuatnya jadi seperti wanita tanpa kesedihan.

"Eh iya, boleh aku pake sepatu dulu?" tanya Adi persis disamping sepatu biru yang menggantung.

"Si-silahkan, tapi dimana sepatumu?" ujar Shina

"Itu dibawah tangga aku gantung dari samping." tunjuk Adi yang menengok kebawah.

"Oh, sepatu bau itu. Biar Aku yang ambil"

"Ga usah biar aku saja."

"Diam, ini permintaan maaf karena menendangmu keras tadi."

"O-Oke."

"Baiklah...." Shina dalam kegelapan perlahan mengambil sepatu yang mengantung kebawah dari samping itu, karena tubuhnya yang pendek dia terpleset dan hampir jatuh.

"Heyy! Shina hati-hati" Adi langsung memegang tangan Shina yang menggantung di sepatu Adi yang hampir jatuh.

"To-tolong Aku Adiiiii."

"Tenang Shina, perlahan jangan takut, hanya lihat Aku."

Shina yang ketakutan mulai bisa tenang, Adi berhasil mengangkat dan memeluk Shina, dibarengi sepatu Adi yang jatuh kebawah.

"Kau tak apa Shina?"

"Takut takut takut."

"Tenanglah."

Dipelukan Adi, Shina perlahan diam lalu melepaskan pelukan Adi.

"Jangan lihat aku." Shina memalingkan wajahnya, lalu menguatkan dirinya.

"Ba-Baik. "

"Mari lupakan kejadian ini, tapi aku tak akan melupakan budimu. Terimakasih Adi." Menatap Adi, Shina tersenyum dan terlihat seperti orang yang berbeda dari sebelumnya.

"I-Iya, tapi mungkin aku tidak bisa melupakannya."

"Bukk!" pukulan telak Shina ke perut Adi tanpa aba-aba.

"Iya-iya maaf."

"Ayo!" Shina yang langsung menendang kaki Adi supaya cepat bergerak.

"Tapi sepatuku...."

"Nanti Aku cari."

"Kau baik ya..."

"Makannya cepat sialan.." Shina yang menendang kaki Adi kedua kalinya.

"Sabar tidak ditemukan padamu ya?!"

Tepat didepan kantor sekolah Adi tiba-tiba mengerem langkahnya persis didepan pintu yang terbuka lebar.

"Ayo masuk!, kenapa kau diam disitu?"

"I-iya, pelan-pelan juga bisa kan?"

"Ayo cepat!!" Shina yang langsung mendorong adi langsung masuk keruang kantor itu.

"Permisi!!" l

"Iya ada apa?" Pak Gunawan wali kelas 11 B.

"Ini pak, Adi tadi naik ke atap sekolah padahal sudah dilarang."

"Benar begitu Adi?"

"Tapi pak tadi dia juga naik keatas, dan dia pura-pura mencariku dengan alasanya." Bela Adi dengan alibi nya.

"Benar begitu juga Shina?"

"Bu-bukan begitu pak!, ta-tadi saya benar-benar berniat mencari dia di atap, kan saya ketua kelasnya." ujar Shina membela dirinya juga dengan alibi-alibi nya,

"Bohong pak!, tadi pas dia datang dia bahkan belum kenal namaku, terus masa dia mencari ku tanpa tahu namaku?" bela Adi yang mulai memojokan Shina.

"Ya, itu jadi gini pak, anu, saya--" perkataan Shina yang langsung dipotong oleh pak gunawan.

"Udah, kalian ini sama-ama salah!" ucap pak Gunawan yang kesal dengan debat 2 murid didepanya.

"Maaf pak."

"Sa-saya juga minta maaf pak." Shina yang juga minta maaf langsung menundukan kepala.

"Yasudah kalian berdua sekarang selama seminggu bersihin atap, nanti kalo udah bersih bapa kasih hadiah, gimana?" Adi dan Shina yang kini berdiri tepat dihadapan meja pak Gunawan.

"Ta-tapi pak seminggu itu---" keluh Shina yang perkataanya langsung dipotong Adi.

"Iya pak kami terima pak, tapi kami boleh pegang kuncinya?, soalnya pintunya gak dikunci." ucap Adi.

"Yasudah tunggu sebentar bapak ambil kuncinya dulu." ucap pak Gunawan yang meninggalkan mereka untuk mengambil kunci di ruang satpam yang letaknya beberapa meter dari meja pak Gunawan.

"Terus kau mau bagaimana soal ini?, awas kalau kabur, akan kubuat kau duduk tahiyat satu minggu." ancam Shina dengan muka marah.

"Iya-iya, tenang bakal aku bersihin kalo ingat." Adi dengan muka datar.

"Apa!!" Shina yang langsung menendang kaki Adi membuatnya hampir berteriak kesakitan.

"Aww!, bercanda kok hehe."

"Ini kuncinya." ucap pak Gunawan yang tiba-tiba datang membawa dua gantungan kunci bertuliskan "ATAP" yang diseranhkan pada mereka berdua dengan warna yang berbeda  Adi dengan warna biru dan Shina dengan warna merah.

"Jaga baik-baik kunci ini jangan sampai dihilangkan. Soal hadiah yang tadi bapa bilang hasilnya sesuai dengan kinerja kalian dan kebersihan atap."  terang pak Gunawan.

"Maaf pak, kami mulainya kapan ya?"

"Hari  ini juga bisa tapi kalau mau mulai sekarang juga bisa kok sehabis pulang sekolah." ujar pak Gunawan dengan tutur kata yang lembut.

"Ka-kalo begitu kami permisi dulu pak."

Adi yang berbalik dan melangkah keluar kantor dibarengi dengan Shina dibelakangnya.

Dilorong sekolah mereka berjalan selaras menuju kelas.

"Te-terus sekarang kau mau kemana?" tanya Shina yang melangkah di samping adi.

"Kelas, mau melanjutkan tidur yang kau gagalkan diatap." terang Adi sembari menguap.

"Dasar tak ada tujuan hidup."

"Hah!!? Kau tau aku ini orang yang selalu berharap apa yang tak pernah bisa aku gapai dan bermimpi apa yang tak bisa aku harapkan." ucap Adi pada Shina yang langsung terdiam.

"Hah!? Apa maksudmu aku gak ngerti."

"Terus sekarang kau mau kemana?"

"Oh, aku mau kekantin."

"Yasudah kalo begitu aku kekelas dulu." ucap Adi yang berjalan meninggalkan shina menuju kelas sembari melambaikan tangan.

"Awas kalau kabur ya!!, aku tunggu sehabis pulang sekolah." Dengan wajah mengancam Shina menatap Adi

"I-iya."

Melangkah berlawanan, mereka berdua menjalani takdir dengan tujuan yang sama dengan cara mereka sendiri.

avataravatar
Next chapter