12 Episode 12

Kalau kau tahu suatu kebenaran yang menyakitkan. Kau akan bagaimana?

****

"Begitu ya, baiklah. Aku percaya pada mu der. Kau kan guruku" ujarnya sambil menatap der lurus.

Banyak hal yang memang seharusnya tidak perlu kau tahu. Sebab itu akan mengguncangkan jiwamu. Dan, ada hal yang harus kau cari tahu. Sebab itu akan meluruskan jiwa mu.

Tapi, sadarkah kau. Justru hal yang tak perlu kau cari tahu, teramat sangat mudah untuk kau ketahui. Sedang hal yang harusnya kau cari. Berkelat kelit bersembunyi. Sehingga, sifat manusia yang sudah buruk memilih untuk mengkonsumsi hal hal yang tak pantas tersebut. Sedang hal hal yang harus ia tahu, ia tampik dengan sombongnya.

Mungkin, para malaikat yang mengiring kehidupan manusia. Memekik gemas saat dengan bodohnya manusia memilih jalan buruk, yang- jika di fikirkan tidak terlalu sulit untuk di lewati.

Dan, malaikat malaikat juga mati matian menahan sumpah serapah. Ketika manusia, mengutuk perbuatan rugi yang ia buat sendiri. Kemudian menyalahkan tuhan dengan mulut keji.

"Jadii.. kapan kita akan memulai pelajarannya ?" Tanya sera pada der.

"Kau benar benar ingin segera belajar ya?"

"Tentu saja der. Memang aku ingin apa lagi disini? Ini tidak seperti di dunia. Tidak ada hal yang bisa di mainkan ataupun di kerjakan" jawab sera.

Der terkekeh. Lagi lagi, sera mengungkit ngungkit perihal dunia. Mereka padahal tidak akan bangkit lagi dari kematian.

"Kau selalu.. seperti ini, kapan sih kau bisa lepas dari hawa dunia? Kita sudah jauh berjalan sera" ujar der lagi.

Sera mengedikkan bahunya tak peduli. Dia mengibaskan tanganya di depan wajah.

"Sudahlah, tidak penting. Ayo belajar" pinta sera lagi.

Der menyerah. Dia tidak bisa membuat gadis kecil di hadapanya ini sedikit bersabar ataupun santai. Otak keras kepalanya selalu menuntut lebih.

"Baiklah, baiklah" ujarnya. "Kau ingin berlatih dimana? Di menara atau di halaman luar?" Tanya der.

Sera mengusap dagunya berfikir. Dalam ingatanya, hampir semua orang di komplek biru belajar di halaman depan. Maka dari itu, dia juga memutuskan untuk mengikuti cara mereka saja.

"Ku lihat semua orang berlatih di halaman depan, jadi aku juga ingin demikian"

"Kau yakin?," der berujar seperti menahan tawa. "Pelajaran pertama ini tidak cukup mudah. Kau bisa saja terjatuh pada percobaan pertama"

"Yakin! Kau meragukan ku ya?! Aku ini anak yang cerdas tau"

Jawab sera sedikit kesal.

"Baiklah kalau begitu. Kita akan mulai sekarang"

Dan, semua yang di katakan sera hanya bualan semata. Jika di samakan dengan waktu di dunia. Mereka mungkin sudah berlatih lebih dari lima jam. Dan sera, bahkan tidak bisa membuat tubuhnya mengambang satu centi pun.

Kesombongan yang ia utarakan beberapa waktu lalu seperti menguap begitu saja. Sera juga merasa sedikit malu dengan gurunya yang masih memperhatikan, untung saja der tidak mengungkit ngungkit tentang apa yang ia katakan mengenai ucapanya tadi.

Pelajaran pertama yang der ajarkan pada sera adalah melayang atau mengambang. Pelajaran ini sebenarnya sangat mudah untuk beberapa murid lain. Mereka bahkan bisa melayang rendah dalam percobaan ketiga.

Dan sudah bisa terbang mengudara pada percobaan ke delapan atau sepuluh. Dengan begitu mereka sudah bisa di katakan lulus. Mereka yang sudah bisa mengambang dan terbang, hanya tinggal menunggu waktu ujian saja. Karena pada tiap level dataran. para murid hanya di bebankan oleh satu materi pelajaran saja.

Namun, tidak berlaku bagi sera. Meski suara der yang terdengar sudah serak dan sera yang mati matian menahan ke kesalan karena kegagalan nya. Nyatanya, dia tak pernah berhasil. Dia hanya melompat lompat di tempat tanpa sekali pun mengambang Walaupun hanya sebentar.

"Kau hanya melompat lompat tidak jelas sera" der mengungkapkan pendapatnya mengenai usaha sera untuk mengambang.

Sera mendengus. Masih mencoba melayang. Dirinya berujar ketus.

"kan aku sedang berusaha der" jawabnya.

"Iyaa, tapi sejak tadi. Kau hanya melompat seperti hantu lokal yang ada di dunia"

"Kau mengejekku?!"

"Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat" jawab der menahan tawa.

Sera mecoba beberapa kali lagi. Dan, hasilnya tetap sama. Dia hanya melompat lompat tidak jelas. Bahkan kini, lompatanya tidak lagi tinggi seperti awal awal iya memulai pelajaranya.

"Bukan begitu caranya, kau hanya perlu menenang.. ya ampun, sera! Hati hati..!" Der berteriak lagi. menginstruksikan apa yang harus sera lakukan agar dia bisa mengambang.

Namun, seperti nya sera merasa bosan dan lelah. Dia jatuh tersungkur dengan posisi menungging dan tak bangkit lagi. Dari posisinya itu, dia bergumam pada der.

"Aku istirahat sebentar ya," ujarnya lelah.

Der terkikik melihat tingkah sera. Anak itu benar benar absurd dengan segala pemikiranya. Beberapa waktu yang lalu dia yang terus terusan mendesak der untuk segera mengajarinya. Namun kini, lihatlah. Dia masih dalam posisi menungging kelelahan dengan wajah yang masih tertempel di tanah.

"Kau ubah posisi mu yang benar sera. Jangan menungging seperti itu. Tidak enak dilihat tau," der menyeru pada sera untuk merubah posisinya.

Tapi sera tidak peduli. Rasa lelah yang anehnya amat terasa pada tubuhnya membuat dia malas untuk memperbaiki posisinya. Dia tetap dalam posisinya tersebut. Tak peduli jika der sudah menertawakanya.

"Sebentar.." ujarnya lemah.

Der mengalah dan membiarkan sera berbuat sesuka hatinya. Bagaimana pun der mengomeli gadis kecil itu. Sera akan tetap keras kepala dan hanya melakukan hal yang ia suka saja. Meskipun yang ia lakukan adalah salah. Der masuk ke dalam menara dan pergi menuju ruangan miliknya.

Sejak ia datang ke menara ini, dirinya belum menyentuh ruangan yang bahkan sudah sera lihat terlebih dulu. Ruangan pertama tepat setelah anak tangga berakhir.

Der melangkah masuk ke dalam ruangan miliknya dan menutup pintunya pelan. Dia mendudukan dirinya diatas kasur berukaran single seraya termenung.

Dia mengingat pertanyaan sera yang membuat ia salah tingkah menjawabnya. untung saja otak cerdas der cepat berfikir dan menemukan jawabanya. Kalau tidak, sera pastilah sudah pergi dari sana. Dan, jiwanya tidak akan pernah bisa kembali.

Der takut itu terjadi. Karena itu lah sering kali der pergi seorang diri. Untuk menghindari pertanyaan pertanyaan sera yang absurd. Dan membuat der mati kutu beberapa detik sebelum menjawab.

Mengenai pertanyaan dan keanehan yang sera tanyakan pada der. Jujur, der juga tidak tahu jawabanya. Walaupun dia telah lebih dulu mati. Tapi..

"Der?," Sera memanggil der dari luar.

"Kau di dalam?" Tanya sera lagi.

Der tersentak dari lamunanya. Buru buru dia bangkit dan membuka pintua ruangan miliknya. Sera kelihatan lelah, wajahnya lusuh dengan rambut yang awut awutan.

"Kenapa? Mau lanjutkan pelajaran lagi?"

Sera menggeleng. Wajahnya kelihatan benar benar kelelahan. Der mati matian menahan rasa khawatirnya. Sebab wajah sera itu seharusnya tidak bisa begitu di dataran ini.

"Aku lelah. Aku akan beristirahat diruangan ku. Jika kau akan pergi, kau bisa mengetuk pintu ku" jawabnya pelan. Matanya tampak sudah terpejam pejam.

Der menelan ludah melihat itu.

"Hmm.. baiklah, istirahatlah dengan baik. Aku mungkin tidak akan kemana mana." Ujar der.

Sera mengangguk dan melangkah gontai. Dia berjalan pelan sekali. Dengan tubuh yang limbung, dia berjalan dengan tangan menapak pada dinding ruangan. Der memperhatikan sera dari ambang pintu. Dan, segera menggelengkan kepalanya. Mengusir semua hal yang datang dan mengacaukan fikirannya.

"Ini, mungkin karna anak itu masih terbawa hawa dunia saja. Iya, benar. Lagi pula kami sudah mati. Tidak mungkin hal itu terjadi." Ujarnya pada diri sendiri.

Der kembali ke kasur. Pandanganya ia sapu pada ruangan miliknya. Dipandanginya sebentar sebuah rak kosong yang ada di pinggir ruangan, menempel pada dinding. Keningnya berkerut melihat rak tersebut.

"Untuk apa rak rak itu di dalam sini?" Ujarnya dalam hati.

Der berdiri, dan berjalan kesana. Medekati rak buku yang menarik perhatianya. Tepat ketika dia menyentuh salah satu dari barisan rak. Buku buku tebal yang amat banyak muncul memenuhi rak rak yang tadinya kosong.

Beberapa buku bahkan bersampul emas dengan lembaran lembaran tebal hampir ratusan.

Der terkejut, tersentak mundur. Badan tuanya bergetar kaget. Diusapnya dada, seraya menghela nafas. Menghilangkan rasa terkejut dari dadanya. Meski ia sudah lama di dataran yang aneh ini. Namun, der masih belum terlalu terbiasa pada hal hal ajaib yang mengejutkan dirinya. Contohnya Seperti saat sekarang ini.

"Hahh, buki buku ini membuat ku tidak minat hidup di dataran ini lagi" ujarnya malas.

Dia memandang jenuh semua buku yang ada disana. Der berdirir berkecak pinggang, memelototi satu persatu buku tebal yang ada disana.

Kerutan kerutan di wajahnya kian terlihat ketika ia memcingkan mata.

"Dengar ya, buku buku aneh!," ujarnya seraya menujuk salah satu buku. "Percuma saja kalian muncul mendadak seperti itu. Aku tidak peduli. Kalian tidak akan ku sentuh! Apa lagi ku baca!" Ujarnya lagi pada benda mati tersebut.

Seakan mereka mengerti ucapan der. Mereka kembali menghilang. Der mengangguk dan tersenyum puas. Dirinya merasa seperti sudah menjadi ahli sihir yang dapat melenyapkan benda hanya dengan delikan saja. Namun, ia kembali mendelik ketika buku buku tersebut kembali muncul.

"Terserah lah, toh aku tidak peduli juga" ujarnya berlalu pergi.

Der ternyata tidak bisa berlama lama dalam suatu ruangan dan tidak melakukan apa apa. Jiwa petualangnya membuat ia merasa resah jika harus berdiam diri.

Kakinya merasa gatal jika hanya duduk duduk tidak jelas saja.

dia memutuskan untuk keluar dari ruangan. Sebelum benar benar menapaki undakan anak tangga untuk turun. Der berbalik untuk melihat keadaan sera sebentar. Dia sekalian ingin memberi tahu sera bahwa dirinya ingin ke luar .

Sesuai pesan sera tadi .

der mengetuk pintu pelan. Beberapa kali dia memanggil sera dari depan pintu, namun tidak ada jawaban. Der akhirnya membuka pintu itu sendiri dan melongokkan kepalanya.

Disana, sera tengah tertidur dengan posisi meringkuk. Rambutnya yang berantakan menutup setengah wajahnya. Nafasnya terdengar berat dan sesakali mengigau tidak jelas.

Tubuhnya juga mengelurkan bulir keringat.

Melihat itu, der menutup mulutnya. Wajahnya terkejut dan tubuhnya bergetar. Susah payah ia mengontrol dirinya setenang mungkin, agar sera tidak terjaga. Apa yang di lihatnya kini sangat tidak masuk akal sama sekali. Dia kemudian menutup pintu pelan. Dan segera melangkahkan kakinya menuju ruangan tadi.

Dia membatalkan niatnya untuk pergi keluar.

Kembali keruanganya, der mengatur nafas.Beberapa kali dia meneguk salivanya karena kerongkongan yang terasa kering. Dirinya merasa tidak tenang dan gelisah. Langkahnya mondar mandir tidak beraturan dalam ruangan. Sesekali decakan tajam keluar dari mulutnya.

Dihelanya nafas panjang. Dan mengusap wajahnya pelan. Raut wajah lelah dan cemas terpancar lekat pada wajah tuanya saat ini.

Dia menggeleng tidak mengerti.

"Sera pasti sedang bercanda" ujarnya gemetaran.

avataravatar