1 1. Pertemuan Pertama

Ha Wook's pov

Aku memasuki kelas dengan papan nama 11-4 yang terpasang di depan pintu. Seperti biasa, suasana kelas ramai di jam menjelang bel pelajaran pertama berbunyi. "Ha Wook-a! Kemarilah!" aku tersenyum pada seseorang dengan name tag 'Kim Soo Ji' yang terpasang di seragamnya.

"Ada berita bagus yang harus kau dengar!" aku menatap Ha Na yang tampak bersemangat.

"Benar sekali, ku yakin kau akan mencintai Bahasa Korea setelah ini." Aku menggeleng tak setuju dengan pernyataan Bok Hae.

"Apa memangnya?"

"Akan ada seonsaeng (Guru) baru yang menggantikan Baek Seonsaeng. Ku dengar seonsaeng baru ini sangat tampan dan akan membuat kita jatuh cinta padanya." Aku memandang kedua sahabatku yang mengangguk mendengar cerita Soo Ji.

"Tidak. Tidak. Ku yakin tidak akan ada yang membuatku mencintai Bahasa Korea. Sudahlah teman-teman, jangan memaksaku." kataku sambil mengeluarkan buku paket mata pelajaran yang tidak ku sukai ini.

"Ketua kelas kita memang sombong. Sudahlah biarkan saja dia. Ku yakin kau akan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama." Aku menatap Soo Ji yang menaikturunkan alisnya.

"Good morning, Ha Wook." Aku mengalihkan pandanganku pada dua orang yang baru saja datang, Ho Jae dan Jun Goo. Mereka adalah kedua sahabatku sejak dalam kandungan.

"Hai." Aku melambaikan tanganku pada mereka berdua. Jun Goo melayangkan flying kiss padaku dan Soo Ji yang dibalasnya dengan pura-pura muntah. Ho Jae tersenyum dan mengelus rambutku sebelum ke bangkunya.

"Aku tahu sekarang, Ha Wook tidak akan tertarik dengan seonsaeng baru karena hatinya sudah ada Ho Jae." Aku berbalik dan menatap Bok Hae tajam.

"Terserah."

Bel masuk kelas berbunyi. Ah, rasanya ingin membolos saja aku ini. Jika tidak mengingat Halmoni (Nenek) yang bekerja keras setiap hari, aku memilih untuk tidak masuk pelajaran Bahasa Korea. Sekolah dengan nama 'Star International High School' ini memang tidak menelan biaya murah setiap tahunnya. Seperti namanya, sekolah ini berstandar Internasional dan tidak sembarang orang bisa sekolah disini. Untuk itu, aku seharusnya bersyukur sekolah disini.

Sreeek

Pintu terbuka. Kelas senyap seketika saat melihat seseorang dengan kemeja dan celana bahan, lengkap dengan dasi yang membuatnya semakin mempesona. Ku lihat buku pengantar Bahasa Korea untuk kelas 11. Jadi, ini guru baru yang dibicarakan ketiga sahabatku?

Sesange (Oh My God)!

Ku akui, wajahnya sangat tampan.

Aku berdiri, "Perhatian!" Seisi kelas berdiri setelah mendengar aba-abaku. "Hana (satu), dul(dua), set (tiga),"

"Seonsaengnim, annyeonghasemikka," Kami berbarengan memberi salam dan membungkuk. Seonsaeng itu tersenyum dan melangkah menuju tempat duduknya.

"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Ha Jeong Il. Panggil saja Ha Seonsaeng. Saya menggantikan Baek Seonsaeng selama satu tahun. Mohon kerjasamanya."

"Annyeonghasemikka Ha Seonsaengnim."

"Silahkan jika ada pertanyaan." Soo Ji bertepuk tangan, ia mengangkat tangannya yang langsung menjadi pusat perhatian guru baru ini. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat melihat kedua mata Ha Seonsaeng melebar saat melihatku. Apa ada yang salah denganku?

"Songsaengnim, berapa usiamu?" Ha Seonsaeng mengalihkan pandangannya ke arah Soo Ji.

"27 tahun."

Baiklah, 11 tahun lebih tua dariku.

"Seonsaengnim, apa kau sudah menikah?" Aku menatap Ha Ni yang duduk di sebelah Ha Na. Ia hanya menaikturunkan kedua alisnya saat menatapku.

Ha Sonsaeng melihat sekeliling, "Belum." jawabnya membuat hampir semua anak perempuan berteriak. Aku menahan diri untuk tidak meneriaki mereka semua. Sungguh memalukan!

"Baik kita mulai berkenalan satu persatu." Ha Seonsaeng mengambil daftar nama dan mulai memanggil kami satu persatu. Dari caranya mengobrol dengan yang lainnya dan mengajak kami bercanda, ku simpulkan Ha Seonsaeng orang yang menyenangkan.

#

21:00 KST

Aku duduk sendirian di halte bus. Setelah pulang sekolah tadi aku pergi bersenang-senang dengan Soo Ji, Bok Hae, dan Ha Na ke Mall dekat sekolah. Mataku menoleh pada Mall yang terletak di belakang halte. Banyak orang berlalu lalang di sekitar halte, namun tidak ada satupun yang menemaniku disini. Aku menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Bus akan datang 15 menit lagi kan? Jika tidak aku yakin besok tidak akan melihat matahari terbit.

Pandanganku teralih saat melihat seseorang dengan jaket kulit berjalan sempoyongan ke arahku. Aroma soju tercium sangat jelas membuatku semakin tidak nyaman. Aku mencengkeram erat tasku saat pria itu menghempaskan tubuhnya di sampingku. Pria itu menatapku, "Kenapa kau melihatku? Tundukkan pandanganmu!" teriaknya memuatku berjingkat saking terkejutnya. Orang mabuk sungguh menyebalkan! Aku segera menunduk dan merapalkan do'a semoga bus segera datang.

Srek.

Aku menengok ke samping dan melihat pria itu semakin mendekatkan tubuhnya ke arahku. Seringaiannya membuatku merinding seketika. "Kau cantik juga." pandangannya turun ke tubuhku. Ia mendekatkan tubuhnya ke arahku membuatku spontan menjauh. "Berani sekali kau menjauh dariku!" teriaknya melingkarkan tangannya di pinggangku dan menariknya hingga tubuh kami menempel.

"Kau yang berani sekali menyentuhku!" ku dorong tubuhnya menjauh sekuat tenagaku. Pria itu jatuh terjengkang.

Aku berlari menjauh, "Hei, jangan lari! Berhenti!" teriaknya membuatku mempercepat lariku. Aku menengok ke belakang dan melihatnya hanya 2 langkah di belakangku, tangannya menggapai-nggapai di udara.

Buk!

Aku terjatuh setelah menabrak seseorang dengan tangan melingkar di pinggangku seolah menahanku. Yang sangat memalukan, aku jatuh di atasnya. "Ha Wook?" aku mendongak dan mataku membola melihat seseorang di hadapanku.

"Seonsaengnim!"

"Lepaskan dia! Dia milikku!" racau pria yang mengejarku membuat pelukanku semakin erat.

"Pergilah!" Ha Seonsaeng berdiri membuatku berdiri juga. Ha Seonsaeng menyembunyikanku di balik punggungnya.

"Dia bukan milikmu! Pergilah sebelum ku lapor polisi!" Tanganku bergetar hebat mendengar teriakan Ha Seonsaeng. Siapa yang menyangka seseorang yang penuh kelembutan jika berteriak jadi menakutkan?

Aku bernapas lega saat pria itu melangkah menjauh dan meninggalkan kami. "Kamsahamnida (terimakasih)," kataku membungkuk pada Ha Seonsaeng.

"Kau baik-baik saja?" pandangan kami teralih pada seorang wanita yang memandang kami khawatir, lebih tepatnya pada Ha Seonsaeng. Wanita ini menggenggam tangan Ha Seonsaeng dan menatapnya lekat-lekat.

Siapa wanita ini?

#

"Seonsaengnim, kamsahamnida." Aku membungkuk pada Ha Seonsaeng dan wanita yang duduk di sebelahnya. Aku berada di halaman sebuah rumah yang sangat sederhana, rumah milik Halmoni.

"Lain kali jangan pergi ke halte sendirian malam-malam. Seoul bukan kota yang aman." Ha Seonsaeng sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah.

Aku menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam. Entahlah, perasaanku sangat buruk sekarang ini. Aku masuk rumah dengan perlahan, langkahku terhenti saat mencium aroma yang tidak asing. Tubuhku membeku seketika saat melihat wanita paruh baya menatapku dengan mata merahnya. "Kemana saja kau baru pulang?"

avataravatar
Next chapter