webnovel

Pertemuan Konyol

Jarum jam masih menunjukkan pukul 07.30, masih cukup pagi bukan? Namun suara ricuh dari sebuah rumah mewah kala itu seakan menghancurkan suasana pagi yang damai ini.

"Ya kan aku udah bilang! Aku gak mau ikut papi ke acara pertemuan dengan client papi itu! Persetan dengan rasa menghormati," tukas gadis itu menatap datar wanita paruh baya yang berada di hadapannya.

"Apa salah nya sih kalo kamu ikut? Anggap saja kamu belajar di dunia bisnis, Nak. Toh nanti nya kamu juga akan terjun ke dunia bisnis menggantikan papi," ucap wanita paruh baya itu dengan lembut.

"No! Aku gak mau. Serahin aja semua itu ke Bryan atau bang Babas,"

"Gak bisa sayang. Kedua kakak kamu itu sedang mengelolah bisnis nya masing-masing, sekarang ini cuma tersisa kamu," ucap wanita paruh baya ini.

"Oh my god! Mom, please. Aku masih mau kuliah, aku masih mau have fun sama teman-teman dan apa itu, bisnis? Ah, tidak pernah aku memikirkan ny sedikit pun," ucap gadis itu lalu melenggang meninggalkan sang ibu.

****

Saat ini, gadis itu telah sampai di kampus nya. Namun ia enggan untuk memasuki kelas nya dan lebih memilih untuk duduk santai di kantin.

Ah, apa dia tidak takut dimarahi oleh para dosen killer di kampus itu?

Persetan dengan kata takut. Mengingat ia adalah anak seorang donatur yang sangat berpengaruh terhadap kampus ini.

Jadi ia merasa bebas untuk melakukan hal apapun yang ia mau. 'Yang penting gue happy.' Begitulah prinsip nya.

Gadis itu terus mengaduk-aduk bubur ayam yang berada di hadapannya dengan telinga yang ia sumpal dengan earphone kesayangannya.

Saat tangannya terulur ingin menyuap sesendok bubur ke dalam mulutnya, tiba-tiba hal yang berhasil membuat nya jengkel pun tiba.

"DORRR!!!" seru seseorang dari belakang punggung nya, membuat gadis tersebut refleks memukul kepala orang itu.

"Gelo siah!" ketus gadis itu.

"Waw! Nona Arzee Ralesha. Setau gue, lo itu blaster Indo-Belanda bukan Sunda," ucap seorang gadis dengan wajah manis nya serta gaya rambut curly yang menambah kesan anggun di dirinya.

"Bacot deh!" ketus Arzee.

"Slowly, baby. Kayaknya lo lagi ada masalah nih, orang tua lo lagi?" tanya gadis manis itu.

Arzee menghela nafas kasar nya dan menyuap sesendok bubur ayam favorit nya kedalam mulut. Mengunyah nya sampai habis kemudian menelannya secara perlahan.

"Ya. Seperti biasa. Si pak tua itu selalu berusaha buat ngenalin gue ke client atau anak dari client dia," Arzee tersenyum sinis.

Gadis itu mengambil alih mangkok bubur Arzee dan menyendok bubur kedalam mulutnya.

"Gue heran deh sama bonyok lo. See yourself, you so beautiful. So, ngapain juga mereka sibuk ngenalin lo kesana kemari?" ucap gadis itu kembali menyendok bubur untuk dirinya.

Arzee pun memutar bola matanya dengan malas kemudian berbalik menatap gerobak bertulisan 'Bubur ayam Mbak Nuri'

"MBAK NURI, BUBUR AYAM NYA SATU LAGI!" teriaknya dan mendapat anggukan dari mbak nuri.

Setelah itu Arze membalikkan badannya dan mendapati gadis manis itu tengah menatapnya.

"Huh.. Gue hafal benar kebiasaan buruk lo, laper dan selalu mau apapun makanan yang gue pesan. Lo abisin deh, gue udah pesan lagi," ucap Arzee sambil mengotak-atik handphone nya.

"Uuuuuhhh pengertian banget sih!"

"Sampe lo meluk gue, gue pastiin hari ini juga viral berita lo mati gara-gara jatuh dari lantai 3. Gue serius Sha," ancam Arzee ketika gadis di sampingnya hendak memeluknya.

Gadis manis itu adalah Salsha.

Salsha Adriana tepatnya. Anak seorang pengusaha sukses bernama Ny. Lauren, pengusaha dalam bidang fashion. Tidak heran lagi mengapa salsha selalu tampil dengan fashionable.

"Jahat," gumam salsha memanyunkan bibirnya.

****

Hari ini Arzee pulang lebih awal dikarenakan papinya menelpon dan menyuruh nya untuk pulang sekarang juga, dengan beralasan mami nya masuk rumah sakit.

Namun, Arzee yang tadinya merasakan cemas, kini berganti dengan rasa jengkel yang tak kunjung surut.

Bayangkan saja. Bagaimana bisa laki-laki tua itu mengatakan bahwa istrinya masuk rumah sakit sedangkan, oh lihat lah mami nya terlihat sangat cantik dan begitu fresh dan yang paling menjengkelkan saat ini adalah terdapat orang asing dirumah mewah nya ini.

Siapapun mereka Arzee tidak peduli. Ia sudah cukup jengah dengan tingkah papi nya.

"Jadi, papi nyuruh aku pulang cuma buat ketemu mereka?" tanya Arzee sembari menunjuk ke arah orang-orang asing dan sepertinya mereka adalah satu keluarga.

"Arzee, jaga sikap kamu. Papi tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap seperti itu," ucap tuan Davin.

Arzee mengangkat bahunya dengan acuh.

"Oh tidak apa-apa, Davin. Maklum, anak muda," ucap seorang laki-laki sepertinya seumuran dengan tuan Davin.

"Maafkan sikap anak saya, Herry."

Ya. Itu adalah keluarga Herry Hermawan. Partner bisnis keluarga Davin Ralesha dan juga merupakan sahabat tuan Davin sejak masa sekolah menengah pertama.

"Baiklah, sebaiknya saya memperkenalkan putri cantik saya sekarang juga," ucap tuan Davin disertai kekehan.

"Sebelum anda memperkenalkan putri cantik itu alangkah baik nya kita merubah gaya bahasa kita ini," ucap Rike yang sedari tadi diam dengan sedikit kekehan.

"Ya, betul itu. jangan formal, biasa aja. Kan ini di luar urusan kantor," ucap Claura membuat semua nya tertawa, kecuali Arzee.

"Masih lama gak sih, Pi? Arzee tuh mau main!" pekiknya.

"Oh, Oke-oke kayaknya si cantik udah mulai bosan deh. Jadi siapa nama anak kamu itu, Vin?" tanya Rike seraya tersenyum manis.

"Namanya adalah Arzee Michella Ralesha." ucap Davin dengan lantang.

"Nama yang cantik. Persis seperti orangnya," puji Rike membuat Arzee sedikit tersipu.

"Ya iya dong rike, lihat dulu siapa maminya," ucap Claura mengibaskan rambut nya dan semua kembali tertawa.

"To the point deh! Saya gak suka bertele-tele," celetuk Arzee berhasil menghentikan acara gelak tawa di ruangan ini.

Rike tersenyum menatap gadis dihadapan nya.

"Sebelumnya kenalin dulu, ini anak tante, Iqbaal Dhiafakhri," ucap rike seraya mengelus rambut anaknya dengan penuh sayang.

Iqbaal tersenyum dan mengulurkan tangan nya di hadapan Arzee.

Arzee melihat uluran tangan iqbaal serta wajah tampan milik iqbaal secara bergantian. Enggan. Itu yang terbesit dalam benak nya.

Merasa Arzee tak kunjung membalas uluran tangan iqbaal, Claura pun menyenggol pelan lengan anak nya, mengisyaratkan agar anaknya menerima uluran tangan iqbaal.

Dengan malas Arzee menerima uluran tangan itu. Membuat senyum iqbaal semakin merekah.

"Aku Iqbaal. A nya dua," ucap iqbaal sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya— setelah melepas jabat tangan mereka.

"Arzee," ucapnya dengan dingin.

"So?" lanjut nya.

"Hm iqbaal, kamu ajak Arzee jalan-jalan dulu gih, ayah sama bunda mau bicara sama om Davin," ucap Rike dengan lembut sambil mengelus punggung Iqbaal.

Iqbaal mengangguk lucu.

"Nanti kalo mau pulang, kasih tau Iqbaal ya, Bun? Jangan ditinggalin," ucap iqbaal dengan polos.

"Iya sayang."

"Yaudah Zee, kamu ikut Iqbaal gih," titah Claura.

"No, Mom! Aku mau main sama salsha! Aku gak mau jalan-jalan sama dia," tegas Arzee

"Yaudah kalo Arzee gak mau jalan, kita naik sepeda aja. Kata om Davin, kamu punya sepeda kan?" ucap Iqbaal dengan polosnya membuat Arzee terperangah.

Next chapter