webnovel

CHAPTER 1

Langit biru yang cerah, dihiasi oleh sekawanan burung yang berkicau ceria sembari terbang melintasi awan-awan putih. Sinar matahari menerangi sepenjuru New York.

Situasi kota besar di Pulau Manhattan berjalan seperti biasa. Pejalan-pejalan kaki menuju tempat kerja masing-masing. Jalan raya juga dipenuhi oleh berbagai kendaraan yang berlalu-lalang.

Hanya hari biasa di kota metropolitan Amerika Serikat ini. Para warga melakukan aktivitas sehari-hari mereka.

Itu tidak berlangsung lama…

Ketenangan dipecahkan oleh kemunculan sesuatu dari angkasa secara tiba-tiba. Sebuah sinar biru melesat turun dengan sangat cepat ke kawasan Times Square sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.

Orang-orang terkejut. Kepanikan pun tidak terhindarkan.

Sirene tanda bahaya mulai berbunyi melalui alat-alat pengeras suara pada puncak tiang sistem public address yang terdengar di sepenjuru kota.

"Ini peringatan darurat. Kota sedang diserang. Seluruh penduduk harap segera mengungsi." Sistem PA juga membunyikan pengumuman genting secara berulang kali. "Ini peringatan darurat. Kota sedang diserang."

Seluruh warga yang berada di 'Persimpangan Dunia' itu menjerit ketakutan, baik yang berada di dalam maupun luar gedung. Lalu lintas menjadi kacau. Banyak mobil bertabrakan satu sama lain.

Di saat seperti ini, yang ada dalam pikiran masyarakat hanyalah berusaha untuk menyelamatkan diri. Semua berlari sejauh mungkin dari titik ledakan, mencari tempat aman.

Kepulan asap pada tempat mendaratnya sinar barusan mulai menipis, menampilkan sebuah kawah yang telah terbentuk akibat ledakan tadi.

Dan di tengah-tengahnya, berdiri sosok humanoid berperawakan besar.

Tinggi makhluk itu hampir melebihi tiang listrik. Dia memiliki mata kuning menyala, sepasang tanduk di dahi, dan gigi-gigi yang runcing dengan sepasang taring panjang pada rahang bawah. Sekujur tubuhnya berwarna biru berpendar.

Kemudian, tangan kiri dan kanan sang makhluk biru diselimuti oleh suatu energi cahaya putih kebiruan.

Dia merentangkan kedua tangan. Energi itu langsung berubah menjadi pancaran cahaya dahsyat yang melesat dari telapaknya.

Makhluk itu menembakkan sinarnya ke semua bangunan di sekitarnya. Bagian dari gedung-gedung yang terkena serangan itu meledak, yang kemudian juga merobohkan keseluruhan bangunan. Tidak hanya gedung. Setiap fasilitas di area tersebut juga musnah akan pancaran sinar penghancur sang makhluk besar.

Pemandangan Times Square telah berubah dalam waktu singkat. Seperti telah dibombardir tanpa henti, seluruh kawasan diliputi oleh kobaran api dan kehancuran.

Di atas Times Square yang porak-poranda, tiga helikopter militer muncul sebagai respons terhadap kejadian ini.

"Target ditemukan!" ujar pilot salah satu helikopter kepada yang lain.

Tanpa pikir panjang, mereka langsung menyerang makhluk tersebut. Banyak rudal ditembakkan dari turet pada sisi kiri dan kanan masing-masing helikopter. Mereka juga menggunakan turet mitraliur yang berada di bagian bawah, menembaknya tanpa henti.

Rudal-rudal meledak saat mengenai tubuhnya. Peluru mitraliur yang diketahui cukup kuat untuk menembus batu dan baja juga menghantamnya bertubi-tubi di saat yang sama.

Mereka terus menembak, sampai mata para pilot melebar penuh kengerian akan apa yang mereka dapati.

Peluru-peluru mitraliur memantul ketika mengenainya, jatuh berhamburan ke tanah. Bahkan tidak ada rudal yang mempan terhadapnya.

Sang monster menatap mereka, yang masih menembakkan senjata-senjata helikopter kepadanya, tanpa bergeming sedikit pun.

Dia mengarahkan telapak tangan kirinya pada salah satu helikopter, menembakkan pancaran sinar destruktif.

Serangan itu melesat lebih dari kecepatan suara. Tidak ada pilot dari ketiga helikopter yang sempat menghindar. Rotor salah satu helikopter terkena dan meledak, sebelum sang monster biru mengarahkan pancarannya ke dua helikopter lain pada rotor mereka.

Para pilot berteriak di saat helikopter mereka turun berputar-putar dalam keadaan berasap, kemudian jatuh ke jalanan kota satu per satu.

Empat mobil lapis baja datang di sisi lain. Mereka berhenti beberapa meter di belakang monster biru.

Pasukan tentara dengan peralatan tempur lengkap keluar dari pintu belakang masing-masing mobil. Setelah mengambil posisi defensif bersama-sama di belakang kendaraan, mereka mengangkat senapan. Membidiknya.

"Tembak!"

Tepat setelah mendengar komando dari kapten, angkatan bersenjata menembak makhluk jahat itu secara bersamaan.

Hasilnya sama saja. Tidak ada peluru yang mampu melukai tubuhnya yang terlalu kuat. Semuanya jatuh ke tanah. Rasa takut para tentara semakin tinggi setelah menyadari hal tersebut.

Makhluk itu memandang mereka rendah dan mulai muak.

Dia mengangkat kaki kanan sedikit, lalu mengetak tanah dengan keras. Tidak hanya membuat tanah retak, injakan itu menciptakan gelombang energi yang bergerak meluas ke depannya bagai ombak, sekaligus menghancurkan jalan yang terkena.

"AAAH!!" Seluruh tentara terlempar seraya berteriak kesakitan akibat serangan itu. Mobil-mobil militer juga ikut terhempas hingga berjungkir balik.

---

"Unidentified Lifeform Nomor 587 muncul di Midtown! Dekat dengan markas kita!" seru Nadia, salah seorang operator selagi memandang layar komputer yang menunjukkan suatu radar peta Manhattan dengan titik merah yang berkedip-kedip pada daerah yang dimaksud.

Suasana Pusat Komando pada Badan Netralisasi Monster Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNMC begitu gaduh. Kemunculan monster di New York membuat empat belas operator panik.

Dengan komputer masing-masing, para operator sibuk mengumpulkan data mengenai makhluk itu. Mereka juga mengirimkan laporan status kota yang sedang diserang kepada organisasi pertahanan yang lain.

"Bagaimana tingkat kehancurannya? Apa semua penduduk telah dievakuasi?" Christopher yang berdiri di tengah ruangan bertanya kepada mereka dengan nada yang tetap tenang namun tegas.

"Times Square hancur rata, pak!" jawab Marcus, operator di sebelahnya dengan tugas mengamati aktivitas sang penyerang. "Diperkirakan dapat mencapai keseluruhan Pulau Manhattan dalam waktu kurang dari setengah jam!"

"Masih ada sejumlah warga yang terjebak di wilayah itu! Kami belum tahu status keselamatan mereka!" lanjut operator lain bernama Randall yang bertugas di bagian pengawasan penduduk.

"Jenderal Pierce, Angkatan Darat telah jatuh!" Barbara melapor pada Christopher, setelah melihat status keaktifan pasukan bersenjata yang telah terjun di lokasi kejadian pada komputernya.

Sudah kesekian kalinya UNMC dihadapkan situasi seperti ini. Tapi dalam menangani serangan monster, terutama yang dapat menghancurkan keseluruhan kota dan di atasnya, mereka tidak akan pernah dapat terbiasa untuk merasakan kewalahan yang juga disertai teror.

Christopher memandang monitor lebar di dinding, terdiri dari puluhan layar dengan tampilan berbeda-beda. Mulai dari layar yang menampilkan radar lokasi keberadaannya, informasi data mengenai struktur tubuhnya dalam model tiga dimensi dan beberapa jenis diagram tingkat kerusakan kekuatannya, hingga siaran berita live mengenai monster yang mengamuk di New York dari CNN, BBC, CNBC dan saluran televisi internasional lainnya.

"Lagi-lagi monster yang sangat kuat..." sang jenderal bergumam, di tengah memandang monitor dinding dengan ekspresi yang sangat serius.

Dilihat dari kemampuannya, makhluk itu berpotensi untuk tidak hanya menghancurkan Manhattan, tapi juga keseluruhan Amerika Serikat. Christopher harus membuat keputusan yang cepat dan tepat sebelum jumlah nyawa tak berdosa yang melayang meningkat, bila mereka tidak dapat menghentikan makhluk itu tanpa adanya korban jiwa satu pun.

"Tetapkan ini sebagai ancaman tingkat nasional," perintahnya. "Kirim skuad kita yang tersedia!"

"Siap, pak!" Barbara mengakses sistem radio dan mulai memberitahu unit yang diminta Christopher melalui mikrofon komputer. "Peringatan DEFCON 2! Level Ancaman: Nasional! Meminta dua belas personel untuk bergerak ke lokasi sekarang juga!"

---

Gedung-gedung telah ambruk. Sejumlah kendaraan dan fasilitas umum yang terbakar. Banyak asap tebal dari kehancuran telah menutupi langit, membuat wilayah itu menjadi gelap.

Belum sampai 15 menit dan seluruh Midtown sudah berubah menjadi kumpulan reruntuhan.

"Ayaaah…! Ibuuu…!"

Seorang anak laki-laki tidak lebih dari 10 tahun berlutut sendirian di antara puing-puing bangunan, menangis tersedu sambil memanggil kedua orang tuanya.

Tidak ada yang datang kepadanya. Hingga kemudian…

Dia menghentikan tangisannya sejenak ketika mendengar suara langkah kaki yang berat yang berasal dari depan. Dia mendongak, mendapati bayangan sosok humanoid besar yang muncul di dalam asap.

Bayangan itu berjalan ke arahnya. Penampilannya menjadi tampak jelas setelah keluar dari asap, yang mana membuat si anak laki-laki terbelalak ketakutan.

Sang monster biru yang telah menghancurkan porsi tengah dari Manhattan, berada di depan mata kepalanya sendiri.

Dia berhenti di dekat si anak, berdiri diam seraya melotot padanya. Tatapan makhluk itu tidak ada menunjukkan perasaan apa pun, selain niat jahat.

Tubuh si anak kecil gemetaran. Jantungnya berdebar kencang. Napasnya memburu. Air matanya terus berlinang.

Dia menyaksikan sang monster mengangkat tangan yang terkepal, bersiap untuk menghantamnya rata.

Anak itu sudah termakan oleh rasa takut yang menjadi-jadi sehingga membuat dirinya merasa sulit untuk bergerak. Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain meratapi nasib.

Ini adalah momen terakhir dalam hidupnya.

Monster biru mulai meluncurkan pukulan.

Tiba-tiba, sesuatu melintas di depannya bagai hembusan angin, memindahkan anak itu sebelum tinjunya sampai. Tanah di mana si anak kecil berada sebelumnya hancur berkeping-keping terkena hantaman kepalan tangannya.

Sang monster terbelalak menyadari manusia mungil itu sudah tidak ada di depannya. Dia menoleh ke kanan, arah di mana sosok blur secepat angin yang mengambilnya barusan bergerak.

Pada jarak belasan kaki dari makhluk biru, penyelamat anak laki-laki itu sedang bertekuk lutut membelakanginya.

Si anak laki-laki berada dalam dekapan sosok itu, membuatnya terlindung dari tekanan kecepatan tadi. Dia terkejut mendapati dirinya yang semula berdiri di hadapan monster menjadi berpindah tempat dalam sekejap.

Sang penyelamat tersebut adalah manusia.

Tapi, pakaiannya aneh, menutupi sekujur tubuhnya. Setelannya tampak seperti sepasang jaket dan celana panjang abu-abu terang yang terbuat dari suatu jenis kain tebal.

Si anak kecil diturunkan kembali. Untuk sesaat, dia masih memandang dengan ekspresi terkejut terhadap sosok yang baru saja menyelamatkannya. Dia pernah melihat orang tersebut beberapa kali di televisi. Sekarang dia bertemu dengannya secara langsung, tepat di hadapannya.

Setelah sosok itu berdiri, si anak kecil lari menjauhi tempat itu.

Monster biru menyadari bahwa pendatang baru tersebut bukanlah manusia biasa menilai dari kemampuannya tadi.

"Siapa kau?" tanya sang monster dengan geram. Suaranya dalam dan jahat.

Mendengarnya, orang itu berbalik menghadap sang monster dan memasang sikap melipat tangan, memperlihatkan keseluruhan penampilannya.

Setelan pakaiannya abu-abu muda, dengan sepasang sarung tangan dan sepatu bot abu-abu tua. Dan juga topeng abu-abu yang sepenuhnya menutupi kepala. Desain yang sangat polos.

Seorang pria berkostum, tipikal tokoh buku komik.

"Hanya orang yang jadi superhero untuk bersenang-senang."

Dia menjawab dengan lugas.

Perkataan tersebut membuat sang monster terbelalak dan menganga.

"Bersenang-senang? Alasan macam apa itu?!" keheranannya berubah menjadi amarah.

Dia tidak menyangka ada manusia yang berani bermain-main dengannya.

"Aku adalah perwujudan dari lapisan atmosfer Bumi, Monster Ozon! Umat manusia tidak lebih dari sekedar bakteri yang merusak planet ini! Mereka telah mencemari lingkungan dengan semua zat yang dihasilkan dari mesin-mesin pabrik mereka, sehingga lapisan kami menjadi semakin menipis!"

Makhluk biru yang memperkenalkan diri sebagai Monster Ozon itu menjelaskan dengan nada yang mengintimidasi.

Lawannya, pria berkostum yang mengklaim diri sebagai seorang superhero, hanya memandangnya tanpa menunjukkan reaksi apa-apa.

"Dan kau? Kau sebut ini bersenang-senang?!" Monster Ozon melanjutkan. "Beraninya kau memandangku rendah, makhluk kecil! Orang-orang sepertimu pantas untuk binasa!"

Dia tambah murka. Ukuran tubuh sang monster mulai membesar. Energi cahaya yang jauh lebih besar dan terang menyelimuti kedua tangannya.

Anak laki-laki yang telah diselamatkan oleh pria berkostum sedang bersembunyi di belakang puing-puing pada jarak yang cukup jauh dari mereka. Dia gemetar ketakutan lagi, melihat Monster Ozon yang bersiap untuk menyerang penyelamatnya.

Sementara sang pahlawan super itu sendiri…

Dia masih berdiri santai, dengan kedua tangan yang sudah turun. Bahkan, dia terlihat tidak peduli sama sekali. Ekspresinya tetap datar, terlihat dari bentuk mata putih pada topengnya yang menggambarkan seperti orang yang kebosanan.

"Demi mempertahankan keberadaan kami, aku akan memusnahkan kalian semua beserta peradaban kalian dari planet ini tanpa sisa! Dan tiada seorang pun yang dapat menghentikanku!!"

Monster Ozon merentangkan kedua tangan ke depan. Sambil meraung penuh amarah, dia menembakkan pancaran sinar pemusnah yang sangat besar tepat padanya ke arah lawannya.

Serangan energi itu mengenai sekujur tubuh pria berkostum abu-abu. Saking panjang dan luasnya tembakan sinar dari sang monster sehingga memancar jauh melalui targetnya. Daya rusak yang ditimbulkan begitu dahsyat. Semua gedung yang termakan pancaran sinar itu langsung musnah menjadi sekumpulan abu, yang kemudian lenyap.

Anak laki-laki yang menyaksikan dari kejauhan tiarap di balik puing-puing dan menutup mata secara erat, melindungi diri dari embusan angin keras yang timbul dari serangan sinar penghancur. Dia yakin bahwa sang pria berkostum sudah tewas.

Usai belasan detik, sang monster biru pun berhenti mengeluarkan kemampuannya.

Dia memperhatikan pemandangan di depannya, yang dipenuhi asap tebal. Tanah di depan kepulan asap telah hancur total akibat tembakan sinar tadi.

Monster Ozon merasa puas.

Tapi, ketika asap mulai menghilang, raut wajahnya langsung berubah drastis.

"Apa?!"

Terkejut bukan main, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Anak kecil di persembunyiannya juga bereaksi sama. Mata dan mulutnya terbuka lebar-lebar melihat apa yang terjadi.

Seluruh area di depan sang monster telah menjadi hangus dan rata. Akan tetapi…

Pria itu masih ada di sana, seolah-olah tidak ada terjadi apa-apa terhadapnya.

Tembakan energi sinar tadi adalah serangan yang sangat kuat. Apa pun yang terkena dapat musnah tanpa sisa.

Namun dia masih berdiri dengan tenang di tempat yang sama, dalam kondisi sempurna. Wajah dari topengnya masih menunjukkan ekspresi datar terhadap Monster Ozon. Bahkan kostumnya tetap utuh. Meski dipenuhi kepulan asap, tidak ada sedikit pun bagian yang rusak.

"Bagaiman-AAAGH…!!"

Sebelum selesai bicara, Monster Ozon meledak berkeping-keping…

…oleh tinju dari superhero abu-abu, yang kini sedang berdiri tepat di depannya.

Di saat yang sama, seluruh gumpalan asap yang menutupi langit juga seketika menjadi lenyap akibat hembusan angin yang timbul dari pukulan itu. Midtown kembali terang oleh sinar mentari.

Keterkejutan anak kecil yang menyaksikan kejadian tersebut semakin menjadi-jadi. Dirinya baru saja melihat sang pria berkostum, yang sebelumnya berada jauh dari Monster Ozon, tiba-tiba berpindah tempat ke dekat sang makhluk biru sebelum berkedip. Belum lagi orang itu mengalahkannya dengan satu hantaman.

Si anak laki-laki tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun, tidak tahu harus bereaksi bagaimana selain terbelalak melongo. Tidak pernah dia sangka bahwa dirinya dapat secara langsung melihat hal seperti ini.

Keping-keping tubuh Monster Ozon jatuh bagai hujan di hadapan superhero yang telah mengalahkannya. Cairan biru, tampaknya darah sang monster, keluar dari semua bagian tubuhnya yang tergeletak hingga menggenangi tanah.

Pahlawan berkostum abu-abu berdiri mematung untuk beberapa saat. Tinjunya yang dipenuhi kepulan asap masih dalam posisi ke depan.

Lalu dia mendekatkan kepalan tangannya. Dia memandangnya sampai asap hilang, dengan tatapan yang… Kecewa.

"Bruh… Satu pukul, lagi."

Sang superhero menggerutu dengan kesal.

"Jelas saja kesal! Aku datang jauh-jauh dan masih dapat monster yang payah!"

Jangan marah. Ini adalah debutmu.

"Debut apaan?! Aku sudah melakukan ini selama bertahun-tahun!"

Di sisi lain, anak kecil yang masih berada di balik puing-puing menjadi penuh kebingungan melihat sang pria berkostum berbicara sendiri.

Pahlawan bertopeng merendahkan bahu dan membuang napas panjang dari mulutnya.

"Buang-buang waktu saja."

Tidak lama, terdengar sirene polisi serta suara baling-baling dari belakangnya.

Dia berbalik, mendapati kedatangan sejumlah mobil NYPD dan Angkatan Darat Amerika Serikat yang lain. Disusul oleh empat helikopter militer di udara.

Setelah semua mobil berhenti, para polisi militer dan tentara mulai keluar dengan membawa senapan masing-masing.

Pintu dari ketiga helikopter terbuka. Mereka menurunkan tali panjang hingga mencapai tanah, digunakan untuk turun oleh sekelompok prajurit berseragam biru terang dan rompi anti peluru kelabu gelap.

Atribut kedua belas tentara itu cukup berbeda dengan pasukan militer mana pun, tampak lebih canggih. Selain pada bagian dada dan punggung rompi, kedua pundak, siku, paha dan lutut mereka juga terpasang pelat baja berwarna biru tua. Helm taktis mereka memiliki masker tebal serta visor yang menutup keseluruhan wajah dari luar.

Emblem pada sepasang pelindung bahu mereka merupakan lambang PBB dengan tulisan 'United Nations Monster Counteractions'. Sudah jelas bahwa mereka adalah unit yang dikirim oleh Jenderal Pierce.

Awalnya mereka semua berniat untuk membidikkan senjata terhadap pria itu. Tapi mereka langsung berhenti berlari setelah melihatnya dengan jelas.

Edgar, sang Kapten UNMC, mengesah pada sang superhero abu-abu, "Lagi-lagi kau..."

Semua tentara dan polisi tertegun. Namun bukan kepada pahlawan berkostum, melainkan pemandangan di belakangnya.

Pemandangan di mana banyaknya kepingan tubuh monster berceceran, dan kota yang telah hancur lebur.

Mereka bisa melihat bahwa dia telah menangani situasi... Kurang lebih.

Dalam sekejap, sang pahlawan berkostum telah pergi meninggalkan tempat. Kecepatan supersoniknya menimbulkan gelombang kejut kecil di udara dan meninggalkan retakan di tanah tempatnya berpijak tadi. Hembusan angin sangat keras sehingga para polisi militer NYPD dan tentara Angkatan Darat Amerika Serikat melindungi wajah mereka dengan tangan sambil menutup mata, terkecuali pasukan UNMC berkat pelindung wajah mereka.

Setelah hembusan angin berhenti, yang lainnya kembali membuka mata. Masing-masing prajurit UNMC melepas helm mereka. Mereka menemukan superhero itu sudah tidak lagi berada di sana.

"Yah, dan dia pergi begitu saja," ujar Lauren, salah seorang prajurit UNMC, dengan nada mengalah.

Sementara para tentara Amerika Serikat dan polisi militer ditinggal terkejut, ekspresi pasukan khusus PBB itu tetap datar. Banyak orang sudah pernah bertemu dengan sang superhero secara langsung beberapa kali, namun pasukan UNMC adalah yang paling sering. Mereka sudah terbiasa menyaksikan berbagai kemampuannya yang menakjubkan.

"Ada seorang anak di sebelah sana!" seorang polisi militer menunjuk ke arah anak laki-laki yang masih mengintip dari balik tumpukan puing.

Selagi semua polisi dan tentara berpencar mencari keberadaan penduduk lain yang masih selamat, dua polisi berlari menghampiri si anak kecil. Salah satu dari mereka membawa kotak pertolongan pertama.

"Kau tidak apa-apa, nak? Apa kau terluka?" polisi itu memegang pundaknya.

Anak itu hanya menggeleng. Dia masih bingung harus berkata apa. Pikirannya masih berkecamuk akan kejadian tadi.

"Anak yang malang," polisi satunya berkomentar. "Dia pasti sudah melihat terlalu banyak."

Sementara itu, kedua belas prajurit UNMC memandang di sekitar mereka.

"Astaga..." Paul memasang wajah keputusasaan bersama rekan-rekan timnya. "Aku sangat lelah dengan ini."

Beberapa dari mereka bahkan sampai menepuk jidat dan menggeleng-geleng frustrasi.

Runtuhnya gedung-gedung, mobil-mobil yang terjungkir balik dan terbakar, rusak dan hangusnya semua jalanan... Tidak ada satu pun fasilitas umum yang masih utuh.

"Bagaimana cara kita menenangkan mereka kali ini?" Edgar berusaha untuk tidak membayangkan wajah para penduduk saat mereka melihat kondisi Midtown.

***

===========

GLOSARIUM

===========

UNSC – United Nations Security Council / Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

US Army – United States Army / Angkatan Darat Amerika Serikat

NYPD – New York City Police Department / Departemen Kepolisian New York

UNMC – United Nations Monster Counteractions / Netralisasi Monster Perserikatan Bangsa-Bangsa

SAGA_UNIVERSEcreators' thoughts
Next chapter