3 Malam Minggu

Happy Reading Guys...

***

Nesya benar-benar repot hari sabtu ini. Sore hari dia berolahraga, setelah itu mandi susu. Dia benar-benar merawat dirinya. Alasannya karena dia mau kencan malam ini dengan Seno.

Nesya benar-benar antusias, dia memilih baju yang pas untuk di pakai malam ini.

"Kenapa anak bunda, acak-acak baju gini?"

Nesya nyengir kuda, "anu Bunda, mau pergi sama temen," ucap Nesya.

"Temen apa temen?"

"Temen Bunda," ucap Nesya, "tapi semoga aja dia mau jadiin Nesya lebih dari temen," gumam Nesya benar-benar tak terdengar oleh Bundanya.

***

Nesya benar-benar ingin tampil sempurna, ia terus saja merapikan rambutnya, beberapa kali ia bercermin pada kaca yang dapat menampilkan bayangan dirinya. Ia masih betah menunggu Seno. Padahal sudah satu jam lebih menunggu.

Nesya menatap tiket nontonnya dengan iba, lima menit lagi Film akan diputar dan tidak ada tanda-tanda Seno akan datang.

"Masa iya sih kamu melanggar janji," gumam Nesya.

Lima menit itupun berlalu, harapan Nesya pun hilang begitu saja. Ia terlalu percaya diri.

"Semangat Nesya, mungkin Seno lupa atau ada urusan lain," ucap Nesya menyemangati dirinya sendiri, yang pada kenyataannya Seno bahkan tak mengangkat panggilan Nesya yang sudah berpuluh-puluh kali. Nesya pun membuat tiket itu, ia memilih keluar dari bioskop. Hari yang semakin malam dan juga dingin, Nesya tak membawa jaket karena ia pikir hanya sebentar, setelah keinginan menontonnya terpenuhi ia akan langsung saja pulang. Namun nyatanya dia sampai larut malam dihabiskan menunggu kedatangan Seno yang semu.

Nesya berjalan mengitari setiap tempat di mall ini. Ia berjalan untuk pulang. Dengan suasana hati yang cukup buruk.

Nesya terdiam sebentar, ia melihat pemandangan yang cukup membuat hatinya ngilu.

Satu-satunya wanita yang dekat dengan Seno ketika kecil adalah Erisca alias Ica, yah seno memanggilnya Ica. Seno selalu ramah pada Ica, adik kelasnya yang sekolah di luar negeri. Dan sebenarnya tidak ada yang tahu tentang Ica. Nesya pun hanya tahu sekilas tentang Ica. Dia sulit mengetahui lebih detail.

Kaki Nesya berjalan masuk kedalam cafe, kakinya seolah-olah menyeret masuk dan menghampiri mereka berdua yang sedang bercengkrama.

Seno tiba-tiba berubah dingin, tidak seperti dengan Ica tadi. Senyum dan hangatnya sangat terpancar.

"Siapa yah?" tanya Ica yang bingung.

"Nesya, temennya Seno."

"Oh, mau ada yang dibicarain dengan Kak Seno?" tanya Ica.

Nesya tersenyum dan ia menghadap Seno.

"Kalo gak bisa gak papa, jangan janji biar aku gak usah kesini dan harus nunggu lama," ucap Nesya langsung.

Ica melihat Seno yang wajahnya terlihat dingin. Ica sendiri tidak mengerti, situasi macam apa ini? pikirnya.

"Kak Seno ada janji yang lain? bukannya tadi Kak Seno ngajak aku mendadak?"

Nesya menghela napasnya.

"Gue gak pernah nyuruh Lo nunggu, lagi pula yang maksa siapa? Lo gak bakalan pergi dari hadapan gue kalo gue enggak meng-iyakan."

Benar, apa yang diucapkan Seno memang benar. Nesya mengangguk membenarkan ucapan Seno.

"Iya juga yah, yaudah aku minta maaf udah ganggu kalian berdua," ucap Nesya tersenyum dan langsung berpamitan juga meminta maaf.

Nesya berjalan menyusuri jalanan yang ternyata tiba-tiba hujan. Ya, seolah-olah alam tahu apa yang dirasakan Nesya sekarang. Nesya bebas mengeluarkan air matanya tanpa orang-orang tahu. Nesya berjalan menuju halte tempat pemberhentian bus, ia berteduh sambil memainkan air yang menggenang. Kakinya berayun menyentuh genangan air itu.

Ia tahu malam ini tidak akan ada bus yang lewat. Karena ini memang sudah sangat malam.

Teet...Teet...

Suara klakson itu membuat Nesya tersadar dari lamunannya.

"Lagi ngapain sendiri disini?" tanya cowok yang berhenti di depan Nesya.

"Nunggu Bus," jawab Nesya singkat.

"Lo gila? ayo naik, gue anter pulang," ajakn cowok itu. Dia Denis, sahabat Seno. Nesya menggelengkan kepalanya menolak. Denis pun keluar dari mobilnya dan menyeret Nesya untuk masuk mobilnya.

"Lo kenapa sih? Kayak diselingkuhin aja," ucap Denis.

"Iya... Seno selingkuh Nis."

"Selingkuh sama siapa? Emang kalian pacaran?"

Nesya benar-benar tak mood, dia hanya menggelengkan kepalanya. Denis yang melihat pakaian Nesya tanpa lengan dan rambut juga bajunya seperti kebasahan membuat Denis membuka jaketnya dan menyerahkan pada Nesya.

"Pake, masuk angin tau rasa Lo!"

Nesya tak mendebatnya dia pun memakai jaket itu, karena dia juga merasa kedinginan.

***

Jangan lupa vote, PS, giftnya 😘.

avataravatar
Next chapter