13 Tiga belas

Andini kini sedang sibuk mempersiapkan tugas-tugas yang akan di berikan oleh murid nya, ia mengajar di Sekolah Dasar dekat dengan tempat tinggalnya. Ibu dari Senja tersebut kini menginjak kepala 4 namun, masih terlihat muda dan sehat.

Ia bergelut dengan beberapa lembar tugas dan di tata dengan rapih di atas meja kerja nya dirumah. Sebenarnya gaji dari mengajar pun sudah cukup untuk menghidupi keperluan keluarga nya, bahkan ia tak menginginkan Senja harus bekerja apalagi hingga jauh di Kota orang.

Cemas dan khawatir selalu menghampiri di relung hati Andini mengingat anak semata wayangnya yang jauh disana, tak heran jika sehari bisa berkali-kali ia menelfon Senja memastikan apakah Anak-nya tersebut sudah makan atau sekedar minum air putih saja.

Tanpa sengaja ia melihat foto nya bersama Senja yang terhiasi dengan Frame kaca di atas meja kerja nya, ia melirik dengan tatapan seduh, mengambil dan mengelus perlahan wajah Senja yang tersenyum lebar sambil memeluknya dengan suasana pantai yang indah.

Rindu, hanya Kata-kata itu yang mampu ia ucap kini, air mata nya jatuh perlahan, rasanya lama sekali ia tak mengobrol dengan anaknya itu, karena Senja jarang sekali pulang dan Kini Wabah Virus Corona atau Covid 19 sedang menyerang negara, bahkan bukan hanya Indonesia saja.

"Bu, minum dulu" ucap seorang laki-laki lirih sambil menaruh segelas air putih di atas meja Andini. Ia adalah Anggit Ayah dari Senja yang kini sudah tidak bekerja lagi, ia sudah pensiun dari jabatan nya sebagai TNI-AU pada masa jaya nya dulu.

Kegiatan nya kini hanya berdiam diri dirumah, menikmati masa-masa tua dan memperbanyak ibadah mendekatkan diri pada sang Khalik. Terkadang juga membantu istri nya untuk mengajar di rumah, jika ada anak yang ingin bimbel atau belajar tambahan dirumah.

"Anak mu sudah besar bu" ucap Anggit dengan mengelus perlahan pundak istri tercinta nya.

"Ia sudah dewasa, sudah tau apa hal yang baik untuk diri nya, kita sebagai orang tua mampu mendoakan saja" sambung nya.

Andin menghela nafas pelan, ia sedikit lega dengan tutur kata yang di lontarkan oleh Anggit baru saja.

"Ibu cuma kangen kok yah, masa pandemi seperti ini memang akses sedang susah, meskipun sudah ada beberapa orang beraktivitas di luar rumah, ibu hanya khawatir dengan keadaan Senja disana" terang nya.

Anggit pun membuka handphone lalu mencari kontak Senja dan mulai obrolan lewat Video Call, beberapa detik berdering dan akhirnya telfon itu pun tersambung oleh Senja.

Terlihat Senja sedang bekerja, mengerjakan deadline untuk akhir bulan yang sudah harus selesai dan di serahkan kepada media cetak untuk segera di terbitkan. Ia tersenyum sambil melambaikan tangan kepada kedua orang yang membuat nya senantiasa kuat tersebut.

"Assalamu'alaikum" sapa nya dan di jawab serentak oleh kedua orang tua nya.

"Nih ibu mu kangen abis nangis dia" ucap Anggit sambil tertawa kecil, dan langsung mendapat kn cubitan kecil di perut nya.

"Haha, mana nih yang kangen aku, uww abis nangis yaa sayang sayang cup cup cup" goda nya dengan tertawa lepas. Ia begitu senang melihat kedua orang tua yang amat sangat ia rindukan.

Ia jadi teringat, bagaimana dulu mereka masih tinggal satu rumah saat Senja duduk di bangku SMA, hanya bertiga dan terasa begitu ramai dan tentram, segala hal di lakukan bertiga, dari mulai makan, membereskan rumah bahkan membantu Andin untuk mengajar.

Senja teringat bagaimana masa kecil yang ia habiskan dengan begitu bahagia, meskipun sang Ayah dulu sibuk dengan pengabdian nya terhadap negara tak membuat masa kecil nya suram, ia tetap mendapatkan kasih sayang yang layak dan sama seperti anak seusia nya dulu.

Senja teringat bagaimana dulu ia sakit, ia jatuh dan perhatian orang tua terhadap diri nya yang begitu dalam, rasanya ia ingin sesekali pulang lalu merangkul mereka dan bercerita tentang hidupnya di Kota orang.

"Kamu ini ya dasar, gimana disana? kamu bisa jalan kemana mana kan? PSBB masih berlaku disana?" tanya Andin penuh selidik.

Senja sedikit membenarkan posisi duduknya lalu menjawab pertanyaan Andin.

"Yaa sebenernya masih bu, cuma ya ibu tau lah kalo kita selalu dirumah terus gimana mau cari uang untuk makan" ucapnya sambil fokus pada laptop.

"Loh, kamu kan bisa kerja dari rumah kek sekarang ini?" tanya Anggit yang merebut ponsel dari tangan Andin.

"iya memang sih, cuma aku bosen terus-terus an dikost, pengen jalan-jalan, lagi pun kantor buka seperti biasa, cuma ya harus tetep jaga jarak dan pake masker aja" jelas nya menenangkan.

"Hmm begitu, rencana kamu mau pulang kapan?" pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Anggit.

Namun Senja hanya diam, sedikit berfikir sebelum ia membuka suara perihal kepulangan yang belum sama sekali ia rencanakan. Ia menelan ludah dan berusaha mencari Alasan agar ia tidak pulang dulu dalam waktu dekat.

"Kok diem, kamu punya cowok baru ya disana, sampek betah banget gak pulang" omel Andin dan di ikuti gelak tawa Anggit.

"Eh kata siapa, engga kok aku sibuk banget yah, bu. Ini aja deadline harus kelar akhir bulan lagian aku kan baru pulang 2 bulan yang lalu" elak Senja santai.

"Seharusnya kamu gak usah terlalu capek seperti itu nja, gak usah kerja, ibu sama Ayah masih sanggup biaya in kamu kuliah, kamu bisa ambil beasiswa juga kan" ucap Andin menasehati.

Senja menarik nafas berat lalu menutup laptop dan beranjak dari tempat tidur lalu membuka jendela kamar nya.

"Bu, kita sudah bahas ini sebelumnya, dan ibu setuju sama keputusan aku sekarang, biarin aku gapai cita-cita ku sendiri bu, biarin aku mandiri, aku disini baik-baik aja kok ibu tenang aja ya" ucap nya menahan air mata, meskipun hidup di kota orang juga berat bagi anak semata wayang yang dari kecil di perlakuan istimewa.

"Ibu hanya khawatir, cemas kamu disana sendirian gak ada saudara, ibu selalu berdoa kamu disana biar baik-baik aja dan apapun yang kamu inginkan terkabul" doa nya penuh dengan kesungguhan.

Senja hanya tersenyum dan meng'amin'kan doa dari Andin.

"Eh nja, ibu lihat gamis bagus banget tadi, bu surya jualan gamis terus ibu liat-liat gitu bahan nya lembut, ibu juga belum ada model gamis kek gitu" Kode Andin yang ingin di belikan Gamis baru oleh Senja.

"Alahhh, iyaa deh bu nanti Senja transfer buat beli gamis nya, gak usah Ngode-ngode langsung bilang aja kaliii" Senja pun tertawa melihat ekpresi ibu nya yang tersipu malu

avataravatar
Next chapter