10 Sepuluh

"Kamu di pecat!!!" ujar suara Pak Yislam dengan suara lantang ia begitu ber api-api kini. Aksara yang duduk di hadapan nya pun di buat terkejut, hanya karena masalah minuman tumpah saja ia harus kehilangan pekerjaan yang sudah ia geluti selama ber Bulan-bulan. Bahkan ia sudah menjadi tangan kanan kepercayaan pak Yislam jika beliau tidak ada di Caffe.

"Tapi pak, itu juga sepenuhnya kesalahan pelanggan" ujar nya membela diri, berharap pak Yislam tidak salah mengambil keputusan dan mempertimbangkan lagi keputusan nya. Suasana hening sejenak.

"Kamu kayak gitu aja sudah teledor, bagaimana jika pelanggan itu menuntut Caffe kita?" jawab pak Yislam mencari 1000 alasan agar Aksara lekas pergi dari Caffe nya.

"Tak masuk akal sekali, kenapa pak Yislam berfikir terlalu jauh, pelanggan tadi baik-baik aja, gak marah juga ga maki-maki" batin nya berkecamuk.

Pak Yislam pun mengeluarkan amplop berisi beberapa lembar uang dan menyodorkan ke Aksara, tanpa perlu banyak bicara dan penjelasan Aksara faham, pasti itu adalah uang pesangon terakhir dan Aksara benar-benar harus mencari pekerjaan lain secara mendadak.

Aksara meraih Amplop tersebut dan beranjak pergi meninggalkan ruangan pak Yislam dengan raut wajah yang bingung. Ia melepas seragam Cafe dan segera mengganti dengan baju biasa yang ia pakai berangkat tadi pagi.

Teman-teman Aksara yang menunggu Aksara keluar dari Ruang ganti pun bergegas mencecar dengan beragam pertanyaan.

"Gimana bro?" tanya salah satu teman nya.

Aksara menghela nafas panjang, dan menjelaskan bahwa ia sudah tidak akan bekerja di Caffe lagi mulai besok. Teman-teman nya pun terkejut mengapa hal sepele seperti ini bisa menjadi Bom bagi Aksara. Padahal teman-teman nya percaya bahwa kinerja Aksara sudah tidak di ragukan lagi.

"Wah, Pak Yislam pasti salah itu, lagi eror otak nya" ucap teman nya yang tak Terima.

"Udah lah, barangkali rejeki gue bukan disini. Gue minta maaf ya kalo selama kerja disini ada salah sama kalian" Ucap nya.

Mereka pun berpelukan, dan saling bersalaman untuk terakhir kali nya.

***

"Njaaa, ayo cepetan. Lu nyari buku apa sih, kita udah dua jam disini tau gak!!!" Teriak Aira membuat seisi tokoh Buku melirik sinis ke arah nya.

"Hehehe" tawa Kecil Aira sambil menutupi kedua mulut nya yang tidak bisa mengerem.

Senja yang mengetahui hal itu hanya tertawa sinis, dan melanjutkan mencari buku-buku yang ia cari dan ingin ia koleksi lagi.

Ia berkeliling dari Rak satu hingga Rak berikut nya, padahal hampir setiap minggu ia kesana dan tau betul letak buku yang akan ia cari, kadang Mas Ardi sudah tidak ada guna nya jika pelanggan nya adalah Senja, hehe. Karena Senja sudah begitu hafal letak buku dan baris ke berapa buku itu ada, berbeda jika itu buku baru. Senja bukan paranormal yang bisa mengetahui buku baru yang sudah di tata oleh Mas Ardi.

Ia mengambil buku dan membaca sinopsis cerita tersebut, ia tersenyum kecil mungkin Sinopsis tersebut menggelikan batin nya sehingga ia tertawa. Ia beranjak dan meninggalkan Rak buku menuju ke Kasir tempat mas Ardi duduk dan mengawasi semua Pelanggan yang ada.

"Ini mas" ucap Senja dengan menyodorkan buku yang sudah ia pilih selama dua jam.

Mas Ardi pun melirik, sudah ia tebak bahwa Senja akan memilih buku baru yang pasti ia belum punya sebelumnya.

"Bucin ya kamu nja, Buku-buku mu pasti isinya soal Cinta, soal Aksara lah, Senja, puisi, quotes, motivasi" ucap Mas Ardi sambil menggelengkan kepala nya dan membungkus buku yang Senja beli.

"Yehhh, ya terserah aku lah, kan Mas Ardi juga dapet untung kalo aku beli disini, ada kerjaan, biar ga chatan mulu baperin anak Orang" ucapnya sambil melirik ke arah Aira yang berdiri di dekat pintu.

"Ish apa sih kamu ini nja" Elak Mas Ardi dengan raut wajah yang berubah warna menjadi merah muda.

Senja tertawa kecil, Tiba-tiba ia melihat tulisan cukup besar bertuliskan DICARI KARYAWAN yang membuat rasa penasaran di benak Senja meningkat.

"Jadi, Mas Ardi mau nikah beneran?"

"Ssuuuttttt" suara yang terdengar dari mulut pengunjung bersamaan. Membuat Senja malu dan sedikit memelankan suara nya kini.

"Mas Ardi mau nikah beneran?" tanya nya sekali lagi.

Mas Ardi pun melihat tulisan yang ia buat baru saja dan ia tempelkan di salah satu dinding yang kosong. "Iya nja" ucap nya lirih.

"Terus Aira gimana mas?" Ucap nya penuh selidik

Mas Ardi hanya diam dan melirik kecut ke Arah Aira yang kini diam dan mendengar segala percakapan mereka.

***

"Oke ya udah faham semua kan, tugas masing-masing?? pokoknya Akhir bulan ini semua kudu harus kelar, no Ngaret-ngaret deh" jelas Rendi yang memimpin rapat dengan 5 Sekawan lainnya.

"Siap pak" Jawab mereka serentak, memang jika di luar kantor 5 Sekawan seperti teman biasa namun mereka tak melupakan jabatan Rendi di Kantor Adalah ketua dari 5 Sekawan yang merupakan Kelompok yang membimbing mereka berempat, bisa dibilang Rendi lah yang terjun terlebih dahulu ke dalam Dunia penerbitan buku.

"Rapat sudah selesai, kalian boleh pulang" ucap nya di ikuti dengan sorak dari teman-teman nya terutama Bimo yang sudah lapar dan Rindu akan kasur kesayangan nya tersebut.

"Gue mampir rumah lu yaa bim" ucap Bastian.

"Yaelah segala bilang biasa nya lu kesana juga tanpa bilang kan, dah kek maling" ejek Bimo membuat Laura tertawa Lepas.

"Eh duluan yaa, ojek udah di depan" ucap Laura.

"Yaelah Ojek mulu lu ra, sekali kali dong sama mas Bastian" goda Bimo kini membuat Bastian malu.

Laura hanya melirik sinis dan pergi begitu saja dengan terburu-buru. Kini giliran Bimo dan Bastian yang akan keluar.

"Eh kalian jangan berduaan, nanti yang ke tiga setan loh" goda Bastian kini.

"Ah bacot lu bas, tadi ada Laura aja diem lu sekarang baru keluar suara" balas Rendi.

Bastian kembali diam dan memasang muka kesal. Satu persatu pun meninggalkan ruangan, kini tinggalah Rendi dan Senja disana.

Senja masih sibuk membereskan buku dan memasukan laptop ke dalam tas nya.

"Pulang sama siapa Nja? " tanya Rendi membuat Senja mengadahkan kepala dan melirik Rendi yang sudah berdiri bersiap pergi.

"Oh, nanti naik ojek Online paling" ucapnya santai, sambil terus membereskan buku nya.

"Yaudah sama gue aja Nja, gue nanti lewat kok ke arah Kost an lu, lagian udah lama kita gak pulang bareng, hehe" tawar Rendi.

Senja pun memberhentikan kegiataan nya dan melirik ke Arah Rendi lagi. Ia menggeleng kan kepala pelan dan tersenyum tipis. Ia mengingat momen-momen seperti ini di Bulan-bulan lalu, dan tak ingin itu terjadi kembali. Ia gugup dan tak fokus membereskan buku yang ia akan ia masukan ke dalam tas nya.

Namun tiba-tiba Rendi meraih tangan Senja, membuat Senja sedikit kaget dan berhenti sejenak.

avataravatar
Next chapter