9 Sembilan

Kringg.. kringgg... kringg

Suara jam Alarm Bimo kini berbunyi, sudah di pastikan bahwa, Bimo hari ini akan terlambat untuk masuk ke Kantor. Ini hari senin, pasti semalaman ia begadang bersama Bastian untuk bermain PlayStation berdua. Kedekatan Bimo dan Bastian terkadang membuat mereka sering di juluki Double B karena, nama yang sama-sama berawalan huruf B dan tingkah mereka yang kadang memang mirip. Mungkin karena, mereka sering bermain bersama jadi mereka saling mengetahui karakteristik satu sama lain.

Bimo hanya berguling di kasur sambil menguap, bangun dan mematikan alarm dan kembali tidur kembali. Namun tiba-tiba.. ia terbangun dan mengingat deadline dan janji bersama 5 sekawan lain nya. Bergegas ia bangun tanpa membereskan tempat tidur, tanpa mandi dan hanya mencuci muka nya saja. Lalu ia mengambil Kemeja yang sudah tak muat lagi di badan nya yang sekarang semakin membesar.

***

"Ini Bimo kemana sih, astagaaa kebiasaan" teriak Laura kesekian kali nya, membuat Senja dan Rendi saling melirik satu sama lain, bukan apa ini. sudah teriakan Laura yang ke berpuluh-puluh kali karena keterlambatan Bimo di pertemuan hari ini.

Laura berdiri membelakangi Rendi dan Senja yang duduk berseberangan, sambil melipat tangan ke dalam dada, nafas nya memburu. Entah apa yang terjadi sehingga ia semarah itu, toh sudah biasa Bimo terlambat seperti ini.

"Bastian" Panggil Laura, namun tak ada jawaban dari Bastian. Laura menghela nafas panjang lalu berbalik badan, dan ternyata? Bastian sudah masuk ke alam mimpi lagi, dengan kepala yang di sandarkan ke meja dan duduk di antara Rendi dan Senja.

Laura menatap nya kosong, sambil melirik ke arah Senja dan Rendi yang saling cengegesan. Kini Laura ikut duduk dan memegangi kepala nya.

"Udah ra, Bimo bentar lagi paling dateng. Kan udah biasa dia telat" ujar Senja menenangkan.

"ini nih, di maklumin malah jadi kebiasaan, ren lu sebagai ketua gimana sih, masa gak bisa nyikapin hal kaya gini" Kini Rendi yang menjadi sasaran Amukan Laura.

"Ngg... yaaa gimana kita juga butuh Bimo. Udah bentar lagi juga dia dateng sabar aja" ucap nya dengan tertatih.

Laura hanya terdiam, dan suasana ruangan itu kembali hening.

Kantor itu memiliki beberapa unit ruang dengan segala kegunaan nya masing-masing, seperti tempat rapat, ruang Administrasi, ruang kerja, dan masih banyak lagi yang mungkin sudah kalian tahu sebelumnya.

Namun, beruntung nya 5 sekawan mendapatkan ruang kerja yang begitu luas, ruang kerja itu sudah di lengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti, meja kerja dengan komputer dan segala hal yang di perlukan sesuai dengan tugas masing-masing. Kamar kecil dan kulkas kecil tempat menyimpan makanan. Direktur kantor tersebut telah mempercayai kinerja 5 sekawan tak heran jika, mereka di beri fasilitas yang begitu memadai.

Beberapa menit kemudian Bimo datang dengan tergesa-gesa, rambut dan baju yang tak begitu rapih, tentu saja ia telat absen tanda hadir di Pusat informasi yang berada di lantai 1 kantor. Untuk kesekian kali nya ia terlambat.

Ia pun masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan 5 SEKAWAN PROJECT. Ia masuk lalu berdiam di depan pintu, ia menelan ludah melihat ekspresi kawan nya yang begitu datar.

"Telat lagi bim?" ucap Laura yang sudah berdiri.

Bimo hanya diam dan mendudukan kepala sejenak seraya berdoa ( Eh canda wkwk). Bimo hanya diam menundukan kepala, entah alasan apalagi yang akan ia katakan kepada teman-teman nya tersebut.

Senja dan Rendi pun hanya terdiam, sesekali melirik Bastian yang masih tertidur pulas di atas kursi kerja nya. Entah memang nyenyak atau tuli, ia sedikit pun tak bangun ketika Suara Laura menggelegar di ruangan kerja tersebut.

"Duduk bim" pinta Rendi dan Bimo segera duduk di kursi dekat Senja dengan terus menundukkan kepala nya.

"Kesiangan lagi?" tanya Senja dan Bimo hanya menggangguk pelan.

"Coba liat temen lu tuh" teriak Laura sambil menunjuk ke Arah Bastian yang sudah terbangun karena kaget dengan Suara Laura, ia melihat sekitar dan segera membenarkan posisi duduknya lalu merapihkan dasi serta kemeja yang ia pakai.

"Ra, lu duduk, ngomong baik-baik" ucap Rendi menasehati, dengan kesal dan berat hati Laura duduk masih dengan ekspresi yang begitu kesal.

"Bim, bas.. Kita disini itu bukan temen tapi saudara, kita sama sama kerja, ngejar target, deadline dan segala macem Bareng-bareng. Gue Sukses kalian juga, gue dapet duit kalian juga dapet. Tapi kita juga punya rasa capek, Seakan-akan kalian tuh gak ada rasa mau berubah, kalian emang gak anggep kita sebagai saudara kalian?" ucap Rendi menasehati dan mengeluarkan segala rasa kecewa dan marah.

"Kita udah sepakat, bahkan Boss udah percaya kita makanya kita di kasih ruangan sendiri, kita di kasih tugas Bareng-bareng karena Boss tau kita solid, nyari kepercayaan orang itu susah, jangan di Sia-sia in" sambung nya..

"Bim.. bas... Gue gak masalah semisal kalian telat ngirim kerjaan kalian ke gue, atau gue gak mempermasalahkan ketika gue harus kerja sendiri tengah malem begadang tapi, yang gue gak suka adalah ketika kalian telat begini, atau kalian gak konsisten kerja, kalian pasti malem nya main PS, kalian jalan-jalan, kalian senang-seneng, tapi kalian lupa kalian ada tanggung jawab" Senja kini ikut membuka suara nya.

"Sekarang lu faham bim, kenapa gue suka marah, gue marah biar kalian itu sadar, tapi tetep aja gak bisa, kita udah ngomong ini secara baik-baik tapi gagal, secara kasar juga gagal, terus mau kalian gimana, kita itu Team loh" sambung Laura yang sudah agak mendingin.

Bimo dan Bastian hanya diam mendengar keluh kesah sahabat nya tentang apa yang mereka rasakan, mereka juga sadar bahwa usia mereka sudah tidak muda lagi, waktu nya bekerja keras dan menabung untuk bekal di kemudian hari.

Ingin berbicara namun rasanya lidah mereka sudah kelu, malu rasanya, mereka bekerja hanya setengah-setengah namun gaji yang mereka dapat Full selama satu bulan belum di tambah bonus mingguan.

Nafas nya terengah-engah, mereka sedikit gugup meskipun sudah seperti saudara sekandung beda Rahim namun jika sudah suasana seperti ini, mereka hanya bisa diam.

Bimo pun kini angkat bicara, ia minta maaf sebelumnya, lalu ia menjelaskan sedikit apa yang terjadi semalam sampai ia telat datang ke kantor lagi, bersama Bastian ia meminta maaf dan memohon agar Teman-teman nya masih mau menerima mereka di 5 Sekawan. Mereka berjanji akan berubah menjadi yang lebih baik, bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak terlambat dan mengerjakan tugas yang memang harus nya mereka kerjakan.

avataravatar
Next chapter