5 Kelima

Tiba-tiba saja hujan turun dengan deras nya, seketika itu Senja mengingat jemuran Ibu Kost yang baru saja beberapa saat di jemur. Pasti sudah basah lagi pekik Senja di dalam hati. Lalu ia melirik Jam di tangan Kiri nya, sudah pukul 10 malam, mungkin malam ini ia akan pulang larut lagi karena hujan dan angin tidak memungkinkan untuk ia mengendarai motor.

Dingin seketika menusuk hingga ke tulang, semua orang termasuk Senja sibuk memakai jaket atau memeluk diri sendiri, melibatkan kedua tangan ke dalam, dan ada pula yang memesan minuman hangat untuk menghangat kan badan.

Bimo sudah sedikit menguap, mungkin karena mengantuk akibat begadang bermain Play Station bersama dengan Bastian. Ya, memang mereka sering bermain Play Station bersama setiap malam di kediaman Bimo atau bergantian Bimo yang menginap di rumah Bastian.

Senja hanya duduk terdiam, melihat ke arah kiri dan kanan sesekali melihat ke arah pintu atau kemana pun arah mata nya tertuju. Terlihat sepasang muda mudi masuk dengan badan sedikit basah karena hujan. Senja tak asing dengan wajah lelaki tersebut "Aksara" pekik nya dalam hati. Namun ia enggan menyapa karena ada wanita sedang bersama Aksara kala itu.

Ia pun menyibukan diri dengan handphone nya, mengecek barangkali ada notif pesan masuk. Namun Senja tak menemukan satu pesan pun disana yang ada ia hanya menggeser beranda handphone tanpa arah. Laura sedikit melirik ke arah Senja kini

"yaelah tarik ulur terosss bu" ejek nya dengan santai, dengan cepat Senja memasukan handphone ke dalam tas kecil nya.

"yah lu pada sibuk gue di anggurin" ungkap nya kesal mencari alasan. Dan semua teman nya kini memasukan handphone ke dalam saku atau tas yang mereka bawa.

"makanya lu itu jangan jomblo nja" ejek Rendi kini sambil menyeruput minuman yang ada di depan nya, menambah kekesalan Senja yang menjadi jadi kini.

"Lah lu emang punya cewek ren?" tanya Bimo yang sudah tidak begitu memperlihatkan wajah ngantuk nya. Rendi sedikit berdehem dan menunjukan foto wanita yang sedang berpose mesra bersama nya.

Semua mata tertuju pada Ponsel tersebut, dan benar saja itu adalah cewek baru Rendi yang baru saja ia dekati beberapa minggu yang lalu.

"Pantesan lu main handphone mulu dari tadi boss" ucap Bastian penuh selidik.

"Akhir nya lu bisa Move on juga dari Senja" ucap Bimo dan segera ia menutupi mulut nya dengan cepat.

Mata Senja tertuju pada Bimo kini, bagaimana mungkin dan bisa? mengapa Senja tak pernah mengetahui hal ini sebelum nya?. Wajah nya berubah kaku kini. Rendi sedikit memberi kode kepada Bimo agar menjaga Bicara nya di depan Senja.

"Ih kamu tuh gimana sih?" teriak salah satu wanita di belakang Senja, membuat nya harus sedikit berbalik. Teriakan tersebut mengagetkan Senja dan pengunjung lain termasuk teman-teman nya.

"ya aku ga sengaja abis panas nad" ucap seorang lelaki di sebrang sana yang tak lain adalah Aksara. Senja mengamati mereka berdua yang tengah beradu Argumen. Terlihat Tas yang di pakai oleh wanita tersebut sudah basah terkena tumpahan kopi malam itu.

"Ini tas aku mahal, kamu tuh gak mampu beliin tas kek gini Aksa" ucap Nadhira penuh Angkuh, membuat Aksara yang tadi nya membantu membersihkan tas tersebut berhenti. Batin nya terasa sesak kini, ucapan Nadhira membuat Aksara marah.

Ia pun membanting Tissue ke arah tas Nadhira dan pergi meninggalkan Caffe dan belum mengetahui bahwa Senja juga ada di dalam Caffe tersebut.

"Aksara, Aksa!!!" teriak Nadhira memanggil namun bayangan Aksara kini telah hilang begitu saja. Akhirnya Nadhira pun keluar Caffe namun ia lebih menyayangkan tas mahal nya basah daripada mengejar Aksara, lelaki yang selama ini dengan sabar menjaga dan menemani nya tersebut.

Hubungan mereka memang baru menginjak usia Satu tahun, dalam waktu Satu tahun itu pula pertengkaran selalu terjadi, padahal sifat Nadhira tidak begitu sebelum Aksara menyatakan perasaan kepada nya dulu.

Senja kini agak berdiri dan ingin beranjak pergi kini.

"Nja lu mau kemana?" tanya Laura membuyarkan fokus Senja.

"Diluar masih hujan, lu mau pulang?" tambah nya. Senja sedikit diam dan kini memutuskan untuk duduk kembali. Ia sedikit menarik nafas perlahan, entah apa yang ia rasakan, ingin sekali mengejar Aksara dan menenangkan nya kini.

Pasti jiwa laki-laki tersbut sedang terguncang karena ucapan Nadhira. Bukan karena apa dan kenapa, Senja pernah merasakan di Posisi Aksara dulu. Di hina dan tidak dihargai di depan khalayak umum dan keramain seperti Caffe malam ini.

"Lu kenal nja sama cowok tadi?" tanya Rendi kini penasaran.

"emm ga kenal banget, tapi sempet ketemu gitu sih" jelas Senja membuat kawan nya mengangguk faham.

"Tapi kok lu kek cemas gitu nja?" tanya Bastian dengan memainkan Handphone nya lagi, sok menyibukan diri padahal sedari tadi ia hanya melirik ke arah Laura dan sesekali membuang muka jika Laura melihat ke Arah nya.

"Ah udah lah banyak nanya lu pada kek wartawan" oceh Senja kini di iringi gelak tawa kawan nya.

***

Hujan pun reda, mereka berlima pun keluar Caffe dan mengambil kendaraan masing-masing. Rendi membawa mobil kesayangan nya, Laura yang sedang menunggu Ojek Online yang sudah ia pesan tadi, Bimo dan Bastian yang berboncengan pun sudah pergi meninggalkan Caffe.

Tinggal lah Senja kini, ia masih melihat langit yang gelap, tak terlihat bulan disana. Akhir nya ia memutuskan untuk mengambil motor dan pergi meninggalkan Caffe tersebut.

Jalan terasa sepi, terlihat orang-orang masih meneduhkan diri dan belum berani melanjutkan perjalanan mereka. Ada pula yang sudah melepas jas Hujan dan telah bersiap melanjutkan perjalanan mereka. Suasana agak dingin memang karena Hujan tadi, Senja sedikit memelankan Motor agar dingin tidak begitu mengusik badan nya.

***

Aksara kini hanya terduduk diam, fikiran nya tanpa marah, sesekali ia mengecek handphone, tidak ada pesan atau telfon dari Nadhira, ia pun tersenyum kecut. Bagaimana bisa ia bertahan dengan sikap wanita yang selalu merendahkan diri nya tersebut. Padahal apapun yang Aksara lakukan itu pasti untuk kebaikan Nadhira dan untuk Nadhira.

ia pun mengambil nafas berat dan meletakan handphone nya kembali ke dalam tas jaket yang ia pakai tadi, sesekali menyenderkan punggung nya ke bangku taman yang panjang dan menutupi wajah nya dengan kedua tangan, ingin sekali beteriak malam itu, hingga hati nya lega dan merasa baikan, semua nya berkecamuk menjadi satu di hati kini.

Saat ia membuka mata ia di kejutkan oleh Sapu tangan yang sudah menjulur ke Arah nya. lalu ia melihat ke Arah sumber yang menjulurkan Sapu tangan tersebut.

"Kamu... "

avataravatar
Next chapter